Lahar Amarah dan Kembang Cinta


Adikku Sayang...

Jangan terlalu lama menumpahkan amarahmu. Bukankah amarah itu kulminasi dari energi negatif yang kemudian meletus? Tetapi jika kemarahan akan mengeluarkan satu demi satu lahar kekesalanmu, maka lepaskanlah kemarahanmu. Kelak, lahar kekesalan itu akan habis juga setelah membanjiri aliran hidupmu, maka akan datanglah udara permenungan. Kelak kau dan aku akan tiba pada satu titik untuk mentertawai apa yang barusan terjadi. Kita sama-sama mentertawakan amarah yang lepas. Kita kembali sama-sama menemui ada begitu banyak hal yang lucu sebagai anugrah dalam hidup kita.

Berbilang purnama kita saling merajut hati. Sudah tak terhitung aneka kekesalan dan kebahagiaan yang pernah kita hadapi sama-sama. Kau dan aku adalah dua jiwa dalam satu tubuh.Kita sama-sama tumbuh dewasa dan disuburkan dnegan aneka pengalaman serta lelucon-lelucon yang sengaja kita ciptakan. Sesekali kita kekanakan, namun sesaat kemudian, kita kembali terpingkal-pingkal. kita sama-sama mencari keseimbangan baru. Untuk itu kita akan saling mengisi dan saling memaknai. Bukankah itu adalah esensi dari kebersamaan kita?

Adikku sayang,..

Tentulah kau paham bahwa ada saat di mana diriku kembali menjadi kanak-kanak dan ingin badung. Sesekali menerobos pagar api selanjutnya amarahmu membuncah. Demikian pula dnegan dirimu. Kadang-kadang kau memposisikan dirimu sebagai 'tim pengacau'. yang hendak mengesalkanku. Tapi aku tak pernah kesal. Justru lewat tingkah-tingkah badung itulah kita saling mengenal. Kita saling memaknai. Tanpa tingkah badung itu, aku tiba-tiba saja tersesat. Maka, bantulah aku sesekali mengirimkan mercu suar sebagai penolong bagiku untuk menggapaimu. Jangan biarkan kemarahan membakar semua energi positifmu. Jangan biarkan kekesalan mengalahkan hatimu.

Mungkin kamu sedang cemburu. Itu manusiawi kok. rasa cemburu adalah benih dari tumbuhan cinta. Setidaknya, sampai saat ini, aku harus selalu yakin bahwa selagi rasa cenburu itu masih tumbuh di hatimu, maka tumbuhan cinta itu tak akan pernah layu.

Adikku sayang,.

Tersenyumlah sebagaimana anak kecil yang mendapatkan mainan baru. Kakakmu ini hanya bercanda saja. Kau sendiri beberapa kali bilang bahwa diriku adalah penulis picisan yang paling suka mendramatisasi sesuatu. Seolah tak lengkap mengisahkan sesuatu, jika tidak ada sensasi dan dramatisasi. Aku ingin semuanya heboh. Aku ingin menuai komentar. Dan betapa bahagianya diriku ketika menemui komentarmu. Itulah komentar terbaik yang jpernah kuterima. Jika diselami lapis-lapisnya, maka sesungguhnya ada tumbuhan cinta yang bunganya semerbak wangi. Dan kita sama-sama memetik kembang yang disuburkan oleh kisah-kasih dan aneka pengalaman kita yang saling memperkaya. Betapa bahagianya aku yang dipilih untuk menumbuhkan kembang itu. Dan akan kujaga, melebihi diriku sendiri.(*)

0 komentar:

Posting Komentar