Turut Berduka Cita

TURUT berdukacita atas meninggalnya ayahanda Jeto, seorang sahabat di Respect. Tadi sore, saya datang menemani Jeto yang sedang bersedih di Rumah Sakit Wahidin, Makassar. Malam ini, jenazah tersebut akan dibawa dengan ambulans menuju Bau-Bau dan melintasi perjalanan darat yang panjang dan tiga kali menyeberang laut. Mudah-mudahan, jenazah itu bisa tiba dalam waktu dua hari, sesuai dengan jadwal yang direncanakan.

Saya bisa memahami perasaannya sebab saya pernah mengalaminya. Seorang ayah bukan sekedar penopang keluarga. Seorang ayah adalah semesta yang melingkupi udara dan matahari tempat kita hidup dan mendapatkan napas. Seorang ayah menguatkan langkah dan menemtukan visi ke arah mana kaki kita hendak bergerak. Seorang ayah adalah segala-galanya.

Jeto bersedih dalam diamnya. Ia tak menampakkan sedikitpun ekspresi sedih. Malah, ia beberapa kali tersenyum saat saya dan teman-teman datang menguatkannya. Tetapi saya tahu. Dalam sikap diam itu, sesungguhnya ada gemuruh dalam dirinya. Dalam sikap yang tenang itu, ada badai yang sedang berkecamuk. Mungkin ia sedang berusaha menenangkan diri dan keluarganya agar tabah menghadapi cobaan tersebut. Saya juga merasakan kesedihannya. Turut berduka cita....!


Selasa, 14 Juli 2009
Pukul 20.00 Wita



0 komentar:

Posting Komentar