Menulis sebagai Jalan Meditasi

KETIKA stress mencekam relung-relung kesadaran anda, maka bermeditasilah untuk menggapai ketenangan. Tatkala berbagai problema hidup seakan mencekik ambang batas kesadaran anda, maka meditasi akan menjadi moment yang tepat untuk melepaskannya. Meditasi adalah tindakan yang ditempuh untuk melepaskan semua kepenatan dan kelelahan dan menata kembali gelombang otak menjadi lebih teratur.

Hampir semua agama maupun tradisi spiritual mengenal meditasi sebagai jalan melepaskan kepanatan. Hanya saja, namanya berbeda-beda. Bagi umat Islam, meditasi ditempuh dengan cara duduk berzikir dan pikiran fokus pada satu titik, maka umat Hindu atau Budha dengan cara duduk bersila sambil mengosongkan semua pikiran yang mengganggu. Saya kira prosesnya sama saja yaitu pemusatan pikiran pada satu titik, sehingga bisa lebih berkonsentrasi.

Selain proses spiritual yang diajarkan dalam agama, saya bisa merasakan ketenangan yang sama dengan cara menulis. Bagi saya, menulis adalah suatu proses untuk melepaskan semua kepenatan itu kemudian mengkosentrasikan pikiran pada satu titik. Saat kita menulis, kita mengosongkan pikiran kita dari berbagai hal agar bisa fokus menuntaskan tulisan. Kita menajamkan nalar dan indra kita sehingga seolah-olah kita mengalami kekosongan dan hanya memikirkan satu hal yaitu seustau yang sedang kita tulis. Menulis adalah proses menajamkan indra, mengasah kepekaan dan menata agar pikiran kita bisa runtut, tanpa tercerai-berai lepas seolah-olah terombang-ambing saat memikirkan banyak hal.

Menulis adalah jalan meditasi. Saya merasakan ketenangan itu saat usai menulis. Tiba-tiba saja, saya seolah melihat dengan lebih terang dan tidak silau dengan berbagai fenomena-fenomena yang berseliweran di sekitar kita. Tentu saja, menulis bukan sekedar memindahkan pengalaman dan perenungan ke dalam medium tulisan. Menulis adalah jalan yang terbentang mulai dari menemukan ide, memperkaya ide, kemudian memasaknya dalam pikiran hingga matang dan mengepul. Selanjutnya mendialogkannya dengan orang lain. Bolehlah sesekali kita membenturkan gagasan itu, sebelum akhirnya kita memutuskan untuk menulisnya. Menulis adalah perjalanan yang panjang, serupa proses yang dilalui seorang ibu hamil. Kita bersetubuh dengan realitas, lalu hamil dengan gagasan dan susah payah melahirkannya.

Tatkala gagasan itu menjelma menjadi bayi tulisan, proses yang dijalani tak semata-mata berakhir. Sebuah gagasan akan terus membiak menjai lebih kaya. Ia akan diuji oleh debat serta celaan atau tantangan dari banyak pihak. Semakin kokoh gagasan itu, maka semakin kuat ia bertahan diterpa berbagai hal yang bisa mengecilkannya. Maka proses meditasi akan terus kita jalani demi merawat dan membesarkan bayi gagasan yang kita hasilkan. Saya kira, point paling penting tidak terletak pada sebarapa cantik atau seberapa mentereng gagasan itu. Namun proses bagaimana melahirkan sesuatu secara orisinil, itulah hal yang paling membahagiakan.(*)


0 komentar:

Posting Komentar