Kota Kendari yang Memanjang (Ekspedisi Kendari 1)


PERJALANAN dari Kota bau-Bau ke Kendari ditempuh sekitar enam jam. Saya menumpang kapal superjet KM Sagori (diambil dari nama pulau kecil di dekat Pulau Kabaena). Sewaktu saya masih kecil, Kendari sangalah jauh bagi kami yang tinggal di Buton. Saat itu, kami harus menumpang kapal kayu dan menempuh perjalanan sekitar sehari semalam. kini, jarak itu menjadi sangat singkat, cuma sekitar enam jam. Tanpa terasa.

Perjalanan itu saya lalui dengan penuh suka cita. Pemandangan sepanjang jalan sungguh indah. perjalanan melalui selat Buton dan diapit dua pulau yaitu Buton dan Muna. Pemandangannya masih sangat alami. Kiri kanan masih bisa disaksikan panorama hijau pepohonan serta belukar. Lautannya juga sangat indah; berwarna biru dan sesekali saya melihat ikan terbang yang melintas.

Kota Kendari adalah kota yang tidak terlalu besar. Meskipun menyandang status sebagai ibukota propinsi, kota ini tidaklah sebesar kota lain seperti Makassar ataupun manado. Secara fisik, kota ini dikitari oleh pebukitan sehingga warga membangun kota secara memanjang. Pebkitan tersebut menyebabkan pengembangan kota hanya satu arah yaitu ujung ke ujung. makanya, jalur mobil angkutan umum hanya satu yaitu dari ujung ke ujung, sebagaimana yang sebelumnya saya sebutkan. Seiring dengan pertumbuhan kota, yang disebut ujung itu terus merentang. Dulunya hanya sampai Mandonga, kemudian Pasar Baru. Kini, yang disebut ujung itu sudah sampai Puwatu, sekitar tiga kilo dari Pasar Baru.

Pendatang yang baru sampai kendari pastilah tak tersesat. Cukup naik satu mobil angkutan, maka anda akan bergerak ke ujung yang lain. jika tersesat, bolehlah bertanya pada sopir atau penumpang lain. Kota ini cukup ramah bagi pendatang.

Penduduk asli kota ini adalah Etnis Tolaki. Ciri khas etnis Tolaki adalah berkulit putih, serta wajah yang cantik seperti wajah khas orang Manado. Namun, jika diamati data statistik, nampaknya bangsa Tolaki perlahan tergencet oleh masuknya banyak etnis lain yang juga perlahan mendominasi Kota kendari yaitu etnis Muna dan etnis Bugis. jumlah mereka sungguh banyak sehingga mempengaruhi peta politik maupun ekonomi di situ. Etnis Tolaki tidak selalu menjadi tuan di negerinya sendiri, sebab terjepit oleh kehadiran etnis lain yang punya spirit atau etos kerja yang lebih tinggi ketimbang mereka.

Tetapi peta politik itu mulai berubah juga. naiknya Nur Alam, seorang pria asal Tolaki menjadi Gubernur Sulawesi tenggara, membangkitkan rasa percaya diri orang tolaki. Mereka mulai sadar hak-haknya dan menuntut kesempatan yang luas. Sayangnya, upaya menuntut kesempatan itu kian tidak rasional sebab mengabaikan aspek kompetensi serta mengabaikan hak-hak para pendatang yang juga datang ke tempat tersebut.

Selama menyusuri jalan-jalan utama kota ini, saya merasa tak banyak terkejut dengan perubahan yang terus tumbuh di kota ini. Di bandingkan sepuluh tahun yang lalu, kendari memang tumbuh, namun bagiku tak banyak berubah. Buktinya adalah saya masih menghafal semua rite perjalanan serta tempat-tempat yang hendak kukunjungi. Jalan-jalan di kota ini tak terlalu ramai dengan kenderaan. Malah, jumlah lampu merah di persimpangan, tidak terlalu banyak. Bagiku, sangatlah menyenangkan menyusuri kota ini dengan kenderaan bermotor sebab tak banyak kenderaan. kita bisa balap-balap semau kita, tanpa takut banyak kenderaan.

Kemarin, saat memasuki kota ini, saya singgah ke toko buku Gramedia. Saya melihat-lihat etalase buku yang tak terlalu banyak, namun cukup untuk memenuhi hasrat membaca masyarakat Kendari. Saya sempat melihat-lihat etalase novel. Sewaktu di Kota Makassar, orang-orang susah mendapatkan trilogi novel Twilight karya Stephenie Meyer. namun di Kendari, novel itu justru melimpah. Novel itu seakan sepi peminat. Kesimpulanku, warga Kendari tak terlalu banyak yang mengikuti trend perkembangan novel terbaru. Buktinya, karya Meyer yang di tempat lain laku keras, di situ justru tidak laku.

Di sini ada mal lainnya yaitu Mal Mandonga. Itupun konsepnya seperti pertokoan besar di mana di dalamnya banyak toko kecil. konsepnya seperti Makassar Trade Center (MTC) yaitu pasar besar yang dikelola mirip mal. Selain Mal Mandonga, hanya ada satu tempat yang juga disebut mal yaitu Rabam mal. Tetapi setelah saya ke situ, ternyata berbentuk seperti plaza atau kompelks ruko. Di situ ada Toko Buku Gramedia serta restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC). Tempat ini menjadi tempat favorit bagi mereka yang ingin merasakan cita rasa Amerika di kota ini.(*)



1 komentar:

Unknown mengatakan...

Halo,, kalau nulis artikel itu yg real. Orang Tolaki ramah sehingga byk pendatang nyaman berusaha dan bahkan netap.Membahas etos kerja, orang Tolaki itu banyak di perkantoran/birokrasi, pertanian dan perkebunannya luas dan menjual hasil perkebunan mereka sendiri. Sifat dasar orang Tolaki rajin bekerja bahkan dikehidupan masa lalu menjadi suku yg tangguh berladang, berburu hewan dan perkebunannya menjadi lumbung agraris sampai sekarang. Orang Tolaki byk yg menjual hasil kebun atau tanah bagi yg tuan tanah untuk bersekolah lalu bekerja diinstansi yg sesuai. Dan bukan hanya itu, dunia usaha jg digeluti. Dan kalau TDK mau mengakui pembangunan minimal jgn asal berstatement. Yg pernah jadi pemerintah sebelum PK. Gub.H. Nur Alam jg sudah ada mereka Bpk. Silondae, Bpk. Ir. Skala, dll, sudah dari dulu org Tolaki berkontribusi dlm pembangunan. Dan dalam 10 tahun terakhir, kami yg menyaksikan langsung kemajuan2 yg ada di kota Kendari.

Posting Komentar