Debat Anak UI Versus Polisi



Besok pagi aku harus siap-siap pergi ke Perguruan Tinggi lmu Kepolisian (PTIK). Bersama lima orang kawanku, aku diminta untuk menjadi anggota delegasi Universitas Indonesia (UI) untuk hadir dalam acara debat dengan para polisi yang sedang kuliah di PTIK. 

Lagi-lagi harus pakai jaket kuning sebab membawa nama almamater. Aku tak paham apa substansi perdebatan nanti. Hanya saja, kami disuruh untuk memerankan peran tertentu di ajang role play tersebut. 

Ada yang berperan sebagai anggota parlemen, ada pula yang berperan sebagai hakim ataupun jaksa. Pesertanya adalah beberapa mahasiswa UI, aktivis LSM, dan para polisi. Aku tak paham. Tapi aku penasaran untuk tahu ada apa di situ. 

 Minggu ini begitu berat dilalui. Maklumlah, ada dua ujian mid test dan harus diselesaikan di kelas. Minggu depan, akan sama beratnya sebab harus menuntaskan riset pada mata kuliah metodologi. Ada juga ujian mid test untuk mata kuliah Antropologi Hukum. 

Di sisi lain, persediaan uang di kantong kian menipis. Yah, aku harus bisa melalui semester ini, yang tinggal tiga bulan lagi. Aku juga bingung hendak menulis tentang apa. Apakah mau menulis tentang etnografi sejarah ataukah etnografi politik. Dua-duanya cukup menggoda untuk dijalani Apapun yang aku pilih, aku harus bisa menuntaskan etnografi yang satunya. 

Siapa tahu, itu bisa menjadi buku yang kelak akan menjadi pencapaian intelektual. Yah, aku harus optimis.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Dan sejarah kebesaran seperti selalu menyertai setiap pilihan langkahnya. Sepertinya di atas daratan dan di bawah langit planet intelektual senantiasa setia menemani derapnya. Rana yang cukup jauh dari jalan orang-orang biasa. Salute buat kang Yusran.

Warmest Regard,

jbk_uh

Posting Komentar