Creator.Inc


Buku Creator. Inc ini cocok dibaca saat sedang santai sambil menyeruput kopi di sore hari. Isinya tentang mereka yang kekinian, mereka yang hidup dari hobinya. Di antara mereka ada penulis, pembuat animasi, blogger, fotografer, jasa EO, pengembang start-up, marketer, konsultan, hingga video editor.

Saya suka membaca kisah-kisah mereka yang mengaku sebagai independent worker atau mereka yang tidak punya bos, namun punya relasi dan network kuat hingga bisa hidup nyaman di situ.

Di abad ini, definisi bekerja dan berkantor memang sudah lama bergeser. Kantor bisa di mana saja. Bisa di co-working space. Bisa pula di warung kopi. Malah, aktivitas kantor bisa dilakukan sembari camping di satu bukit. Saat menikmati pemandangan, bisa memandang laptop dan menyelesaikan pekerjaan.

Buku ini membagi tiga tahapan yang harus dilalui mereka yang ingin berkarier di dunia kreatif. Pertama, merintis jalan dan tapaki. Kedua, tunjukkan karyamu. Ketiga dari kreator menjadi perusahaan.

Jujurly, tahapan pertama dan kedua yang dianjurkan buku ini sudah pernah saya lalui. Pernah ada masa di mana saya belajar menulis banyak hal, lalu rajin membagikan catatan itu ke mana-mana. 

Beberapa tulisan mengena di hati banyak orang, sehingga berujung pada silaturahmi, pertemuan-pertemuan, lalu berbuah kesepakatan bisnis. Selama belasan tahun, saya hidup dari kemampuan menulis, juga kemampuan membual, di antaranya adalah les piano dan melatih kucing.

Makanya, saya tak pernah khawatir kehilangan pekerjaan. Sebab jejaring dan pertemanan sudah terbentuk. Brand juga sudah kuat. Tinggal merawat jaringan dan terus produktif.

Satu hal yang belum saya jalankan dari buku yakni tahapan ketiga, bagaimana melakukan transformasi dari kreator menjadi perusahaan. Bagaimanapun juga, seseorang harus pindah ke tahapan bagaimana membuat sistem, mencari rekan sevisi, lalu perlahan menambah cashflow.

Buku ini memberi penjelasan menarik. Mendesain, menulis, memotret, membuat program, bikin aplikasi, ataupun merekam dengan kamera merupakan keterampilan teknis, yang merupakan fundasi dari produk atau jasa seorang kreator. 

Namun, kita dituntut untuk mengembangkan keterampilan bisnis, membangun brand, relationship, networking, mengelola sumber daya manusia, menetapkan harga, dan menyusun strategi pasar.

Untuk soal ini, saya mesti belajar banyak. Pernah, saya punya staf yang berprofesi sebagai fotografer. Saat dia menggarap proyek memotret di luar kantor, dia sering dibayar murah. Rupanya, banyak orang di luar sana yang menganggap kerja kreatif adalah kerja gratisan. 

“Kan cuma motret2, kok harus dibayar mahal?” katanya menirukan ucapan seorang klien.

“Itu sih masih mending. Saya pernah dibayar 3 M,” kataku.

“Apaan tuh?”

“3M itu adalah singkatan dari Makasih, Makasih, dan Makasih.”

“Sambarang kau,” logat Makassar-nya keluar.


1 komentar:

AQilAkhyar mengatakan...

Terimakasih, tulisannya menginspirasi

Posting Komentar