MARIA OZAWA, Pemersatu Bangsa Kita

Daisuki dan Maria Ozawa


Belum cukup sehari semalam, konten dari Youtuber dan komedian asal Jepang, Daisuki Botak, mengenai wawancara dengan Maria Ozawa mengenai Indonesia, sontak ditonton lebih 2,7 juta orang. Dua pekan silam, wawancara dengan Shigeo Takuda, alias kakek Sugiono, juga viral dan ditonton 7 juta orang.

Inilah potret bangsa kita. Di layar kaca, banyak orang sibuk berdebat tentang keputusan menteri yang meminta agar sekolah negeri tidak memaksakan jilbab. Banyak orang rela mati demi mempertahankan nilai agamanya. 

Banyak hubungan silaturahmi yang terganggu gara-gara beda pilihan politik. Orang-orang begitu mudah membangun kubu berbeda. Isu boleh berganti, tapi debat dan tengkar akan terus terjadi. Segala hal diperdebatkan, mulai dari presiden, gubernur, sampai imam besar.

Tapi lihatlah di media sosial kita. Para aktor dan aktris film bokep malah sangat populer dan diidolakan semua orang. Konten-konten tentang bintang film porno, termasuk konten Tante Ernie dan ibu-ibu seksi di Instagram, juga aksi seorang artis inisial GA malah laris manis dan tak bosan-bosan ditonton.

Dalam tayangan bersama Shiego Takuda alias kakek Sugiono, komedian Jepang yang berkarier di Indonesia, Daisuki, sengaja melakukan video call dengan banyak temannya di Indonesia. Rata-rata mengenal si kakek, yang beberapa kali disebut-sebut sebagai legend. Di konten tentang Maria Ozawa, dia tidak lagi melakukan vidio call, karena rata-rata orang akan tahu.

Seorang Youtuber menyebut konten-konten sejenis sebagai pemersatu bangsa. Itulah sebutan paling kreatif dan paling bisa menggambarkan bagaimana masyarakat kita hari ini. Pasca pilpres dan pemilihan Gubernur DKI, dunia maya kita seakan terbelah. Tiada hari tanpa gelut. Tiada hari tanpa melihat debat dan saling menang-menangan.

Berkat konten-konten agak porno, serta aktor film dewasa seperti Shigeo Takuda dan Maria Ozawa, publik bersatu dalam atmosfer yang tenteram dan damai. Berkat konten itu, kita kembali jadi anak bangsa yang cinta damai dan saling mendukung. Tak ada debat. Tak ada tengkar. Yang ada, pikiran-pikiran positif serta komentar lucu hingga porno. Betapa damainya media sosial kita.

Saya suka membaca banyak komentar yang menarik. Kadang kala, komentar lebih seru ketimbang kontennya. Di antaranya adalah: “Mari kita sampaikan rasa terima kasih kepada Maria Ozawa san. Terima kasih untuk apa? Ya, pokoknya terima kasih lah selama ini selalu menemani kami cowok menjadi dewasa. Good job Daisuke!!!”

Youtuber lain memberi komentar seru: “Kami warga indonesia sudah bosan dengan hoax atau drama politik... Kami butuh asupan podcast kaya gini,,podcast yg bener bener pemersatu bangsa..”

Guys, sepatutnya kita berterimakasih pada aktris dewasa yang lebih dikenal sebagai Miyabi ini. Dia telah membuka topeng yang selama ini kita kenakan. Sosok itu telah mengekspos dengan gamblang wajah manusia Indonesia sesungguhnya, yang setiap saat memaki dengan membawa moral, namun di saat bersamaan menikmati tayangan tersebut. 

Kita sering mengklaim sebagai negeri religius dan bermoral. Sering kita selalu berbangga dengan retorika ketimuran, jargon bahwa kita bangsa yang santun dan berkepribadian. Pejabat dan ulama kita bilang tayangan porno akan merusak bangsa. 

Namun jutaan orang yang menyaksikan penampilan Miyabi dan mengidolakannya adalah fakta yang tak bisa diabaikan. Di depan layar kita menolak, tapi diam-diam kita mencari videonya dan menonton sembari mengkhayal. Banyak orang yang memaki GA, arti yang tayangan pornonya menyebar di internet. Namun akuilah kalau semua orang diam-diam mencari video itu, menontonnya, lalu membagikannya ke mana-mana. Kita tak lebih baik dari dia yang dimaki itu.

Dalam wawancara itu, dia menyebut sisi lain bangsa kita. Setiap kali ke Indonesia, selalu ada masalah. Dia tertahan lebih sejam di bandara. Ruang geraknya dipersempit. Dia diinterogasi. Bahkan mengalami deportasi atau dipulangkan. “Saya datang karena diundang, tapi kok dipulangkan?” katanya.

Pernah, dia berhasil masuk Indonesia. Saat sejumlah orang tahu kedatangannya, dia disambut dengan demonstrasi. Dia juga terheran-heran karena fotonya sempat masuk buku pelajaran. Katanya, ada sejumlah figur yang disandingkan, ada figur baik dan ada figur tidak baik. Dia heran kenapa foto dan namanya masuk di buku itu.

Bisa jadi, negara ingin menjaga moral, juga menjaga ajaran agama. Tapi lihatlah respon orang Indonesia. Banyak orang ingin selfie dengannya. Di mana pun dia datang, orang-orang berlomba untuk berfoto dengannya.  Dia tak mengalami perlakuan yang sama saat datang ke negara-negara lain. Hanya di Indonesia, dia bisa dicaci sekaligus dipuja. 

Maria Ozawa atau Miyabi telah menelanjangi kepalsuan yang selama ini menghinggapi rakyat kita. Jutaan manusia Indonesia yang menonton filmnya adalah gambaran utuh tentang sosok kita yang sesungguhnya. Inilah potret bangsa kita. 

Bukan cuma potret dari mereka yang sedang berdoa khusyuk di satu tempat. Tapi juga mereka yang mengidolakan Maria Ozawa, mereka yang mencari teman tidur di hotel-hotel, maupun di pinggiran rel kereta api, mengumbar nafsu di dekat pemukiman tikus got.

Beruntunglah ada internet. Orang-orang bisa diam-diam menelusuri videonya, memberi komentar, dengan memakai nama alias. Saya teringat buku Everybody Lies yang ditulis Seth Stephens Davidowitz. Internet adalah kanal tempat kita menjadi jujur pada diri sendiri. Di depan orang lain, kita bisa tampil dengan wajah moralis. Tapi saat mengetik di kolom pencarian Google, kita akan menjadi diri sendiri.

BACA: Saat Membaca Everybody Lies

Makanya, kata Seth, Google melaporkan, di negeri yang semua orang mengaku moralis dan agamis, topik paling sering dicari orang-orang di situ adalah situs porno dan seks. Seseorang yang tampak alim dan pendiam, bisa jadi rajin mengetik kata perkosaan di mesin pencari Google. 

Satu lagi tentang Maria Ozawa atau Miyabi. Dia tidak baper. Dia senang karena dicintai banyak orang Indonesia. “Hanya saja, jika cinta terlalu kuat, maka bisa jadi bumerang bagi diri sendiri.”

Iya benar Miyabi. Kamu dicintai jutaan orang yang pernah melihat videomu. Bisa jadi mereka ikut berfantasi bersamamu. Kamu telah menghangatkan adrenalin banyak orang untuk tumbuh dewasa.

Terima kasih pemersatu bangsa.


0 komentar:

Posting Komentar