Mantra Pemikat Tanah Mandar (Ekspedisi Sulbar 3)




Di lepas Pantai Majene, saya bertemu gadis itu. Dia bukanlah gadis Mandar yang sedang menunggu kekasihnya di tepi laut, sebagaimana dikisahkan penyair asal Madura, D Zawawi Imron. Dia datang ke situ untuk rekreasi bersama sejumlah rekannya. Saat kami bertemu pandang, ada semacam getaran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh saya.

Saya teringat beberapa syair atau pantun berbahasa Mandar. Dalam beberapa pantun, saya temukan sisi romantis yang dahsyat lelaki Mandar saat bertemu dengan perempuan. Perhatikan syair ini:

Uru uitammuTappa mongea matingTappa andiangTambar paulinna 
Saat pertama kumelihatmu
Aku langsung jatuh hati padamu
Seketika tak ada
Obat penyembuh.

Melihat gadis itu, jiwa saya bergejolak. Rasanya tak sabar untuk menyapa dan berkenalan. Tapi entah kenapa, ada banyak ragu yang menyergap saya. Dalam keadaan seperti itu, saya mengingat satu mantra Mandar yang saya simpan selama lebih sepuluh tahun. Mantra itu berguna untuk memikat seorang gadis.

Dahulu, saya pernah melakukan riset di satu desa perbatasan Tutallu dan Campalagian bersama sahabat Muhammad Toha, seorang kawan yang mengaku sebagai reinkarnasi Nabi Yusuf. Ada seorang bapak tua yang mengenalkan kami pada beberapa khasanah pengetahuan tradisional orang Mandar. 

Mulanya dia menunjukkan satu kertas lusuh yang isinya adalah gambar serupa mata angin. Dia menyebut gambar itu sebagai kutika, yang berfungsi sebagai primbon atau panduan hari-hari baik. 

Dia bilang, ada hari baik untuk melaut, menanam, juga berkelahi. Hah? Ada saat di mana lelaki Mandar siap sedia berduel dan menghunus badik. Untuk menang duel, mesti tahu kapan saat tepat untuk berkelahi. Mungkin, ini pernah dipakai pada masa peperangan. 

Bagi saya, ini bukan hal baru. Kami orang Buton, khususnya Buton Utara, menyebutnya kucika. Fungsinya sama yakni mengetahui hari baik dan hari buruk. Saya pikir ini juga tak beda jauh dengan orang Cina yang mengenal feng shui dan shio untuk menentukan hari baik. Orang Eropa malah mengenal zodiak dan perbintangan.

Setelah menunjukkan kutika, bapak itu lalu mengajarkan beberapa mantra. Di antaranya adalah mantra pemikat perempuan. Dia menulis lafal di kertas yang saat itu juga saya hafalkan. Heran juga, padahal tak satupun pelajaran di kampus yang terekam di otak.

Saya membayangkan diri saya akan jadi playboy sebagaimana seorang kawan asal Bone, Sulsel, yang menguasai ilmu pakkarawa, mantra pemikat. Saya berkhayal bisa seperti Ariel Peterpan yang bisa ganti pacar sebanyak tiga kali dalam sehari. 

Sejujurnya, saya tak percaya mantra. Tapi seorang kawan bilang mantra itu punya kekuatan untuk mengintervensi gelombang pemikiran seseorang. “Mantra bisa melakukan by pass alias menembus kesadaran perempuan itu. Prosesnya sama ketika memikat seseorang dengan mengandalkan ketampanan. Bedanya, ketampanan adalah materi, sementara mantra bekerja di ruang non materi,” katanya.

Sayang, sepertinya tak berjodoh dengan ilmu itu. Sepulang dari riset, saya malah tidak pernah merapalnya ketika bertemu seseorang. Padahal, orang tua yang mengajarkan ilmu itu meyakinkan saya kalau mantra itu bisa membuat seseorang tak bisa tidur dan tak sabar untuk berjumpa.

Kemarin, dalam perjalanan ke Majene, Aco, driver yang mengantar saya, bercerita kalau zaman sudah bergeser. Mantra pemikat Mandar sudah kalah jauh dengan mantra Jepang berlabel Toyota Alpard. Di zaman ini, lebih keren memiliki unicorn dan startup ketimbang setumpuk mantra. 

Saya percaya, dalam hal tertentu, mantra adalah sugesti yang bisa memelihara semangat seseorang. Berkat mantra, seseorang punya rasa percaya diri yang lebih sehingga bisa memberi kekuatan untuk melakukan banyak hal. 

Di Majene, saya terkenang pada mantra itu. Jika ada jomblo pembaca tulisan ini yang ingin segera mengakhiri karier jomblo-nya, jangan malu untuk mengirim inboks. Jika Anda ingin jadi playboy yang memikat perempuan seperti Luna Maya dan Syahrini sekaligus, dengan senang hati akan saya kirimkan mantra sakti itu.

Mau?



4 komentar:

Anonim mengatakan...

Mau

Syahrir Badulu - KGRE Representative mengatakan...

Ulamung batui sarau di naunna ende’mu
Jappo'i batu
Tanjappo' passenga'u.

(Kubenamkan cintaku, bak membenam batu di bawah tanggamu Batu hancur tapi kerinduanku tak akan luntur).

Syahrir Badulu - KGRE Representative mengatakan...

Ulamung batui sarau di naunna ende’mu
Jappo'i batu
Tanjappo' passenga'u.

(Kubenamkan cintaku, bak membenam batu di bawah tanggamu Batu hancur tapi kerinduanku tak akan luntur).

Anonim mengatakan...

P

Posting Komentar