Gugatan untuk Jonatan Christie




Terima kasih Jonatan Christie atas permainan bulu tangkis yang begitu memukau. Dalam hati, saya tak henti bertanya, mengapa dirimu dan para pemain bulu tangkis lainnya bisa bermain dengan begitu kesetanan, padahal lawan-lawan kalian punya peringkat yang jauh di atas?

Peringkatmu hanya 15 dunia. Tapi di partai final, kau kalahkan Chou Cien Ten, pemilik peringkat enam dunia. Di semifinal, kau juga kalahkan Kenta Nishimoto, yang ada di peringkat 10 dunia. Bahkan di 32 besar, kau kalahkan Shi Yuqi, pemegang peringkat dua dunia.

Pertanyaan yang sama harus ditanyakan pada rekanmu Anthony Ginting yang bisa mengalahkan peringkat 7 dunia, Chen Long, pada babak perempat final. Apa yang bisa membuat kalian menjadi ksatria yang tampil dahsyat hingga titik akhir?

Dalam satu wawancara, Ginting sudah menjelaskan bahwa dia akan tampil sehebat mungkin agar bisa tampil di partai final, agar bisa bertemu RI 1 yang mengunjunginya saat sedang sakit. Sebagai atlet, Ginting merasa sangat tersanjung sebab dikunjungi dan diberi dukungan seorang kepala negara.

Dia merasa dihargai dan dihormati. Dibalasnya itu dengan permainan hebat di lapangan. Sayang, dia terhenti di babak semi final. 

Tapi dendam Anthony Ginting telah kau balaskan di partai final. Chou Cien Ten takluk dalam tiga set. Kau rayakan kemenangan itu dengan membuka baju, yang disambut gegap gempita oleh semua hadirin. Kau tunjukkan pada dunia bahwa kita tidak akan pernah kalah sampai detik penghabisan.

Inilah Indonesia yang kita banggakan. Inilah bangsa yang tidak akan berhenti sebelum mencapai kemenangan. Kalian adalah pahlawan kita semua.

Di saat ada anak bangsa yang sibuk hendak perjuangkan misi politik, kalian membela kehormatan nama bangsa di panggung olah raga antar bangsa. Kalian tak peduli dengan isu tentang pemerintahan yang bobrok.

Fokus kalian adalah bertanding. Dari pada sibuk menyalahkan negara, kalian pilih jalan untuk menunjukkan kerja-kerja hebat kalian di lapangan olahraga.

Permainan hebat yang kau tunjukkan adalah permainan yang dahulu identik dengan bangsa ini. Jawara-jawara seperti Alan Budi Kusuma, Ardi B Wiranata, Hariyanto Arbi, hingga Taufik Hidayat dahulu menguasai tunggal putra yang menggetarkan semua pemain negara lain.

Permainan hebat yang tidak kenal takut itu dulu juga dimiliki Rudy Hartono hingga Lim Swee King. Semuanya menjadi legenda bulu tangkis tunggal putra yang kini jejak dan semangatnya bisa dilihat pada pebulu tangkis muda seperti kalian.

Kini, dengan hadirnya generasi muda seperti kalian, bangsa kita akan menatap masa depan lebih cerah.

Bulu tangkis akan selalu menjadi arena kedigdayaan kita. Nama kita akan selalu bergema di arena bulu tangkis. Kita tak akan kalah lagi. Kita tidak akan jadi penggembira. Kita kuasai semua turnamen penting. Lagu Indonesia Raya akan berkumandang di mana-mana.

Asian Games tahun ini benar-benar menjadi kebangkitan bangsa kita di ranah olahraga.

Selama puluhan tahun olahraga kita terpuruk. Kita tak sanggup berbicara banyak di level dunia. Kini, semua kebanggaan itu telah kembali. Setidaknya, di tanah sendiri, kita bisa menunjukkan level olahraga kita yang terus membumbung tinggi.

Tidak hanya bulu tangkis. Bidang-bidang lain pun mengalami kebangkitan. Banyak orang yang memajang foto atlet idonya di media sosial.

Tidak hanya Jonathan Christie, nama-nama seperti taekwondoin Defia Rosmaniar, pemain sepak takraw Lena dan Leni, pemanjat dinding Aries Susanti Rahayu, hingga karakteka Rifki Ardiansyah.

Banyak orang-orang membanggakan atlet dari daerahnya. Ali Buton, atlet yang meraih emas untuk dayung, diarak keliling kampung halamannya saat kembali dari laga Asian Games. Kita temukan banyak kebanggaan dengan permainan para atlet di lapangan.

Mereka membela nama bangsa dan kehormatan kita semua.

***

Terima kasih Jonatan Christie. Dirimu hari ini tampil di podium. Dalam satu wawancara dengan stasiun televisi, kamu menyampaikan sekeping kalimat inspiratif. “Saat saya turun podium, maka saya kembali ke awal. Saya kembali mengejar target dan mimpi saya,” katamu. Luar biasa.

Di usia yang semuda itu, kamu sudah tahu hendak ke mana. Hari Minggu mendatang, kamu dan Anthony Ginting sudah siap untuk berangkat ke luar negeri demi mengikuti turnamen lainnya. Satu misi tercapai, misi lain terbentang di depan mata.

Kami yakin, Asian Games ini akan menjadikan kalian sebagai figur baru yang akan selalu mengharumkan nama bangsa di pentas lebih tinggi.

Rasanya ingin menggugat mengapa dirimu, mengapa hadir sekarang dan bukan hadir saat olah raga kita mengalami masa paceklik? Rasanya ingin menggugat mengapa kamu harus menang sekarang dan tidak sejak dulu agar anak bangsa selalu bersatu saat menyaksikan permainanmu? 

Berkat olahraga, kita semua bersatu dan melupakan perbedaan. Kita menjadi Indonesia yang satu. Di lapangan olah raga, tak ada yang mempertanyakan identitas, suku bangsa, dan agama seseorang. Semua bersatu dan berjuang untuk membawa nama bangsa.

Berkat olahraga, semua anak bangsa sejenak tidak larut dalam debat politik. Semua ikut bersorak dan mendukung siapa pun yang datang ke lapangan dengan atribut merah putih di dadanya. Semuanya saling mendukung dan mendoakan untuk Indonesia yang jaya.

Benar kata seorang komentator. Inilah Indonesia yang sempat hilang. Inilah Indonesia yang sempat diredam oleh konflik dan berbagai isu serta hoax yang berseliweran. Jika semua energi diarahkan untuk mendukung anak bangsa, betapa bangsa ini akan melesat jauh dan menang di banyak arena kehidupan.

Ketika merah putih dikerek, ketika lagu kebangsaan Indonesia Raya diperdengarkan, saat itulah hadir satu rasa yang menggumpal dalam dada dan menggedor semua kesadaran kita. Kita bangsa Indonesia yang seharusnya bersatu dan melupakan semua perbedaan.

Saatnya bergenggam tangan dan memenangkan semua arena kehidupan yang lain. Bukan hanya lapangan bulu tangkis, tapi juga lapangan sains dan teknologi, serta kehidupan yang berbudaya.

Tentu saja, tak ada yang akan menggugatmu. Kamu telah menunjukkan karakter bangsa kita yang selalu ingin tampil unggul dan berprestasi. Satu-satunya gugatan adalah mengapa kamu hadir sekarang, bukan pada saat dulu ketika negeri kita paceklik prestasi.

Terima kasih Jonathan Christie. Terima kasih atas permainan yang hebat itu.

CATATAN:

Tulisan ini dimuat di Okami.id pada Selasa, 28 Agustus 2018. Tautannya DI SINI.


0 komentar:

Posting Komentar