Spanduk Duka Cita di Kota Manado




DI Medan, seorang akademisi diringkus aparat karena menganggap teror bom adalah skenario. Tapi di Manado, duka cita atas teror masih tercium di jalan2. Orang masih membicarakannya sembari menyeruput kopi di pagi hari pada bulan puasa.

Di depan Taman Kesatuan Bangsa (TKB) bunga-bunga diletakkan di depan selembar poster yang berisi tanda tangan sebagai tanda mengecam terorisme. Di situ, ada foto Kusuma bangsa, para polisi yang menjadi korban peristiwa itu. Apakah mereka bagian dari skenario?

Rasanya tak mungkin mereka jadi martir dari satu skenario demi mengalihkan isu. Di era ini, isu tak bisa dialihkan. Jejak digitalnya bisa diendus siapa saja. Maka, ancaman teror itu nyata, senyata-nyatanya. Ada kengerian yang setiap saat bisa menerjang. Ada teror yang setiap saat bisa melumat kita ketika lengah.

Mungkin ini kenyataan yang harus kita hadapi di era post-truth, era di mana kebenaran tak lagi menjadi sesuatu yang dicari lewat proses ilmiah. Kebenaran ditemukan lebih dahulu, dipercayai lebih dahulu sehingga fakta demi fakta tak lagi penting.

Di Manado, saya melihat kesedihan yang diekspresikan melalui rangkaian bunga di depan poster polisi yang gugur.


0 komentar:

Posting Komentar