SEORANG
sahabat mengajak saya untuk makan siang dengan seseorang. Saya tidak tahu
hendak bertemu siapa. Ternyata saya diajak ketemu Abraham Samad, mantan Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Saya terkejut melihatnya. Dia juga terkejut
melihat saya.
Tahun
2003, saya sering ngopi2 dengan Abraham di beberapa warkop di Makassar. Saya
memanggilnya Kak Openg, panggilannya di Makassar. Masa itu, saya jurnalis. Dia
aktivis anti-korupsi. Karena waktu kami lebih banyak menganggur, kami lalu
merancang diskusi2. Kami gantian jadi pembicara, tapi saya lebih banyak jadi
tukang bikin kopi. Hingga akhirnya dia jadi Ketua KPK, lalu membuat banyak
gebrakan. Saya tetap jadi orang jelata.
Setelah
sekian tahun, kami akhirnya ketemu lagi. Saya kaget karena dia masih mengenal
saya. Dia heran karena selama sekian tahun kami tidak pernah ketemu. Saya baru
tahu kalau dulu dia mencari-cari nama saya di satu media, ketika saya memilih
profesi lain. Hari ini kami bertemu lagi.
Dia
masih Abraham yang dulu. Ngomongnya masih meledak-ledak dalam aksen khas
Makassar. Dia lebih banyak di Jakarta, tapi sekali sebulan balik Makassar demi
menjenguk orangtuanya. Biarpun bukan lagi menjabat sebagai Ketua KPK, dia masih
berkutat di gerakan anti korupsi. Dia ke mana2 mengajar di banyak kampus. Dia
paling suka bahas soal pendidikan, khususnya pendidikan karakter dan anti
korupsi.
Saya
bahagia bisa makan siang dengannya. Lebih senang karena dirinya tetap hangat
dan membahas banyak hal. Di sela-sela ngobrol, dia bertanya, "Yos,
sekarang kamu aktif di mana? Apa ada waktu kalau kita sering ngopi?"
Saya
menjawab singkat, "Saya sekarang jadi pelatih kucing." Dia terkejut
lalu berteriak, "Ah, sambarang kau. Pasti ko kerjai saya."
0 komentar:
Posting Komentar