ilustrasi |
KITA tak pernah bersua. Tak pernah pula
saling bertukar kabar. Tapi kalian terlanjur menghebohkan dunia maya.
Barangkali ada ribuan tweet yang mengecam kalian. Pembunuhan sadis yang kalian
lakukan atas Ade Sara telah beredar luas. Media-media terlanjur memaparkan apa
yang terjadi. Kalian sedang terpojok.
Tadinya aku tak tahu siapa kalian. Media
telah memberitakan apa yang kalian lakukan dengan sadis atas Ade Sara. Kalian
sangat muda. Kamu Hafidt masih berusia 19 tahun. Demikian pula denganmu Sifa.
Emosi telah memenuhi pikiran kalian sehingga menggelapkan mata. Kalian mengundang
Ade, kemudian membunuhnya dengan sadis. Alasan kalian satu: Ade telah
memutuskanmu Hafidt. Ade telah pula menyebabkan Sifa cemburu.
Hidup memang sering dirasakan tak adil.
Bagi anak semuda kalian, cinta rupanya menjadi perkara yang amatlah besar.
Dahulu, aku juga pernah semuda kalian. Bagiku, cinta itu selalu bertaut dengan
harga diri. Ketika cintaku ditolak, maka saat itu harga diriku terpuruk. Aku
tiba-tiba merasa amat terpuruk.
Akan tetapi, aku tak pernah sampai berniat
buruk untuk menghilangkan hidup perempuan yang menolak cintaku. Jauh lebih baik
jika kupacu prestasiku, hingga seisi sekolahku menyanjungku, kemudian wanita
itu akhirnya menyesal telah menolak cintaku. Ketika ia ingin kembali, aku
merasa menang.
Aku memang seorang pencinta yang kerap
gagal. Tapi kuhibur diriku dengan ilusi tentang dunia pedang. Di saat ada
wanita yang menampik cintaku, segera kukatakan bahwa perempuan itu adalah perempuan
paling bodoh. Ia tak siap mengikuti jalan pedang yang kupilih. Ia tak sanggup
menyaksikanku yang harus menjalankan misi sebagaimana Kotaro Minami, yakni
menjadi pendekar pembela kebenaran.
Benar kata orang tua, bahwa semua
keputusan yang diambil dalam keadaan marah adalah keputusan terburuk. Kalian
tiba-tiba saja menganggap Ade merenggut kebahagiaan itu. Keputusan untuk
membunuh adalah keputusan yang lahir tanpa menalar masa kini dan masa depan
dengan jernih. Kalian alpa untuk memandang masa depan. Barangkali lebih 10
tahun usia kalian akan dihabiskan di jeruji besi.
Padahal, usia segitu adalah usia emas
untuk menjalani aktivitas kemahasiswaan. Mestinya kalian menjadi aktivis yang
kerap berpanas-panas untuk menghidupkan nyala api kemanusiaan. Mestinya kalian
jadi pencinta alam yang sesekali mendaki gunung tinggi demi meruntuhkan ego
sebagai yang terhebat, dan menemukan kebesaran Yang Maha Mencipta. Harusnya
kalian berada di garis depan daerah-daerah yang dilanda bencana, kemudian
mengulurkan tangan untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Apa boleh buat. Segalanya telah terjadi.
Jika hati nurani berbisik, barangkali kalian akan merasa amat bersalah. Jika tidak,
waktu yang kelak akan membuat nurani kalian berbisik tentang apa yang sudah
terjadi. Jika hari ini ada kecaman bertubi-tubi, maka sesungguhnya itu adalah
tanda bahwa masih banyak yang sayang kalian. Masih banyak yang menyayangkan
bahwa kalian yang muda bisa setega itu pada sebaya kalian. Masih
banyak orang yang ingin melihat kalian bersama Ade Sara tertawa bersama dan
menjalani hari.
Di sini, aku hanya bisa mencatat. Mimpi
Ade Sara untuk belajar di tanah Jerman itu telah pupus. Keluarganya dirundung
sedih. Baru kutahu kalau ternyata ia adalah seorang anak tunggal dari keluarga
yang sedemikian hebat karena mengikhlaskan kepergiannya. Kehilangan seorang
anak gadis yang ceria di usia amat muda bukanlah sesuatu yang mudah dilalui.
Tapi kehilangan itu tidak membuat matanya segelap kalian. Ia tetap melihat
jernih, dengan mata yang bersimbah air mata.
Tahukah kalian, ibunda Ade Sara itu adalah
perempuan paling tegar di saat penguburan anaknya. Ia telah memaafkan tindakan
kalian yang telah merenggut satu-satunya kembang bahagianya. Di satu situs
media, kubaca kalimatnya saat menguburkan sang anak. "Yang tenang ya Nak,
di sana. Ibu pasti maafin Hafitd sama Sifa. Kamu yang tenang di sana, Nak. Ibu
yakin pasti kamu akan ada di surga," isaknya.
Semua orang menangis. Aku pun ikut
bersedih. Apakah kalian ikut bersedih?
1 komentar:
pasangan ini kayaknya memang sudah tidak punya akal sehat, tidak mempunyai perasaan bersalah
Posting Komentar