Menulis sebagai Tabungan Masa Depan


buku yang memuat empat tulisanku


Apakah menulis artikel di blog adalah sebuah kesia-siaaan.

SEJAK menulis artikel pertama di blog ini, aku tak pernah menganggapnya sebagai kesia-siaan. Bagiku, sebuah tulisan selalu memiliki makna. Ia tak hanya merekam dan mengabadikan satu momen kejadian yang menggoreskan kesan di hati kita, namun kelak bisa menjadi sayap-sayap yang mengenalkan kita ke banyak orang. Malah, tulisan itu bisa pula menjadi tabungan di masa depan.

Dua bulan lalu, penerbit Bentang mengirimi email yang isinya adalah permintaan untuk berpartisipasi dalam proyek kepenulisan di Kompasiana. Penerbit mengumpulkan catatan dari blogger tanah air yang berdomisili di luar negeri. Nah, mereka sangat tertarik saat membaca beberapa artikelku, kemudian memintanya untuk masuk dalam buku yang akan segera terbit.

Para penulis di buku ini adalah para Kompasianer, sebutan bagi blogger Kompasiana, yang tinggal di berbagai negara. Mereka bersama-sama menuliskan pengalamannya, sekaligus memberikan satu keping inspirasi penting; bahwa di negara manapun berada, kecintaan atas tanah air adalah segala-galanya. Mustahil menghapus rasa rindu dan cinta pada segala hal, termasuk hal yang tidak nyaman, di tanah air.

Laksana gayung bersambut, tawaran menerbitkan artikel itu kuterima. Sejak awal aku meyakini bahwa blog dan buku punya segmentasi pembaca yang berbeda. Pembaca buku tak selalu mengikuti sejauh mana jejak tulisan di dunia maya. Kita juga sama mahfum bahwa ada sejumlah orang yang lebih menyukai membaca buku tercetak, ketimbang membaca buku elektronik.

Hari ini, aku melihat sampul buku itu yang diterbitkan Bentang. Judulnya Kami Tidak Lupa Indonesia. Ternyata sampulnya cukup keren. Aku belum melihat halaman dalam. Namun aku yakin kalau empat artikelku ada di situ. Mengapa? Sebab penerbit telah membayar honor atas empat tulisan itu.

Bukankah telah kukatakan kalau menulis blog bisa menjadi tabungan masa depan?



0 komentar:

Posting Komentar