ilustrasi |
MINGGU ini adalah minggu penuh rasa
bahagia. Setelah bukuku terbit dan beredar di berbagai kota besar, silih
berganti aku mendapat notifikasi dari mereka yang telah membeli buku. Mereka
memberi tahu lewat media sosial seperti facebook, twitter, google plus, maupun
path. Mereka memotret buku itu, lalu memberi kabar kalau mereka telah
memilikinya. Dan setiap kali menerima kabar itu, rasa senang langsung merimbun
di hati ini.
Konon, para penulis adalah mereka yang
hidup dalam keabadian. Zaman boleh berganti, namun mereka yang pernah menandai
zaman dengan sesuatu pastilah akan terus hidup. Mereka akan terus dikenang
sebab pernah melahirkan sesuatu yang kemudian terpatri abadi dan menjadi satu
noktah kecil pada warna-warni kehidupan.
Baik dan buruk sebuah karya hanyalah soal
sudut pandang dalam melihat sesuatu. Pelukis Van Gogh adalah pelukis yang gagal
pada masa hidupnya. Karyanya ditolak di mana-mana. Akan tetapi ketika ia
meninggal, karyanya langsung melejit. Karya itu diburu oleh smeua kolektor di
seluruh dunia. Van Gogh boleh saja meninggal dalam keadaan miskin. Namun
karyanya telah mewarnai sekaligus memperkaya zaman hingga beberapa abad ketika
dirinya telah meninggal. Ia telah abadi.
Tentu saja, terlampau jauh jika bukuku
hendak disetarakan dengan karya Van Gogh. Bukuku hanyalah serpihan pengalaman
yang mungkin dianggap remeh-temeh oleh banyak orang. Bagiku, pengalaman itu
amatlah berharga. Melalui hal-hal ang aksara kehidupan. Aku belajar untuk
meniti di atas satu jalan yang kemudian memperkaya batinku hari ini.
Dan setidaknya, melalui buku sederhana
itu, aku telah menyapa banyak orang di berbagai tempat. Aku ibarat pendongeng
yang berpijak di satu dunia, namun kisahku tersebar di banyak tempat. Tak
peduli apapakh baik atau buruk, buku itu menjadi portal yang membawa kisahku
tersebar ke mana-mana. Jika buku itu bernasib baik, maka barangkali ia akan
tetap abadi hingga ratusan mendatang. Jikapun tidak, ia telah mematrikan
perjalananku pada satu kurun waktu tertentu yang bisa diselami oleh siapa saja.
Hari ini adalah tanggal 2 Februari. Kakiku
masih berpijak di sini, di kampung halaman yang selalu menjadi tempat kembali
atas perjalananku. Namun pikiranku telah berkunjung ke mana-mana. Melalui buku,
pikiranku telah menyapa banyak orang, singgah berteduh di banyak rumah, serta
menjadi sahabat minum teh di sore hari di kala seseorang hendak rehat. Ah,
semoga saja ia mendatangkan kebaikan.
Hari ini kembali aku menerima kabar dari
teman di Depok dan Madiun. Ada potret yang dikirimkan. Ada rasa bahagia yang berlipat-lipat.
Ternyata ada banyak hal luar biasa yang tak bisa dinilai dengan materi. Ternyata,
kita tak akan pernah sanggup menakar rasa bahagia yang bertumbuhan karena
disapa banyak orang atas benih-benih gagasan yang pernah ditebar dan dibagikan
pada banyak orang. Benih itu ada di sini. Di dalam sebuah buku.
0 komentar:
Posting Komentar