saat Ara di Library |
HARI-hariku banyak berubah. Dahulu, aku selalu bangun setiap jam
10 pagi. Kini, aku selalu bangun jam enam pagi. Bukan berarti aku sedang
mendisiplinkan diri. Namun, setiap pagi, selalu saja ada bayi mungil yang
datang menyapa, memaksaku untuk bangun, menarik selimut, sampai menarik-narik
bajuku. Yup. Bayi Ara adalah sosok yang mengubah kebiasaanku bangun pagi.
Lebih tiga minggu, Ara hadir dalam kehidupanku. Bayi berusia
setahun ini adalah cahaya terang yang menerangi hari-hariku yang berjalan.
Dahulu, hari-hariku serba bergegas. Aku ingin segera di kampus, begadang menyelesaikan
tugas-tugas, hingga kebiasaan untuk menunda makan. Kini, semuanya berubah
drastis. Sejak ada Ara, aku mesti menyesuaikan diri. Waktuku lebih banyak di
rumah demi untuk bermain-main sepanjang hari bersamanya.
Aku memang seorang yang kekanak-kanakan. Kata teman, aku seorang
yang serius dan sering menenggelamkan diri pada berbagai hal yang sifatnya
reflektif, entah itu merenung, menulis, atau membaca. Teman itu salah besar.
Sejatinya, diriku seorang yang suka bermain-main layaknya kanak-kanak. Ketika
aku serius, itu pertanda bahwa diriku sedang berada pada zona tak nyaman. Kadang,
aku memanipulasi kesan dengan agak serius. Sejatinya, aku tak suka keseriusan. Aku
suka canda tawa serta hari-hari yang penuh keriangan.
Ara bersama teman barunya, Jacob |
saat Ara dan Bunda mengikuti acara storytelling |
Bayi Ara mengembalikan hari-hariku menjadi demikian berwarna.
Kepada Shafiq, sahabat asal Afghanistan, selalu kukatakan bahwa dahulu diriku
seorang pemalas, kini, setelah Ara datang, aku menjadi semakin pemalas. Hidup
di kampus jadi tidak menyenangkan. Aku memilih berada di apartemen, menemani
Ara bermain, atau sekadar untuk menemaninya menyaksikan tayangan lagu
kanak-kanak.
Tanpa sadar, bayi Ara mengajariku sebuah orientasi serta visi baru
kehidupan. Bersamanya, aku mengunjungi tempat baru, yang dahulu tak pernah
kudatangi. Aku jadi keseringan mengunjungi Athens Public Library, sebab di sana
ada arena bermain untuk bayi, serta sering ada acara pembacaan dongeng yang
dihadiri banyak bayi dan orang tuanya. Ara seolah mengajakku masuk ke dunianya.
"Ayah, ini apa?" |
saat aku mencoba bermain boneka. Apa aku lucu ataukah seram? |
Dahulu, ketika pertama tiba, ia menolakku. Ia menjerit keras-keras
ketika kugendong dan kuciumi. Meskipun aku berbisik, "Ini aku
ayahmu," ia tetap tidak peduli. Kini, segalanya berubah. Ketika aku
mengetuk pintu, maka ia akan merangkak kegirangan. Ia tak pernah bosan
memintaku menggendongnya, meskipun hanya untuk sekadar berjalan keliling
apartemen kami. Kepadanya aku berbisik:
"Aku akan melakukan apapun untukmu Nak. Bahkan aku siap mengelilingi bumi ini sepanjang dirimu tetap ceria, tetap senyum, dengan senyum yang melumerkan segala masalahku.”
Athens, 2 Oktober 2012
0 komentar:
Posting Komentar