Mengalir Bersama Natalie Goldberg





Why do you come to sit meditation? 
Why don’t you make writing your practice? 
If you go deep enough in writing, it will take you everyplace.” 


KUTIPAN di atas saya ambil dari buku Writing Down the Bones (1986) karya Natalie Goldberg. Ucapan di atas dikemukakan oleh seorang guru spiritual yang hendak mengajarkan zen dan meditasi kepada Natalie. Kata sang guru, proses menulis adalah proses meditasi, sesuatu yang bisa membawa pikiran seseorang untuk fokus ke satu titik, dan di saat bersamaan, pikiran bisa terbang ke mana-mana. 

sampul buku Writing Down the Bones

Beberapa hari ini, saya sedang keranjingan menuntaskan buku karya Natalie Goldberg. Seingat saya, ada beberapa orang di Indonesia yang merekomendasikan buku ini. Salah satu di antaranya adalah Hernowo, Direktur Mizan. Buku Natalie sangat memikat karena ia mengajarkan seseorang untuk menulis sebagai medium untuk membebaskan diri. Seseorang tak perlu terpaku dengan berbagai aturan kebahasaan atau keinginan untuk tampil hebat dalam menulis. Natalie seakan berkata, “Tulis aja apa adanya. Biarkan idemu mengalir deras.” 

Memang, di Amerika Serikat (AS), Natalie dikenal sebagai seorang pelopor teknik Free Writing (kerap disebut stream of consciousness writing) yang merupakan teknik kepenulisan di mana seseorang secara berkelanjutan menulis secara lepas, tanpa memperhatikan ejaan, tata bahasa atau topik. Teknik ini membantu para penulis atau calon penulis untuk melepaskan kendala yang memenuhi pikirannya sehingga menulis menjadi sesuatu yang menyenangkan. 

Selain Natalie, beberapa orang yang juga meniti di jembatan yang sama adalah Peter Elbow (penulis Writing Without Teachers di tahun 1975) dan Julia Cameron, penulis buku The Artist’s Way tahun 1992. Mereka rajin mengampanyekan free writing sebagai metode untuk melepaskan hambatan dalam menulis. 

Meskipun bukan sebagai penutur bahasa Inggris, buku ini mudah saya pahami. Saya sangat menikmati karya Natalie ini. Rasa bahasanya membuat saya mengalir bersama tuturan dalam buku ini. Isinya sangat inspiratif. Sebelum membaca buku ini, saya juga pernah membaca satu buku bagus dengan bahasa yang demikian memikat yakni Critical Thinking karya Bell Hook. 

Buku ini termasuk salah satu buku yang terpopuler di negeri itu. Padahal, formatnya sederhana sebab berisikan catatan harian. Makanya, buku ini tidak punya bab-bab khusus, sebab merupakan kumpulan artikel tentang aneka topik. 

Natalie Goldberg

Natalie juga menjadi seorang trainer kepenulisan yang sukses menyebarkan virus menulis cepat. Ia mengajarkan menulis sebagai praktik meditasi sebagaimana zen sehingga siapapun bisa memasuki ruang-ruang kepenulisan sebagaimana seseorang yang sedang bermeditasi. Saya suka satu kutipan powerful di buku ini, “Trust what you love, continue to do it, and it will take you where you need to go.” Jika saya Mario Teguh, saya akan katakan, ”Super sekali!” 

Saat membaca buku ini, saya akhirnya punya kesimpulan sendiri tentang jenis-jenis buku yang populer dan digemari di AS. 

Pertama, warga Amrik senang dengan buku yang ringan, namun inspiratif. Nampaknya, mereka tidak suka memberat-beratkan diri dengan aneka perkara akademik yang pelik-pelik. Mereka suka dengan hal-hal yang sederhana, menyangkut keseharian, dan sifatnya menggali harta terpendam dalam diri. Pendidikan di Amerika sejak dini telah mengajarkan bahwa setiap orang punya potensi dan keunikan masing-masing. Pendidikan hanya alat untuk menggali harta terpendam keunikan tersebut. 

Kedua, tidak semua tulisan dalam bahasa Inggris adalah tuisan bagus. Di sini, banyak yang nulis panjang-panjang, namun hasilnya malah tidak bagus. Malah susah dimengerti. Bahasa Inggrisnya boleh lancar. Tapi kalimat yang disampaikan bisa tidak bertenaga. Ini sama persis dengan fenomena di Indonesia. Banyak yang suka nulis, tapi belum tentu punya kemampuan menaklukan kata-kata untuk menyampaikan makna. 

Ketiga, orang Amrik sekalipun sama-sama punya kendala-kendala dan hambatan dalam menulis. Inilah sebab mengapa banyak yang sulit untuk menggoreskan kalimat dalam tulisan. Dalam satu dialog dengan Prof William Frederic, ia bercerita tentang sulitnya membaca tulisan mahasiswa di Ohio. Katanya, banyak mahasiswa di tingkat undergraduate yang malah sama sekali tidak bisa nulis. Sebagai dosen, ia sulit memahami apa yang mereka maksudkan. 

Ini catatan sementara. Saya masih ingin lanjut menyelesaikan karya Natalie Goldberg. Berikut, saya kutipkan beberapa kalimatnya yang saya suka: 


“I don’t think everyone wants to create the great American novel, but we all have a dream of telling our stories –of realizing what we think, feel, 
and see before we die. 
Writing is a path to meet ourselves and become intimate.” 

“If everything you sat down, you expected something great, 
 writing would always be a great disappointment.” 

“In writing, when you are truly on, 
there’s no writer, no pen, no thoughts. 
Only writing does writing –everything else is gone.” 

“We must continue to open and trust in our own voice and process.” 

“If you are not afraid of the voices inside you, 
you will not fear the critics outside you. 
Besides, those voices are merely guardians and demons protecting the real treasure, 
the first thoughts of the mind." 

“Let your whole body touch the river you are writing about, 
so if you call it yellow or stupid or slow, all of you is feeling it. 
There should be no separate you when you are deeply engaged.”



0 komentar:

Posting Komentar