Apakah Indonesia Pusaka adalah Plagiat?



SEORANG sahabat asal Cina, Shuyi, mengirimkan tautan tentang video klip di negerinya. Mulanya, saya pikir itu cuma sebuah klip biasa yang menampilkan seorang gadis Cina sedang menyanyi. Setelah saya mengklik tautan itu, maka terkejutlah saya. 

Ternyata, klip itu menampilkan seorang gadis Cina sedang menyanyikan lagu yang nadanya sama persis dengan lagu Indonesia Pusaka karya Ismail Marzuki. Tak percaya? Silakan bandingkan dua lagu ini (DI SINI dan DI SINI)




Dua malam lalu, Shuyi menghadiri Indonesia Night di Athens, Ohio. Ia mendengar lagu Indonesia Pusaka (kita sering menyebutnya Indonesia Tanah Air Beta) dinyanyikan. Ia terkejut karena mengenali nada lagu itu sama persis dengan lagu yang sedang naik daun di Cina. Setelah mengklik link yang dikirimkannya, saya akhirnya mengakui kalau dua lagu itu sama persis. 

Terhadap kesamaan ini, saya punya dua asumsi: Pertama, jangan-jangan, lagu Cina tersebut adalah versi terjemahan dari Indonesia Pusaka. Namun, Shuyi menjelaskan bahwa dalam versi Cina, lagu itu mengisahkan seorang gadis yang jatuh cinta dan belum berani menyampaikan isi hatinya. Artinya, asumsi ini gugur. Kedua, jangan-jangan lagu Indonesia Pusaka yang di negeri kita dikenal sebagai lagu patriotik itu adalah lagu plagiat. 

Setelah melihat beberapa kanal informasi, saya menemukan fakta bahwa penulis lagu Ismail Marzuki memperkenalkan lagu itu pada tahun 1940-an. Makanya, lagu ini termasuk lagu perjuangan yang liriknya sangat patriotik dan menjadi bagian sejarah. Kata Shuyi, lagu Cina ini muncul belakangan ini. Setahun lalu, ketika dirinya masih di Cina, lagu ini belum dikenal. 

Makanya, saya berkesimpulan kalau lagu Indonesia Pusaka telah dijiplak oleh seseorang di Cina, dan dikemas ulang menjadi lagu cinta. Mungkin, agak sulit untuk mendefinisikan apa yang disebut plagiat dalam musik. Saya masih ingat dengan musisi Ahmad Dhani yang punya kriteria yakni ketika terdapat 12 not yang sama persis, maka kita bisa menyebutnya plagiat. 

Kita sedang berhadapan dengan kian menyempitnya batas-batas negara. Malah, batas itu mulai mengabur. Sebuah proses kreatif yang ada di satu negara bisa dengan mudahnya berpindah ke negara-negara lain. Dalam contoh di atas, agu Indonesia dijiplak di Cina. Tapi dalam banyak contoh lain, Indonesia pun sering mengklaim ulang lagu negeri lain. 

Jika kita sedikit menelaah sejarah, maka sesungguhnya apa yang kita sebut sebagai plagiat itu sudah terjadi sejak masa silam. Budayawan Remy Silado pernah menulis bahwa lagu kebangsaan Malaysia, “Negaraku” justru berasal dari lagu berjudul “Terang Bulan” karya seniman Indonesia. Malah, pada tahun 1957, pihak RRI dan pemerintah Indonesia, sepakat untuk tidak memutar lagu Terang Bulan demi penghargaan pada Malaysia yang menjadikan lagu itu sebagai lagu kenegaraan. 

Jangan melulu menyalahkan Malaysia. Negeri ini pun sering melakukan hal yang sama. Kita pernah mendengar lagu patriotik “Dari barat sampai ke timur berjajar pulau-pulau,” dan lagu “Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati.” Lagu pertama mengingatkan pada lagu Perancis ciptaan Rouget de Lisle. Memang hanya bagian depan, yang juga dijiplak The Beatles. 

Sementara lagu kedua, “Kulihat ibu pertiwi sedang bersusah hati,” adalah 100 persen jiplakan atas lagu gereja “What a friend we have in Jesus.” Entah kenapa, grup asal Surabaya Dara Puspita menyanyikan lagu itu jadi patriotik pada tahun 1960-an. Padahal, kata Remy Silado, lagu ini aslinya diciptakan Horatius Bonar pada lirik dan Charles Crozat Converse pada musik. Hak ciptanya dicatat lewat Biglow & Main. 

konser Indonesia Pusaka di Sydney

Kembali ke lagu Indonesia Pusaka, benarkah Ismail Marzuki tidak sedang menjiplak? Saya berharap demikian. Meskipun reputasi komponis ini tidak bagus-bagus amat. Konon, Presiden Sukarno pernah memberikan penghargaan pada Ismail Marzuki karena menciptakan lagu Halo-Halo Bandung. Padahal, sejatinya, lagu itu ciptaan prajurit Siliwangi bernama Lumban Tobing. 

Bersama peleton Bataknya, ia melakukan long march dari Yogya ke Bandung pada zaman revolusi, dan sepanjang jalan menyanyikan lagu Halo-Halo Bandung. Malah si Marzuki yang dapat credit point. Hmm...


Athens, Ohio, 27 Februari 2012