Pleidoi atas Ketidakproduktifan

KETIKA pertama datang ke Amerika Serikat (AS), saya bertekad untuk menulis sebanyak-banyaknya. Sebulan ini, saya mulai mengevaluasi diri betapa tidak produktifnya saya ke sini. Tulisan saya di blog ini jadi sangat berkurang. Saya juga baru sekali menulis di Kompasiana. Padahal idealnya, saya menulis sekali dalam seminggu di Kompasiana, dan menulis tujuh kali untuk konsumsi blog.

citizen reporter di Tribun Timur

Saya juga belum pernah menulis untuk media massa, dalam hal ini menulis opini. Padahal, mestinya saya bisa menulis opini secara regular agar nama saya tidak tenggelam begitu saja. Saya teringat tekad saya untuk menembus media-media besar di tanah air. Tampaknya saya harus memperbarui tekad itu sehingga saya bisa tetap produktif.

Mengapa jadi tidak produktif? Karena saya masih membutuhkan adaptasi di sini. Ini bulan pertama. Saya masih kesulitan memahami materi di kelas. Saya juga sering mengalami kesulitan untuk memahami idiom-idiom dalam bahasa Inggris. Makanya, saya rasa pengetahuan yang di dapat di sini tidaklah seberapa maksimal. Mudah-mudahan saya bisa segera mengatasi kendala bahasa ini dalam waktu yang secepat-cepatnya sehingga saya bisa melakukan banyak hal lain yang bermanfaat.

Untungnya, saya masih bisa mengirim catatan pendek atau citizen repoter untuk Tribun Timur, media paling besar di Sulawesi Selatan. Mudah-mudahan warga Makassar belum menghilangkan memori tentang keberadaan diri saya di kota itu. Tulisan itu menjadi penanda jejak bahwa saya pernah berumah dan meramaikan wacana intelektual di Kota Makassar.(*)

0 komentar:

Posting Komentar