masih adakah tersisa kebanggan buat bangsa ini? |
NEGERI ini sedang heboh. Ada warga yang dihukum pancung di Arab Saudi. Pemerintah malah tidak peduli. Pemerintah tak puya daya-daya dan upaya untuk melakukan sesuatu demi menyelamatkan warganya yang ada di sana. Konon, sang warga dituduh membunuh majikan yang lalim. Tapi apakah lantas negara ini hanya bisa diam saja dan berpangku tangan?
Hakekat sebuah negara adalah sebagai tembok besar yang memagari keselamatan warganya. Konstitusi mengatakan bahwa tujuan negara ini melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Ketika Indonesia malah tidak peduli dengan nasib warga yang menyabung nyawa di negeri lain, lantas apa perlu kita mempertanyakan ulang apa makna dan tujuan bernegara?
Sebagai warga, kita sedang dihadapkan pada sebuah paradoks. Kita menyaksikan wajah negara yang serupa malaikat, namun serupa iblis di sisi lain. Ada ambiguitas serta ambivalensi yang ditampakkan ketika para pemerintah menyapa warga dengan berurai air mata. Negara berurai air mata dan mengaku peduli, tapi di sisi lain tak ada daya-daya dan upaya untuk menyelamatkan warga itu. Tak ada pula tekanan agar negara lain tidak seenaknya menghardik rakyat kita. Inilah negeri yang tidak peduli pada nasib rakyat yang amanah konstitusi telah mewajibkannya untuk membela.
Dan kita hanya bisa menjadi penyaksi yang bersuara kian parau. Jutaan warga yang memilih jadi TKI itu adalah potret ketidakmampuan negara untuk menyediakan lapangan kerja bagi jutaan warganya. Hijrahnya mereka ke negeri jiran adalah gambaran betapa carut-marut negara ini dan kegagalan pemerintah untuk memberikan penghidupan yang layak buat warga.
Entah apakah masih ada tersisa sesaput kebanggaan untuk negara yang kemerdekaannya direbut dengan berdarah-darah ini. Entah, apakah kita masih bangga menerima warisan sebuah negeri yang pemerintahnya tak peduli pada warganya sendiri. Entah.(*)
0 komentar:
Posting Komentar