Saatnya Menuntaskan Kerjaan yang Tersisa

MINGGU ini pikiranku melayang-layang. Tubuhku lelah dan tidak terlalu siap dengan urusan bertubi-tubi. Aku mesti mengisi Generic Application (formulir studi di negeri lain) secara lengkap, namun pada saat bersamaan, mesti pula menuntaskan sejumlah tugas-tugas yang tersisa. Pikiranku seolah sudah di Jakarta untuk mengikuti persiapan belajar bahasa Inggris. Tapi kakiku masih berpijak di sini demi menyelsaikan semua yang tersisa agar saat berangkat studi tak ada pekerjaan yang tersisa.

Mungkin Anda menganggapnya mudah. Tapi tidak bagiku. Dulu, sewaktu ikut seleksi beasiswa, mengisi Generic Application bisa dilakukan dengan santai sebab dirimu berpikir kalau kemungkinan lulusnya amat kecil. Makanya dikerjakan dengan cuek dan seadanya. Namun setelah dinyatakan lulus, langsung berubah jadi rumit. Anda mesti memlih kata yang tepat --kalau perlu menyentuh-- agar universitas tertentu kepincut dan bersedia menerima Anda. Nah, di sinilah letak kesulitannya.

Sering aku mengeluh betapa beratnya menjalankan banyak pekerjaan dengan hasil yang maksimal. Apalagi jika pekerjaan itu semuanya membutuhkan kerja otak. Andaikan cuma disuruh memindahkan barang, mungkin sejak kemarin kuselesaikan. Tapi masalahnya, aku mesti menyelesaikan beberapa konsep, mulai dari naskah akademik, menyelesaikan tulisan untuk buku, serta mengurusi tetek-bengek yang membutuhkan kegesitan semisal kartu keluarga, KTP, atau memikirkan kopian hasil translet ijazah yang belum kelar. Semuanya butuh perhatian dan konsentrasi. Masalahnya pula, semua kerjaan berat itu mesti dituntaskan di bulan puasa ini. Nah….

Betapa sulitnya menjaga stamina agar tetap kuat melakukan banyak hal di tengah bulan puasa. Aku tidak setipe dengan binatang unta yang tahan lapar berhari-hari. Diriku seorang pengidap sakit mag yang gampang terkapar ketika terlambat makan. Tapi apalah dayaku. Segalanya harus dituntaskan agar tidak menjadi beban di esok hari. Mau tak mau diriku harus kerja keras untuk menyelesaikan semuanya.

Tapi, tenggelam dalam keluhan bukanlah solusi yang bijak. Toh, itu tidak juga menyelesaikan masalah. Mendingan bangkit dan bergegas. Aku bertekad untuk tidak mengeluh. Diriku harus kuat, perkasa seperti Hulk si raksasa hijau. Mengeluh adalah pekerjaan para pengecut yang tak siap bertarung demi hari. Saatnya bergerak. Aku harus menyusun ulang apa-apa yang harus dikerjakan, mengatur waktu yang tepat sehingga semuanya bisa terselesaikan. Semangat!

3 komentar:

Hamzah Palalloi mengatakan...

Berarti ada niat batal puasa nih bos...memang gak bisa ngikutin Oenta..hahahahah

ririn mengatakan...

hallo...
semangat trus pak yusran... saya senang sekali membaca postingan bapak beserta istri. Kebetulan saat ini saya juga sedang harap2 cemas menanti pengumuman untuk panggilan interview beasiswa ADS (Australian Development Scholarship) kemarin baru kirim berkas, semoga aja lulus, amiiin,,,hehehehe.... sempat saya merasa pesimis, tapi ketika membaca postingan2 bapak berkaitan dengan beasiswa, saya jadi bersemangat lagi, membangun optimis lagi, sering saya membaca buku2 motivasi, laskar pelangi cs misalnya, memang sangat memotivasi, tapi tetap saja rasanya kok masih jauh ya... tapi ketika tau bapak warga kendari juga, mimpi itu terasa agak membumi, makasih atas postingannya, ya... semoga sukses selalu...

Yusran Darmawan mengatakan...

makasih riri. gak nyangka kalau coretan asal-asalan ini bisa pula dibaca banyak orang. saya senang jika tulisan ini bisa menginspirasi. makasih yaaa

Posting Komentar