Atraksi Meriah di Festival Perairan Pulau Makasar (FPPM)

KEMARIN, Festival Perairan Pulau Makassar (FPPM) resmi dibuka di Bau-Bau. Festival ini memberikan kesempatan pada banyak masyarakat untuk menampilkan ekspresi seni dan budaya. Saya beruntung karena masih bisa menyaksikan ajang tahunan yang cukup besar ini. Setelah beberapa tahun diselenggarakan, kali ini saya berkesempatan untuk menyaksikannya langsung. Saya beruntung karena sempat memotret momen atraksi di lautan.


Hingga kini saya masih bertanya-tanya, kenapa harus memakai nama Pulau Makassar. Memang, di depan Kota Bau-Bau terdapat pulau kecil yang bernama Pulau Makassar sebab pada abad ke-17, tempat itu adalah tempat pembuangan prajurit Makassar yang dikalahkan dalam perang. Walaupun kini penduduk pulau itu bukan lagi keturunan prajurit Makassar, namun nama itu sudah melekat sebagai nama pulau.


Tapi saya masih belum puas dengan kebijakan pemberian nama festival tersebut. Bagi saya, nama itu mengisyaratkan posisi yang tidak percaya diri dan hendak berlindung di balik nama Makassar. Kita seolah tidak punya nama yang diambil dari khasanah lokal yang kemudian dipopulerkan hingga ke manca negara. Kita hanya bisa mendompleng pada nama besar Makassar demi merebut simpati dan publikasi media massa.

Saya lebih sepakat jika nama Festival Keraton Buton yang dihidupkan kembali dan menjadi perekat semua daerah yang pernah berada di bawah paying kesultanan. Tapi entah apa pertimbangan semua pejabat daerah ini. Hingga kini, belum juga ada satu pernyataan yang tegas tentang kebijakan pemberian nama tersebut.(*)

0 komentar:

Posting Komentar