MTQ dan Fenomena Qari Impor

KOTA Bau-Bau tengah diliputi keramaian oleh penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ). Selama beberapa hari ini, ribuan warga ikut menyemarakkan acara yang berlangsung sederhana ini. Saya sendiri menyaksikan beberapa acara, mulai dari arak-arakan (ta’aruf), lomba kasidah, dan lomba mengaji (qari). Dari semua acara itu, saya berkesimpulan bahwa masyarakat menyenangi sebuah pergelaran. Mereka menyenangi event-event besar di mana mereka bisa mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya.

Beberapa bulan lagi, akan ada MTQ tingkat provinsi Sulawesi Tenggara. Makanya, semua kabupaten/ kota menggelar MTQ di tingkat daerah. Mereka menggelar seleksi sekaligus pencarian bakat-bakat baru untuk mewakili daerah di tingkat provinsi, ataupun tingkat nasional. Kelak, mereka yang menang lomba, dianggap mengharumkan nama daerah.

Di sela-sela penyelenggaraan MTQ itu, saya mendapat kabar miring, kalau banyak daerah yang demi prestasi kerap menghalalkan segala cara. Banyak daerah yang mencari para qari (pengaji) terbaik di Jawa dan Sumatra, kemudian diminta khusus agar mewakili daerah di ajang MTQ. Menurut seorang kawan, jumlah qari seperti itu di Jawa amatlah banyak. Cukup menyusuri banyak pesantren, pasti akan menemukan banyak bibit yang siap dibayar demi membawa nama suatu daerah. Ini adalah fenomena qari bayaran demi mendongkrak prestasi. Dengar-dengar sih, para qari ini tidak cuma dibayar dengan uang puluhan juta rupiah, namun juga posisi menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

Saya merasa ada yang salah di sini. Apapun itu, ini jelas sebuah pelanggaran. Memang, sang qari melantunkan ayat suci Al Quran. Memang, ajang ini adalah demi melaksanakan syiar Islam. Namun apalah artinya semua itu jika pada saat bersamaan sang qari melakukan praktik kebohongan, sesuatu yang amat dibenci Allah. Ia mengaku berasal dan mewakili satu daerah, padahal pada hakekatnya ia sedang dibayar untuk mengaku-ngaku demikian. Dan pada akhirnya, ajang untuk melantunkan asma Allah itu jadi hilang makna gara-gara keinginan untuk merebut prestasi.

Sebagai sebuah pesta besar dan melibatkan banyak warga, saya tetap antusias menyaksikannya. Malah, saya memotret beberapa momen penting di acara MTQ khususnya pada acara arak-arakan, sebagaimana bisa disaksikan pada foto-foto berikut:



0 komentar:

Posting Komentar