Sisiphus yang Menelan Pil Pahit


KEKESALAN itu seperti kuda liar yang menerabas sana-sini. Jika tidak dikendalikan, maka bisa menyeruduk dan menimbulkan bencana. Hari ini saya sedang kesal. Saya ingin menjinakkan semua rasa kesal itu. Saya ingin mengendalikannya dengan sekuat tenaga. Akhirnya saya paham bahwa mengendalikan rasa kesal itu tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.

Pada akhirnya, saya hanya bisa menyimpannya. Perasaan saya seperti Sisiphus, seorang dewa dalam mitologi Yunani. Ia menjalani kutukan untuk selalu mendorong batu ke puncak bukit, kemudian menjatuhkannya ke bawah, dan mulai mendorong lagi. Saya dalam situasi tak berdaya ketika harus menelan pil pahit berkali-kali. Mau marah, jelas gak ada gunanya. Jalan terbaik adalah pasrah saja dengan mengurut dada. Jalan terbaik inilah yang menyesakkan dada.

Tiga bulan yang lalu, bersama beberapa teman saya telah menyelesaikan sebuah riset. Laporannya sudah selesai sejak dua bulan lalu. Bahkan, hasil riset yang saya susun itu telah pula dipresentasikan. Malah, sudah ada tim survei yang mengecek semua hasil riset itu. Kami bekerja dengan serius, dengan hasil yang terbaik. Masalahnya adalah sampai kini, saya dan semua anggota tim belum menerima bayaran atau uang lelah atas kerja keras itu. Kami belum menerima hak. Kami cuma diberi janji. Dalam setiap pertemuan, kami selalu diiming-imingi tentang dana besar yang akan diterima.

Saat ini, saya sudah tidak berharap pada dana segunung itu. Saya hanya meminta agar semua uang lelah teman-teman bisa dibayar sesuai dengan kesepakatan. Tapi, tampaknya sang pemberi order terkesan mulai mangkir dari tanggung jawab. Setiap kali ditagih, maka ia akan memberi janji baru, misalnya tunggu awal bulan 1. Tapi setelah tiba awal bulan 1, ia kembali memperbarui janji yakni awal bulan 2. Tiba awal bulan 2, kembali ia akan memperbarui janji yakni awal bulan 3. Kami sudah kenyang dengan janji. Apakah ia tak paham bahwa semua janji itu kami catat baik-baik dan setiap saat selalu dipertanyakan?

Ia selalu memberi iming-iming. Tapi, saya mulai lelah dengan iming-iming. Saya tiba-tiba berpikir, untuk sebuah hal yang sederhana saja ia sudah mulai mangkir, bagaimana jika kelak ketika menjalankan sesuatu yang lebih besar.

……..
Maafkan saya wahai pembaca blog ini yang mengganggu keceriaan hari-hari anda semua. Saya sedang ingin mengeluh. Tulisan ini kekesalan yang harus dibuang dalam diri. Daripada disimpan dan jadi penyakit, mendingan dimuntahkan dalam blog ini. Sekali lagi, maafkan saya...



0 komentar:

Posting Komentar