.... Karena Merpati Tak Pernah Ingkar Janji


BARANGKALI cinta yang paling tulus bukan dimiliki oleh manusia. Mungkin, cinta yang bening itu adalah milik sepasang merpati. Ikrar untuk bersama-sama itu sudah terpatri dalam kesadarannya, sehingga apapun yang terjadi, mereka harus tetap bersatu. Ketika merpati jantan terpisah jauh, maka ia akan terbang melesat seperti peluru, demi menemui merpati betina. Hidup adalah bersama-sama, tanpa terpisah barang sedetikpun.

Hasrat untuk terbang cepat bagai kilat itu, lalu dimanfaatkan manusia untuk dilombakan. Kemarin, saya jalan-jalan ke GOR Sudiang. Di dekat kompleks olahraga yang cukup megah itu, saya melihat ada beberapa pria yang saling adu balap merpati. Mereka memegang merpati betina dan mengacungkannya ke udara. Tiba-tiba dari kejauhan, merpati jantan melesat cepat untuk menemui yang betina. Para pria itu bersorak-sorak pada merpati yang paling cepat terbangnya.

Para pria itu mengenakan baju kaos putih lengan panjang. Di belakang bajunya terdapat gambar merpati dan tertera tulisan “Persatuan Merpati Balap Indonesia (PMBI) Makassar.“ Mungkin semacam induk olahraga buat para penggemar merpati balap. Meskipun saya sendiri menganggap itu bukan olahraga seperti halnya sabung ayam atau adu jangkrik. Buktinya, tak ada aktivitas otot atau olah pikir. Manusia hanya mengacungkan merpati betina dan melesatlah yang jantan.

Lama memperhatikan aktivitas itu, tiba-tiba saya sedih juga melihat merpati itu. Saya sangat yakin kalau merpati itu tidak pernah tahu bahwa dirinya dalam perhatian banyak manusia yang terkagum-kagum melihat terbangnya yang cepat bagai kilat. Kemahsyuran dan narsis itu hanya milik manusia saja. Merpati itu tak pernah tahu kalau manusia bertaruh tentang kecepatan terbangnya. Ia tak tahu bahwa dirinya diperlombakan demi iming-iming hadiah tertentu. Saya amat yakin, merpati itu terbang cepat karena keinginan untuk bersama-sama pasangannya. Ia tak tahan dipisahkan, dan ingin segera bersama-sama. Dan manusia bersorak-sorai seolah dirinya memenangkan lomba.

Ketika merpati jantan itu berhasil menemui merpati betina, ia lalu mematuk-matuk merpati betina. Mungkin itu semacam bahasa cinta atau tanda sayang. Dan saya lalu mengutuk pemilik merpati itu yang memasukkan mereka dalam kandang terpisah. Sialan! Sudah terbang jauh-jauh, kok tiba-tiba dipisahkan lagi.

Tiba-tiba saya teringat ujar-ujaran klasik tentang ’merpati yang tak pernah ingkar janji.’ Saya sedang menyaksikan kebenaran ujar-ujaran itu. Saya tak pernah tahu apa yang sedang dipikirkan atau dibahas sang merpati. Saya hanya melihat dengan sisi manusia. Mungkin di situ ada komitmen kuat untuk selalu bersama. Mungkin ada janji yang pernah terikrar, dan merpati jantan itu memegang janji itu dengan sepenuh jiwa raganya.

Merpati jantan adalah pencinta sejati yang rela terbang secepat kilat demi segera menemui pasangannya. Dalam terbang yang amat cepat itu, sesungguhnya ada ketulusan untuk bersama-sama. Kini, saya paham mengapa merpati menjadi simbol cinta. Sebab merpati tak pernah ingkar janji. Merpati selalu rindu dengan pertemuan.(*)

0 komentar:

Posting Komentar