Saat Atun Diopname

ADIK Atun kembali sakit. Semalam dia muntah-muntah. Entah apa yang sudah dimakannya. Muntahnya tak juga berhenti. Meski sudah tidak ada makanan di lambungnya, ia muntah terus. Kasihan, ia sungguh tersiksa. Tak tahan melihatnya terus-terusan sakit, saya bersama mama dan kakak lalu membawanya ke Rumah Sakit Dr Wahidin. Penuh. Kami lalu membawanya ke rumah sakit Ibnu Sina.

Jam 1 malam, saya minta izin untuk pulang ke kamar. Saya lelah seharian memindahkan barang ke kamar ini. Meskipun kakak menyediakan tempat tinggal yang sangat memadai, saya tetap ingin memiliki kamar sendiri. Saya tetap ingin mandiri dan punya ruangan di mana saya sendirian dan menemukan banyak inspirasi. Untuk itu, saya bahagia memiliki kamar ini. Sayang sekali, di malam pertama ketika saya ingin bermalam, Atun sakit dan harus opname.

Setiap kali melihat Atun, saya selalu sedih. Saya sedih dengan fakta bahwa dia selalu masuk rumah sakit untuk opname. Saya tak paham apa sakit yang dideritanya. Saya hanya bisa sedih jika melihat keadaannya yang sakit. Tubuhnya mulai kurus. Sangat berbeda dengan fisiknya ketika masih kuliah di Unhas dahulu. Ia juga tak boleh kelelahan akibat kerja keras.

Mestinya, begitu menyadari kondisi fisiknya, ia harus membatasai kegiatannya. Semangatnya yang besar seakan melampauai keterbatasan fisiknya. Sayang sekali, fisik manusia ibarat mesin yang punya keterbatasan. Kita sebagai pemilik mesin itu harus pandai-pandai menentukan kapan saat mesin diistrahatkan atau dirawat di bengkel. Mestinya, Atun menyadari kapan ia mulai lelahdan harus berhenti dari rutinitasnya.

Saya meniatkan tulisan di blog ini sebagai mantra penyembuh atas sakitnya. Semoga dalam waktu dekat, ia sudah bisa keluar dari rumah sakit dan kembali ceria seperti sedia kala. Semoga...!!!

Makassar, 13 Juli 2009
Pukul 01.21 malam

(ketika saya usai membuat tulisan di atas, datang sms dari mama. Atun sudah sehat. Mereka semua sudah pulang ke rumah di Nusa Harapan Permai. Thanks God.....!!!)



0 komentar:

Posting Komentar