SAYA menyaksikan dialog calon presiden yang diadakan KADIN. Dari dialog itu, bisa tergambar siapa sesungguhnya kandidat presiden yang paling berkarakter dan mengetahui persoalan sampai pada skop yang lebih mikro. Saya memberi kredit point paling tinggi buat Jusuf Kalla. Jawaban-jawabannya cerdas, bisa mengesankan bahwa dia sangat terpelajar dan seorang pekerja keras.
Namun dalam hal retorika, Kalla masih kalah dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sayangnya, jawaban-jawaban SBY terkesan ngambang dan tidak benar-benar mengetahui apa yang terjadi di tingkat operasional bahkan terjauh dari kebijakannya sendiri. Jawabannya serba normatif, apalagi setelah saya membaca Kompas yang menyebutkan bahwa pihak tim sukses SBY ngotot mendesak agar semua pertanyaan harus sesuai dengan yang dikirimkan anggota Kadin kepada jubir presiden.
Sementara Megawati, saya kira harus banyak belajar mengenali masalah. Jawabannya serba aneh dan umum-umum saja. Mungkin, tim sukses Megawati harus bekerja lebih keras untuk meng-update pengetahuan Megawati sehingga bisa berdialog dengan lebih bernas yang lahir dari pengetahuan yang mumpuni atas sesuatu.
Tapi saya kira pilpres bukanlah pertarungan kecerdasan atau kemampuan mengenali isu dan menyusun formulasi solusi yang tepat. Di negeri ini, pilpres adalah ajang pertarungan citra, sejauh mana seseorang bisa memikat orang lain sehingga dipilih. Tak peduli seperti apa kualitasnya.(*)
0 komentar:
Posting Komentar