HARI Senin lalu saya mengajar mata kuliah Filsafat Komunikasi. Seperti biasa, saya selalu berusaha membuat kelas yang riuh menjadi hening. Kali ini, saya mengisahkan bagaimana filsafat barat mengalami pencerahan ketika Perancis luluh lantak. Saya seolah membawa mahasiswa berkelana menelusuri lorong waktu ke zaman ketika Perancis bergolak. Para buruh bahu-membahu menghancurkan penjara Bastille dan menurunkan Kaisar Louis XVI. Suasana Perancis gemuruh, segemuruh semangat ketika saya sedang mengajar.
Saya melihat sorot mata penuh keingintahuan. Para mahasiswa terpesona dan bertanya banyak hal tentang perkara-perkara filsafat yang memusingkan itu. Mungkin, saya berhasil membuat mereka pusing hingga pikirannya bekerja. Saya berhasil mengail rasa ingin tahu mereka untuk tak henti bertanya tentang dunia filsafat yang membuat pikiran kita berpusing-pusing.
Setiap kali mengajar, saya selalu ingin meniru Pak Harfan – seorang guru dalam film Laskar Pelangi—yang suaranya menggetarkan. Saya ingin menjadi setitik cahaya yang berpendar di tengah gelap. Saya tahu bahwa mereka jenuh dengan sistem pendidikan hari ini. Mungkin mereka bosan mendengar ceramah para dosen yang ilmunya tak pernah maju. Para dosen yang tahunya hanya jadi tim sukses politik, tanpa mengasah kepekaan sains. Saya tak mau memilih jalan itu. Saya lebih bahagia ketika memilih jalan sunyi di dunia akademik.
Makanya, ketika mengajar, saya berusaha memberi inspirasi. Saya ingin membangkitkan semangat dari dalam dirinya bahwa mereka sanggup untuk melakukan segala hal-hal yang besar. Tugas saya adalah membangkitkan keyakinan untuk berbuat hal-hal yang luar biasa, mengubah yang mustahil menjadi hal yang musykil.
Saya bahagia melakukannya. Saya ingin menjadi guru yang bisa membuka pikiran mahasiswa dan menunjukkan dunia lain yang begitu benderang. Saya ingin menjelmakan pengetahuan menjadi embun sejuk yang membasuh segala letih dan lelah dalam menelusuri bahtera kehidupan.(*)
0 komentar:
Posting Komentar