DALAM beberapa kesempatan saat berada di Buton, saya selalu berusaha memotret dengan menggunakan kamera digital sederhana. Meskipun foto-foto itu tak seberapa bagus, namun saya ingin sekali menampilkan di blog ini. Bagi saya, semua foto punya kisah dan sejarah tersendiri yang bersemayam di benakku. Sehingga setiap melihat foto tersebut, saya langsung terkenang banyak hal atau situasi ketika foto tersebut saya buat. Barangkali, inilah yang disebut konteks lahirnya sebuah foto. Simaklah satu per satu.
Gambar ini adalah gambar sunset di satu pantai di Barru, Sulawesi Selatan. Gambar ini dibuat oleh Dwi Agustriani. Dengan sentuhan teknologi, saya mengemas gambar itu dengan cara berbeda. Hasilnya menjadi sangat indah bagiku. He..he..he..
Gambar di atas saya ambil di pesisir pantai Buton Utara. Saat itu, saya sedang duduk di pinggir pantai dan menyaksikan sebuah perahu hendak menepi. Saat hendak dipotret, sang nelayan tersenyum ceria.
Gambar ini adalah patung naga hijau di Pantai Kamali, Kota Bau-Bau. Naga ini menjadi ikon kota atau simbol yang menjadi ciri keberadaan Kota Bau-Bau. Naga ini sangatlah populer. Hampir semua mereka yang singgah ke Bau-Bau akan berfoto di dekat patung naga tersebut
Gambar pelangi ini saya ambil dari Pantai Kamali, Bau-Bau. Saat itu, hujan baru saja usai. Saat memandang ke arah kapal, saya tersentak melihat gambar pelangi yang sangat indah.
Saat melintas di Desa Kakenauwe, Kecamatan Kapontori, Buton, saya tertarik dengan banyaknya anak kecil yang ke sekolah tanpa mengenakan sepatu. Saat kembali dari sekolah, mereka memegang sepatunya, tanpa memakainya. Saya tertarik karena menurutku, ini adalah pengalaman yang sangat unik dan jarang kulihat di tempat lain.
Ini adalah gambar anak kecil yang sedang memancing di kolam buatan di Pantai Kamali. Sebenarnya, gambar ini tak terlalu menarik bagiku. Namun biarlah ditampilkan sebagai pertanda kalau di Bau-Bau ada banyak tempat yang bisa dikunjungi.
Kalau gambar di atas ini, saya ambil di Kampo Enta, Buton Utara. Kampung ini bisa digolongkan sebagai kampung miskin yang terletak di Buton Utara. Namun persoalan bergaya, anak kecil ini tak mau kalah dengan anak kota. Lihat gayanya. Lucu khan?
Ini adalah gambar sejumlah remaja di pesta adat Pekande-kandea di Lowu-Lowu, Bau-Bau. Mereka duduk di dekat nampan berwarna merah yang berisi aneka makanan. Biasanya, mereka akan menyuap semua pengunjung yang datang makan di situ.
Search
Pengunjung Blog
...
Tentang Saya
blogger l researcher l communication practitioner l lecturer l teacher l IFP Fellow l ethnographer l anthropologist l academia l historian wanna be l citizen journalist l Unhas, UI, and Ohio Mafia l an amateur photographer l traveler l a prolific author l media specialist l political consultant l writerpreneur l social and cultural analyst l influencer l ghost writer l an avid reader l father l Kompasianer of the Year 2013 l The Best Citizen Reporter at Kompasiana 2013 l The 1st Winner of XL Awards 2014 l The 1st Winner of Indonesian Economic Essay Competition 2014 l
Arsip Blog
-
▼
2008
(159)
-
▼
Mei
(14)
- Foto Terbaik di Perjalanan
- 100 Tahun Kebangkitan Nasional
- Saat Qahhar Mudzakkar di Pulau Wawonii
- Susahnya Mencari Pemimpin
- Bukuku Akan Segera Terbit
- test
- Gelar Sarjana dan Sejumput Kebanggaan
- Betapa Anehnya Alasan Pemerintah Kita
- Bingung Stress Panik
- Prosesi Pengantin Wanita
- Akhirnya Adikku Atun Menikah
- Ibuku Berbaju Adat
- Posuo Jelang Pernikahan
- Naga Hijau di Pulau Buton
-
▼
Mei
(14)
0 komentar:
Posting Komentar