Beranda
/ Setelah Sapiens, Kini Homo Deus
Setelah Sapiens, Kini Homo Deus
BELUM tuntas, saya membaca buku Sapiens:
A Brief History of Humankind yang ditulis sejarawan Israel, Yuah Noval
Harari, seseorang mengirimkan buku Homo Deus: A Brief History of Tomorrow,
yang juga ditulis orang yang sama. Buku yang direkomendasikan banyak tokoh,
mulai dari Mark Zuckerberg, Barrack Obama, hingga Bill Gates ini berisikan
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan.
Penulisnya menyebut sejarah masa depan
bukan sebagai kepastian, namun prediksi dan kemungkinan yang bisa terjadi
dengan melihat fenomena saat ini. Jika dalam Dalam buku Homo Deus, Yuval Noah
Harari menulis tentang penemuan teknologis berikutnya yang sama pentingnya
dengan penemuan api dan bagaimana penemuan itu akan merubah alur evolusi
spesies kita di masa mendatang. Saya seolah membaca kisah science fiction
ala film Star Wars.
Buku baru ini membahas penemuan-penemuan
teknologis fantastis yang sedang berkembang di awal abad 21: neurosains,
bio-engineering, gene editing dan penemuan teknologis yang mungkin akan menjadi
penemuan terakhir spesies manusia: kecerdasan buatan (Artificial Intelligence).
Masa depan adalah era kecerdasan buatan. Kecerdasan ini memegang peranan
penting di dalam semua lini kehidupan. Kecerdasan buatan juga akan mengambil
alih sebagian besar pekerjaan manusia untuk dikerjakan dengan komputer, robot
dan mesin. Banyak manusia jadi pengangguran, muncul kelas baru yang
mengendalikan semuanya. Demokrasi bakal punah.
Saya tercengang membaca penjelasan tentang
teknologi yang lebih memahami manusia, ketimbang manusia itu sendiri. Google,
Facebook, dan Amazone, punya catatan lengkap tentang apa saja yang anda
posting, apa yang anda gelisahkan, makanan apa yang disukai, hingga apa saja
buku dan film yang anda tekuni. Teknologi bisa mengetahui bio-ritme dan apa
saja yang menyedihkan ataupun membahagiakan anda.
Algoritma yang digunakan Google dan Amazon
sama dengan algoritma yang terjadi dalam sistem kognitif manusia saat berpikir
atau mengambil keputusan sehari-hari. Bedanya hanya pada kompleksitas. Pada
satu masa, kemampuan algoritma komputer akan berkembang sedemikian rupa
sehingga melampaui kemampuan kognisi manusia dalam setiap bidang kehidupan.
Komputer memahami manusia, lalu menentukan pilihan-pilihan manusia, Ini sama
persis saat kita berbelanja di situs online, di mana data pembelian itu
terekam, sehingga suatu saat kita masuk kembali ke situ itu, langsung
terpampang benda-benda sejenis dengan yang kita beli. Algoritma komputer bisa
memetakan apa yang kita sukai.
Internet terhubung dalam berbagai
perangkat digital serta membentuk sebuah sistem yang populer disebut “Internet
of Things” (IoT). Lewat sistem inilah data atau informasi terus mengalir,
terakumulasi menjadi Big Data yang berisi segala hal, mulai dari kehidupan
manusia yang paling pribadi hingga transaksi perdagangan, ekonomi, hubungan
antar negara, hingga komunikasi satelit.
Lewat semua itulah, Harari kemudian masuk
dalam poinnya yang terpenting: dengan semakin berkembangnya kemampuan algoritma
pada jaringan komputer yang terintegrasi dengan saraf dan biologi manusia, apa
yang terjadi pada algoritma yang beroperasi di dalam homo sapiens? Apakah
manusia tidak lantas terobsesi untuk menjadi Tuhan melalui penyingkapan misteri
kehidupan manusia seperti kematian, masa tua, hingga keabadian? Apakah manusia
benar bebas ataukah makin terikat?
Nampaknya saya harus membaca buku ini
hingga selesai.