Kolaborasi di Akhir Tahun 2019




Gambar buku itu akhirnya terkirim dari Bandung. Saya melihat daftar isi, kemudian tersenyum saat menemukan nama sendiri tertera di situ.

Saya senang karena menjadi editor dari buku yang berisikan pikiran cemerlang dari perempuan peneliti di Pusat Studi Jalan dan Jembatan, Balitbang Kementerian PUPR.

Semuanya berawal dari ajakan ngopi dari Ika Karlina, seorang doktor jebolan Amrik yang kelak akan jadi masa depan Ilmu Komunikasi di Indonesia. Ika mengajak saya ngopi di kampus Paramadina. Saya girang karena membayangkan bakal ketemu mahasiswi2 cantik.

Ternyata dia juga mengajak para peneliti di Balitbang PUPR. Saya diminta ikut membantunya jadi editor buku yang isinya capaian strategis dari para peneliti keren di situ. Tanpa pikir panjang, saya menerimanya.

Saya melihat dari sisi jejaring pertemanan yang makin luas. Ini kolaborasi yang menarik. Selain itu, saya pikir ini tantangan baru sebab bisa mengedit tulisan yang bukan dari ranah disiplin saya. Selama ini saya terlalu nyaman dengan topik ilmu politik, komunikasi, sosiologi, antropologi, dan sejarah. Saya ingin mencari tantangan baru dan ikut kolaborasi dengan periset bidang teknik.

Saat naskah-naskah mulai berdatangan, mulailah saya kebingungan. Saya keluar dari zona nyaman. Saya harus mengedit tulisan dengan topik seperti aspal plastik, daur ulang aspal, aplikasi pemantau jembatan, vegetasi yang tumbuh di lereng, terowongan, aplikasi pemantau kepadatan jalan, beton kinerja tinggi, hingga kisah-kisah para peneliti jalan dan jembatan.

Saya pun datang ke Bandung untuk memfasilitasi para peneliti perempuan yang semuanya hebat. Di bidangnya, kualitas mereka keren2. Rata2 alumni ITB dan kampus2 bagus di luar negeri. Mereka hanya butuh diajak berpikir sederhana sehingga risetnya bisa dipahami dan mempengaruhi kebijakan.

Tugas berikutnya terasa berat. Saya menghabiskan banyak gelas kopi, serta pindah-pindah warkop hanya untuk menemukan mood yang tepat ketika memahami teks, setelah itu mengemas ulang dengan bahasa yang renyah. Selama dua bulan bekerja, saya lebih banyak di warkop sembari menyeruput bergelas-gelas kopi.

Targetnya, buku ini bisa menyentuh pasar yang lebih luas sehingga bisa mencerahkan publik tentang betapa banyaknya inovasi dan riset mengenai jalan dan jembatan. Harapannya, buku ini bisa membuka mata orang kalau di balik semua jalan dan jembatan, ada dinamika dan riset yang dikerjakan oleh orang-orang penuh dedikasi.

Ketika akhirnya buku itu keluar, saya nyaris tak percaya. Hasilnya melebihi ekspektasi saya. Apalagi, teman2 peneliti membagikannya di media sosial. Saya bahagia meihat ekspresi mereka. Saya senang bisa membantu kerja-kerja mereka.

Tahun ini adalah tahun yang hebat. Saya merasa cukup produktif. Di awal Januari hingga April, saya memimpin beberapa tim buzzer dan pasukan medsos untuk pilpres dan pileg. Saya belajar banyak, khususnya skill IT dan pengelolaan konten, serta strategi menjangkau audiens.

Setelah itu, banyak perjalanan ke pelosok. Terjauh adalah Raja Ampat di Papua, serta perbatasan Indonesia dan Timor Leste. Saya menikmati semua perjalanan serta pertemuan dengan banyak orang baik.

Saya pun ikut membidani lahirnya banyak literasi. Di antaranya buku perdamaian yang dibuat dalam bahasa Inggris bersama lembaga internasional, tiga biografi politisi dan kepala daerah, terakhir buku bersama peneliti di Balitbang kementerian.

Tahun depan, saya masih punya banyak mimpi2 dan target. Tercapai dan tidak tercapai, itu soal lain. Yang penting bisa menjalani hidup yang gembira dan bahagai bersama banyak orang baik di sekitar. Itu sudah lebih dari apapun.



0 komentar:

Posting Komentar