Jared Diamond, UPHEAVAL, dan Kisah Kebangkitan


buku Upheaval dalam versi terjemahan

Di hadapan saya ada buku Upheaval" Turning Points for Nations in Crisis, buku terbaru yang ditulis Profesor Jared Diamond. Sejak membaca bukunya yang menang Pulitzer yakni Guns, Germs, and Steel, saya selalu mengikuti karya-karya pengajar di UCLA California ini.

Berkat kawan-kawan di Manado, saya bisa membacanya dalam versi Indonesia di tahun yang sama dengan terbitan di luar negeri. Sebagai orang timur, saya senang karena banyak buku bagus diterjemahkan dan diterbitkan kawan-kawan penerbit Globalindo di Manado. Bagi saya itu keren. Timur harusnya menjadi mata air pengetahuan untuk Indonesia.

Tidak semuanya buku Jared Diamond saya sukai. Tapi tetap saja asyik dibaca. Bahasanya renyah dan mengalir, serasa membaca catatan perjalanan. Dalam buku Guns, Germs, and Steel, dia terlalu mengagungkan pengaruh lingkungan pada perilaku manusia. Tapi buku berikutnya yakni Collaps dan The World Until Yesterday, dia menjadi sangat humanis.

Saya sepakat dengan Bill Gates, dunia amat beruntung memiliki intelektual sekaliber Jared Diamond. Profesor ini selalu produktif melahirkan karya-karya bagus dan tebal. Betapa saya penasaran untuk tahu proses kreatifnya. Dia seperti mata air yang tak kehabisan ide. Selalu ada yang baru di setiap bukunya.

Buku Upheaval mendiskusikan bagaimana bangsa-bangsa pernah jatuh, kemudian bangkit dari krisis. Dia melakukan perbandingan pada tujuh negara, yakni Amerika Serikat (AS), Jepang, Chili, Finlandia, Australia, Jerman, dan Indonesia. Dia melihat bangsa-bangsa ini punya kekuatan untuk keluar dari krisis. Dia pun melihat ada potensi yang masalah yang bisa muncul.

Saya penasaran mengapa dia tidak membahas Cina. Padahal Cina adalah calon super power yang menggantikan Amerika Serikat. Di lembaran awal, saya temukan jawabannya. Dia hanya menulis tentang beberapa negara-negara yang pernah didatanginya. Selain Jepang, dia pernah bolak-balik di semua negara itu. Dia menemukan banyak hal menarik tentang kebangkitan dari krisis.

Krisis memang bisa memorak-porandakan satu bangsa. Tapi, ada bangsa-bangsa yang bisa bangkit dan tumbuh menjadi kekuatan baru. Saya ingat penuturan sejarawan Arnold Toynbee tentang dinamika antara “challenge and respons.” Setiap bangsa akan menemui tantangan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa memberikan respon atas tantangan yang dihadapinya.

Saya sangat tertarik membaca bab mengenai Indonesia. Jared Diamond melihat adanya krisis pada tahun 1965, ketika ratusan ribu orang dibantai oleh rezim militer. Dia melihat kediktatoran Suharto yang membawa banyak aspek negatif, tetapi ada juga aspek positifnya yakni pertumbuhan.

Meskipun didera krisis, Indonesia malah bangkit dan bisa mengelola ribuan etnik, keterpisahan pulau, serta berbagai agama berbeda.  Saya ingat, dulu ada pernyataan Jared Diamond tentang Indonesia yang bisa terpecah seperti Yugoslavia. Dalam buku ini dia malah melihat kian kuatnya identitas nasional, efektifnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, serta makin kuatnya integrasi nasional.

Saya melihat pernyataan Jared Diamond mengabaikan beberapa fakta yang muncul belakangan. Dia tidak melihat bahwa negeri ini sedang bergelut untuk menyelesaikan banyak pekerjaan rumah, seperti makin kuatnya radikalisme serta politik identitas. Dia juga tidak melihat ada beberapa hal yang bisa merusak persatuan dan keragaman.



Dalam beberapa hal, saya temukan argumentasi buku ini serupa dengan buku Why Nations Fail yang ditulis Daron Acemoglu. Mereka sama-sama melihat ada krisis, serta ada kekuatan untuk bangkit. Dengan menggunakan perbandingan antara berbagai studi kasus, kita bisa menemukan variasi serta kekuatan untuk berubah.

Saya masih ingin membahas buku ini lebih panjang. Tapi, bacaan saya masih sebatas bab-bab awal. Maklumlah, buku ini baru datang kemarin dari penerbit online. Saya sedang lapar-laparnya untuk menghabiskan lembar demi lembar.

Saya sedang asyik-asyiknya membaca Jepang di era Meiji yang bisa bangkit dengan cara meniru barat, tapi tetap tidak kehilangan akar budayanya. Saya juga menyukai cerita tentang Finlandia yang di tengah krisis bisa mengalahkan Uni Soviet.

Secara umum, Jared Diamond menjadi pengamat politik dan sejarawan di buku ini. Dia agak menyimpang dari buku sebelumnya yang membahas lingkungan dan biologi. Saya tahu bahwa ada banyak yang mengkritik akurasi data di sini. Tapi Jared Diamond telah membuktikan satu hal: gagasan yang terbaik adalah gagasan yang dituliskan. 

Dia memulai satu proyek besar untuk menulis buku yang secara metodologis mempertemukan berbagai kajian. Dia pun telah mempersembahkan pelajaran berharga yang bisa kita petik dari lingkungan sekitar kita, dari setiap bumi manusia, dan dari kisah keruntuhan dan kebangkitan bangsa-bangsa.


0 komentar:

Posting Komentar