Prananda Paloh, Milenial, dan Media Sosial




CATATAN: Tulisan ini saya buat untuk buku berjudul Inspirasi Restorasi yang dibuat atas permintaan Fraksi Nasdem DPR RI. Isinya adalah 100 kisah politisi Nasdem di Indonesia. Mudah-mudah bisa segera terbit dan dipasarkan.


Kampus Universitas Harvard di Boston, Amerika Serikat, menyiapkan ruang kelas yang berisikan calon pemimpin dunia. Mahasiswanya adalah putra dari semua presiden, pemimpin partai, ataupun tokoh politik di berbagai negara. 

Pihak Harvard meyakini bahwa pemimpin masa depan memiliki hubungan genealogis dengan pemimpin sebelumnya. Asumsinya adalah nilai-nilai kepemimpinan memang tak bisa diwariskan, akan tetapi bisa disebarkan secara kontinyu di dalam satu keluarga.

Jika Harvard hendak membuat kelas serupa di Indonesia, siapakah gerangan wajah-wajah yang akan mengisi dunia politik tanah air kita di masa mendatang? Mereka adalah Yenny Wahid, Puan Maharani, Agus Harimurti Yudhoyono, Anindya Bakrie, Solichin Kalla, dan Prananda Surya Paloh. Semuanya sedang mempersiapkan diri ke arah itu. 

Namun, Prananda Surya Paloh tampak berbeda dengan yang lain. Apakah yang sedang dipersiapkan oleh anak muda usia 30 tahun ini?

Memperkuat Media Sosial

Ruang kecil di sudut lantai 23 gedung DPR RI itu tampak lengang. Penghuninya terlihat hanya beberapa orang. Sepintas, ruangan itu terlihat sama dengan ruang kerja anggota DPR RI yang lain. Tapi setelah berada di dalam, ternyata atmosfernya berbeda.

Atmosfer ruangan itu ditata sebagai ruangan khas seorang anak muda. Di situ, terdapat satu teropong besar yang bisa digunakan untuk melihat obyek di kejauhan. Di situ terdapat rak yang berisikan buku-buku mengenai politik dan kebudayaan. 

Ruang kerja itu dihuni oleh Prananda Surya Paloh, anggota Fraksi Nasional Demokrat (Nasdem) di DPR RI. Kesan santai sengaja dibangun agar ruangan itu bisa menjadi tempat diskusi yang nyaman bagi siapa pun yang berkunjung. Ini juga disesuaikan dengan jiwa muda Prananda. Di ruangan itu, aku bertemu dan banyak berdiskusi dengan tim-tim ahli yang menopang kegiatan Prananda.

Banyak pihak yang hanya mengenalnya sebagai putra Surya Paloh, tanpa tahu apa yang sebenarnya sedang dilakukannya untuk bangsa. Selama ini orang mengira dia seperti politisi lain yang hanya mengandalkan jejaring keluarga, serta menjadi ruang-ruang parlemen sebagai lahan untuk mencari nafkah. Padahal Prananda adalah pekerja keras yang menggapai semua impiannya dari bawah.

Sejak menjadi anggota parlemen, informasi tentangnya beredar melalui dunia maya. Di kanal twitter, ia beberapa kali menjadi trending topic dunia. Dalam banyak isu, suaranya mengemuka dan disebar banyak orang di ranah media sosial. 

Beberapa isu yang mencuatkan namanya adalah penolakan hukuman mati, tanggapan atas penenggelaman kapal ikan, hingga yang terbaru adalah penolakan atas dana aspirasi sebesar 20 miliar rupiah. Melalui media sosial, suaranya bergema ke mana-mana.

Lulusan Monash University di Australia ini menjadi ikon dari generasi muda yang paling banyak dibicarakan. Tak hanya itu, fanpage-nya di Facebook dikunjungi hingga ribuan orang. Ia menggelar kuis tentang Pancasila yang diikuti banyak kalangan. 

Data Socialbakers, lembaga pemeringkat internasional, menempatkan Facebook Fanpage milik Prananda Paloh berada di peringkat 8 politisi yang paling banyak pengikut, yakni sebanyak 1,9 juta orang. Tujuh nama di atas Prananda adalah Prabowo Subianto, Joko Widodo, SBY, Partai Gerindra, Ridwan Kamil, Partai Solidaritas Indonesia, dan Basuki Tjahaja Purnama.

Website Prananda juga paling sering ter-update. Informasi lengkap disajikan, mulai dari kegiatan harian di ranah politik, hingga berbagai informasi yang isinya adalah pertanggungjawaban kepada publik atas kiprah selama beberapa waktu di gedung parlemen.

“Saya ingin menyajikan satu ruang politik yang terbuka. Saya ingin semua orang tahu kegiatan seorang politisi. Saya ingin memutus jarak, dan memilih satu ruang yang memungkinkan saya untuk bisa belajar dan menyerap informasi dari banyak orang,” katanya.

Sepintas, pergerakan ini tak ada yang baru. Hampir semua politisi menggunakan kanal media sosial untuk menyapa semua konstituennya. Akan tetapi jelajah di ranah maya ini justru menarik dilakoni seorang Prananda. Betapa tidak, sebagai pemilik salah satu jaringan media paling besar di tanah air, ia bisa dengan mudahnya memanfaatkan jaringan media yang dimilikinya.

Ia justru memilih cara lain untuk menyampaikan ekspresi. Ia memilih dan memperkuat media sosial sebab meyakini bahwa interaksi di kanal ini bersifat langsung, di mana semua orang memiliki posisi yang setara saat berinteraksi. Dengan cara berinteraksi secara langsung, ia menjadi role model bagi politisi yang menggunakan semua suara-suara publik yang tersebar di berbagai kanal, lalu menggunakan kanal itu membumikan ide-ide besarnya.

Pada diri Prananda terletak kerja-kerja sistematis yang berpijak pada hari ini dan hari depan. Ia di-backup oleh tim analis media yang tangguh. Semua informasi didapatkan dari beberapa kanal, lalu dianalisis, dilihat seberapa besar urgensinya. Informasi itu kemudian diteruskan melalui berbagai kanal, baik itu kanal politik, maupun kanal yang lain. Sebagai politisi, ia memaksimalkan jejaring yang dibangunnya di ranah ini.

Namun ia juga membentuk berbagai lembaga kemanusiaan dan yayasan yang tujuannya untuk memberikan bantuan kepada siapa pun yang membutuhkan. Satu saja catatan atas kerjanya, yakni hanya mencakup Sumatera Utara yang menjadi basis politiknya. Harusnya, ia bisa melebarkan sayap hingga ke banyak tempat di tanah air. Dengan cara demikian, ia bisa membangun branding sebagai tokoh nasional yang bisa melintasi sekat-sekat geografis dan perbedaan.

Awal Mula di Ranah Politik

Prananda memutuskan untuk masuk dunia politik pada tahun 2012. Usianya baru 24 tahun dan baru saja lulus kuliah. Saat itu ada penerimaan Daftar Calon Partai Nasdem yang saat itu bersiap memasuki Pemilu. Orangtuanya tak pernah memaksanya masuk politik. “Saat itu saya pikir ada peluang dan kesempatan,” katanya.

Dia pun mulai berkampanye dengan tema Restorasi Indonesia”, senada dengan jargon partai. Selama satu setengah tahun di Dapilnya yakni Sumatera Utara, dia mulai bertemu masyarakat. “Saya bukannya shock. Saya melihat kesenjangan sosial. terlalu jauh kalau membandingkan Jakarta dan Medan. Bandingkan saja kota Medan dengan daerah pinggiran. Kesenjangannya sangat jauh. Saya ingin berbuat banyak.”

Kerja keras Prananda segera berbuah. Dia berhasil terpilih sebagai anggota DPR RI. Ketika terpilih, dia kembali ke Desa Sibolangit di Deli Serdang. Dia disambut warga bak pahlawan. Dia mendapatkan inspirasi untuk membentuk Yayasan Prananda Sury Paloh (PSP). Lembaga ini menjadi tali kasih yang menyalurkan bantuan sosial kepada warga yang membutuhkan.

Yayasan ini memberikan bantuan kepada masyarakat. Mulai dari pemberian bibit unggul ternak, yakni kambing dan sapi. Yayasan ini tidak meminta kembali apa yang diberikan. Yayasan PSP berharap agar masyarakat memanfaatkan bantuan itu untuk bisa lebih sejahtera.

Prananda bekerja dengan detail. Bantuan untuk kecamatan lain disesuaikan dengan kebutuhan warga. Di daerah pesisir, dia memberikan pelatihan bagaimana menjadi nelayan modern yang lebih maju dalam hal menangkap ikan. Dia juga memberi pendampingan dan bantuan speedboat 

Semua kerja-kerja itu dilakukan Prananda di usia muda. Ketika dia harus bersaing dengan mereka yang pernah menjabat, Prananda tak patah arang. “Orang melihat bahwa muda itu bukan berarti bodoh atau tidak punya pengalaman cukup. Jam terbang boleh kalah, Tapi kita punya motivasi untuk berubah, karena satu-satunya yang muda adalah saya, itu menjadi kekuatan.”

Semangat muda inilah yang dibawanya ke DPR RI. Dia ditempatkan di Komisi I yang membidangi pertahanan, intelijen, luar negeri, komunikasi, dan informatika. Di komisi ini, dia menunjukkan idealismenya. Dia memegang teguh apa yang dikatakan Tan Malaka: “Kemewahan bagi pemuda adalah idealismenya.” 

Selain menjabat sebagai Wakil Ketua Fraksi Nasdem, dia juga menjabat sebagai anggota Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP). Dia aktif berinteraksi dengan konstituennya dengan cara memberikan pemahaman bahwa kehadiran pemuda di parlemen adalah angin segar.

Untuk itu, dia mendirikan Prananda Surya Paloh (PSP) Center yang aktif memberikan bantuan sosial kepada masyarakat di daerah pemilihannya. 

Kini, ia juga diberi amanah sebagai Ketua Umum Garda Pemuda Nasdem. Dia ingin mengubah paradigma organisasi ini. Tidak semata berpatokan pada politik murni, melainkan sebagai wadah untuk mengembangkan kreativitas.

“Saya juga punya target politik, Saya ingin Garda Pemuda Nasdem bisa menorehkan sejarah. Saya rasa belum ada organisasi pemuda lain yang sanggup menaruh 10 anggota DPR RI di parlemen. Target juga adalah 20 persen DPRD Provinsi, dan 20 persen DPRD Kabupaten dan kota,” katanya dengan penuh semangat.

Semoga niat baik ini selalu mendapat jalan dari Yang Maha Kuasa. Semoga Prananda terus berbuat baik pada semua orang.



0 komentar:

Posting Komentar