Apakah Jusuf Kalla Main Dua Kaki?




DI tengah iklim politik yang terbelah, setiap pernyataan akan ditafsir sesuai kepentingan. Ketika dianggap mendukung, maka dengan segera diviralkan. Ketika dianggap menentang, maka dengan segera pernyataan itu akan ditenggelamkan. Mungkin inilah yang sedang dialami Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla (JK).

Dalam iklim politik yang serba terbelah, JK berusaha untuk tetap obyektif. Dengan tegas dirinya menyatakan dukung Presiden Jokowi. Namun, dirinya tetap tetap obyektif, yang kemudian menjadi amunisi bagi pihak lain.

Saat debat presiden, Jokowi sempat membahas pesaingnya Prabowo Subianto yang memiliki lahan ratusan ribu hektar di Kalimantan Timur dan Aceh. Ketika ditanya jurnalis keesokan harinya, JK memberi pernyataan yang ditafsirkan sebagai pembelaan pada Prabowo.

JK mengaku, pembelian lahan industri di Kaltim atas seizinnya ketika menjabat wapres pada masa SBY. Pernyataan itu ramai disebarkan para pendukung Prabowo. Pernyataan itu dianggap sebagai amunisi dukungan bagi Prabowo.

Beberapa orang menyebut ada blunder di tim Jokowi. Media sekelas Tirto menyebut JK sebagai “kuda troya” atau strategi yang dianggap bisa menghancurkan barisan tim. Benarkah?

Abdul Kadir Karding, Wakil Ketua TKN Jokowi, justru mengatakan bahwa JK hanya mengonfirmasi apa yang dinyatakan Jokowi sebagai fakta. Yang dipersoalkan bukanlah cara mendapatkan lahan itu, melainkan fakta bahwa Prabowo ikut menguasai lahan seluas ratusan ribu hektar.

Kata Karding, yang seharusnya menjadi sorotan adalah kontradiksi antara pernyataan Prabowo yang hendak memberantas kemiskinan, tapi menguasai lahan hingga ratusan ribu hektar. "Apakah reforma agraria yang manifestasinya adalah bagi-bagi untuk rakyat dan bagi-bagi sertifikasi untuk rakyat bisa dilakukan oleh orang yang menguasai begitu banyak aset?" katanya.

Nah, penegasan JK menjadi penting. Sebab dalam banyak kesempatan, Prabowo malah mengkritik penguasaan lahan. Pernyataan Jokowi diamini Prabowo, kemudian dipertegas kembali oleh JK. Jika pernyataan itu benar, maka Prabowo adalah bagian dari segelintir elite yang menguasai lahan luas negeri ini.

Jejak digital mencatat beberapa pernyataan Prabowo, dan juga anggota koalisinya yakni Amien Rais tentang ini. Tanggal 1 April 2018, CNN Indonesia mencatat pernyataan Prabowo yang menyebut segelintir orang menguasai hampir separuh kekayaan kita. Pemilikan tanah belum merata sebab dikuasai elite.

"Segelintir orang menguasai hampir separuh kekayaan kita. Apalagi soal tanah, 1 persen populasi yaitu konglomerat menguasai 80 persen tanah kita," kata Prabowo, sebagaimana dicatat CNN.

Beberapa orang di lingkar dekat JK menjelaskan bahwa JK memang berusaha untuk tetap obyektif. Dia tidak ingin perseteruan politik membuat tak ada komunikasi dan saling klarifikasi. Sebagai orang yang punya track record sebagai juru damai, dia tetap melihat sesuatu secara proporsional, tanpa harus terjebak dengan dukungan politik.

Beberapa orang dekat JK memang bergabung dengan kubu Prabowo. Di antara mereka ada beberapa menteri yang pernah di-reshuffle Jokowi, yakni Sudirman Said, Ferry Mursyidan Baldan, juga Anies Baswedan yang sejak dulu dekat dengan JK.

Ada pula spekulasi menyebutkan kalau JK malah kehilangan ruang gerak bersama Jokowi. Beda halnya ketika dulu dirinya mendampingi SBY, di mana dia dianggap sebagai “the real president.” 

Namun, secara politik, JK sudah menegaskan pilihan. Hubungannya dengan Jokowi juga baik-baik saja. Dua pekan lalu, Jokowi menyambangi rumah JK untuk menengok cucu JK yang baru saja lahir. Keduanya bertemu dan bercengkerama, tak ada tanda-tanda perseteruan di situ.

Dua pekan lalu, JK telah memberi penegasan. "Kenapa kita sepakat pilih nomor 1, tentu yang paling bisa menjawab itu saya sebenarnya, karena saya harus bersama-sama sudah 4 tahun dengan beliau. Saya dapat melihatnya dari dalam dan dari luar. Mungkin beliau bukan yang terbaik tapi yang jelas yang terbaik yang ada. Silakan pilihan kita cuma dua," ungkapnya.

JK sudah memberi penegasan. Dia tak mungkin menarik kembali perkataannya. Dia tak punya trackrecord atau rekam jejak berkhianat. Dia pun tetap konsisten dengan apa yang sudah dikatakannya.

Di musim politik, orang cenderung memilih-milih mana yang akan dipercayainya maupun tidak. Saat JK bilang akan dukung Jokowi, tak ada satupun suara yang membicarakannya. Bahkan saat dirinya menyebut Jokowi menang debat, semuanya juga diam.

Namun saat dirinya mengeluarkan pernyataan yang dianggap membela Prabowo, publik langsung heboh. Padahal, secara politik dia tidak ke mana-mana. Tetap mendukung Jokowi, dan berharap agar Indonesia lebih baik pada periode keduanya.

Hari-hari ini, kalimat JK dianggap sebagai bentuk dukungan. Padahal, ada kritik dan siasat JK untuk membuka satu lapis kenyataan di hadapan publik. Di situ, dia menyatakan sikap tegasnya.




0 komentar:

Posting Komentar