Di Bali Surat Cerai AHOK



SEPUCUK surat itu telah menggemparkan semua warganet. Konon, surat itu adalah gugatan cerai yang diajukan dari rumah tahanan Mako Brimob. Pengirimnya tertera nama Basuki Tjahaja Purnama (sering disapa Ahok) yang mengajukan cerai kepada Veronica Tan. Beberapa media besar telah mengonfirmasi bahwa informasi itu benar. Banyak pihak terhenyak. Sebagai figur publik yang disukai sekaligus dibenci, Ahok tidak pernah menunjukkan tanda-tanda keretakan rumah tangga.

Ada apa di balik isu perceraian Ahok?

Sejak memutuskan karier sebagai politisi, Ahok adalah sosok yang dibenci sekaligus dirindukan. Barangkali, ia adalah satu-satunya politisi yang dihantam dengan demo berjilid-jilid, namun tetap berani tegar menghadapi persidangan, sekaligus tetap maju di gelanggang pemilihan kepala daerah (pilkada). Dia ibarat petinju yang seharusnya sudah knockout tapi tetap selalu bisa bangkit. Dia pula politisi yang ketika ditahan rajin dikunjungi warga. Dunia politik kita mencatat kehebohan saat ribuan bunga mengirim ucapan selamat jalan kepadanya di Balaikota DKI.

Dia lebih strong jika dibandingkan calon wakil gubernur di Jawa Timur yang langsung mundur ketika foto-foto mesra dengan seseorang (entah benar apa tidak) beredar. Dia tak sekalipun gentar menghadapi risiko politik apapun, tetap tenang saat debat kandidat, meskipun lawan debatnya mengeksploitasi sisi emosionalnya. Dia tidak pernah mangkir bahkan lari dari persidangan. Semua respon publik dihadapinya. Dia memang emosional, tapi dia selalu siap menghadiri panggilan, dan berdiri tegar ketika semua orang mengumpatnya.

Di balik sosok yang kuat itu, terdapat satu sosok yang juga sangat kuat. Sejak Ahok dikecam publik, Veronica Tan, atau akrab disapa Vero, tak pernah meninggalkan lelaki asal Belitung itu. Dia hadir dalam semua persidangan. Dia menjadi juru bicara keluarga. Ketika Ahok selalu dicegat dan hanya bisa kampanye di ruang tertutup, Vero tetap tak pernah jauh dari suaminya. Bahkan dia pula yang berurai air mata saat mengumumkan langkah hukum Ahok yang menerima vonis dua tahun penjara.

Ahok dan Vero adalah dua sisi koin yang saling melengkapi. Sikap keras Ahok menemui sikap lembut Vero. Keduanya adalah duet yang setiap saat menerima umpatan publik dan terlihat tetap solid. Jika hari ini beredar rumor kalau Ahok mengajukan cerai, ada apakah gerangan? Bisakah satu pihak memberikan penjelasan apa yang sedang terjadi di antara pasangan yang selalu tampak tenang dan rukun ini?

Salah seorang pengacara Ahok, Humphrey Djemat, mengatakan, rumah tangga Ahok-Veronica sejatinya tak pernah ada masalah. Humphrey mengungkapkan terakhir kali bertemu Ahok sekitar dua bulan lalu di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Dari situ, dia melihat sama sekali tak ada gelagat buruk ikhwal biduk rumah tangga keduanya.

“Sikap Pak Ahok biasa-biasa saja, tetap ceria dan sama sekali tidak menunjukkan ada masalah pribadi,” ujar Humprey.

Kata Humphrey, kasus cerai selalu bersifat pribadi. “Kasus cerai seperti ini bersifat sangat pribadi. Jadi mohon maaf saya tidak bisa mengomentarinya. Cuman sedih aja mendengarnya. Apalagi kalau benar terjadi. Setahu saya, Pak Ahok dan istrinya sebagai keluarga yang taat beragama dan hubungannya harmonis,” katanya.

Menarik untuk melihat bagaimana respon dan reaksi publik. Masih saja banyak orang yang mengumpat Ahok sebagai orang jahat yang seharusnya menerima hukuman lebih berat. Namun, saya perhatikan di lini massa dan twitter, lebih banyak orang yang merasa sedih dan berharap berita itu adalah hoaks semata.

Jika gugatan cerai itu benar, kita bisa mengangkat beberapa asumsi yang dikumplkan dari warganet untuk menjelaskannya. Setidaknya, ada empat asumsi yang saat ini bisa menjadi jawaban atas informasi perceraian ini.

Pertama, hubungan keduanya memang sudah tidak harmonis. Mungkin saja keduanya sudah tidak rukun, khususnya sejak lelaki itu ditahan. Namun jika melihat bagaimana bahasa tubuh keduanya saat persidangan dan semasa vonis, keduanya tidak menunjukkan masalah sedikit pun. Kasus ini berbeda dengan cerai para selebritis yang diawali cekcok serta pernyataan heboh di media. Kasus ini unik, sebab tiada angin dan tiada hujan, tiba-tiba ada gugatan cerai.

Kedua, ada anggapan kalau Vero tidak tahan dengan sikap Ahok yang selalu emosi dan marah-marah. Asumsi ini dikemukakan oleh seorang warganet yang berkomentar di akun twitter Ahok. Tapi, asumsi ini terlampau berlebihan. Sikap emosional Ahok kepada keluarganya tak pernah sedikitpun tertangkap oleh media massa dan media online.

Ketiga, ada anggapan tentang sosok lain dalam kehidupan rumah tangga mereka. Sejak Ahok ditahan di Mako Brimob, Vero dikabarkan menjalin hubungan dengan sosok lain. Boleh jadi, ada ruang-ruang dalam dirinya yang membutuhkan sosok sebagai tempat menyampaikan keluh kesah. Ketika suaminya ditahan, kekosongan itu akhirnya diisi oleh orang lain. Asumsi ini sah saja. Tapi jika melihat kehidupan mereka, rasanya ini agak berlebihan. Namun urusan rumah tangga selalu misterius. Hanya diketahui oleh mereka yang menjalaninya.

Keempat, di antara keduanya terdapat perbedaan pandangan mengenai masa depan Ahok setelah keluar dari Mako Brimob. Ada yang menduga Vero tidak bersedia jika suaminya itu kembali jalur politik sebab masih trauma dengan pengalaman pahit yang telah dilaluinya. Pendapat ini masuk akal juga. Sebab perempuan lebih peka dengan berbagai situasi, sementara laki-laki justru lebih berani menghadapi risiko apapun.

Bagi saya, kartu Ahok di dunia politik akan tetap jalan. Penahanannya tidak akan menghapus rekam jejaknya di birokrasi dan pemerintahan. Ia masih akan berkiprah di dunia politik, meskipun dirinya bukan lagi menjadi sosok terdepan yang setiap saat disorot lampu blitz kamera. Kalaupun ia ingin mundur, publik harus mendorongnya untuk tetap maju sebab politisi seperti dia unik dan orisinil. Minimal gagasannya masih bisa diterapkan di tengah barisan politisi yang hanya fokus pada pencitraan.

Dia tipe politisi yang akan selalu didengar pendapat kontroversialnya. Pada masa Orde Baru, peran ini pernah dilakoni Gus Dur. Bedanya, Gus Dur punya massa fanatik yang siap menyabung nyawa untuk dirinya sebagai kyai. Gus Dur seorang kiyai yang punya otoritas dan kharisma sebagai negarawan. Sementara Ahok punya massa dari lapis kelas menengah perkotaan yang hanya diam dan menyaksikan, tanpa berani masuk lapangan sebagai petarung untuknya.

Kelima, langkah perceraian ini adalah langkah terbaik yang dipilih Ahok untuk menyelamatkan keluarganya. Sejak kasus penistaan agama mencuat, Ahok merasa keluarganya ikut dibawa-bawa dalam persoalan ini. Keluarganya harus menerima stigma atas apa yang dilakukannya. Ahok memikirkan istri dan anak-anaknya yang setiap saat harus menerima label dan stempel dirinya. Dia memilih untuk lepas dari mereka dan menjauh agar mereka tidak ikut menerima dampak dari sikap politik yang dipilihnya.

Bisa dikatakan, gugatan cerai itu adalah langkah penyelamatan yang dipilih Ahok demi masa depan yang lebih baik bagi keluarganya. Dia memilih menjadi lilin yang terbakar demi tetap menjadi cahaya bagi orang lain di sekitarnya.

Gugatan cerai hanyalah satu manifestasi dari sikapnya yang berharap keluarganya bisa mendapatkan iklim positif dan dunia yang menerima mereka dengan lapang dada. Dia memilih sendirian, demi keamanan, ruang hidup, dan kenyamanan istri dan anaknya.

***

ENTAH mana yang benar, yang pasti berita perceraian adalah berita yang selalu menyedihkan. Perceraian adalah urusan keluarga. Namun, siapapun yang mendengarkannya, selalu menyesalkan itu dan berharap ada jalan keluar.

Pada diri Ahok dan Vero terselip banyak harapan untuk menyelesaikan semua masalah, tanpa harus berujung pada keretakan rumah tangga. Mereka sudah pernah melalui ujian berat yang berujung pada hilangnya kebebasan Ahok. Seharusnya mereka bersiap menghadapi ujian lainnya di arena kehidupan. Melalui berbagai ujian itu, seseorang kian matang dan dewasa, serta memandang hidup lebih arif.

Bagaimanapun juga, keluarga akan selalu menjadi rumah tempat kembali dan menemukan kedamaian. Dalam dunia politik yang keras dengan duel wacana dan saling serang, rumah dan keluarga adalah oase dan mata air yang selalu menyejukkan kerongkongan. Jika perceraian itu benar, maka Ahok benar-benar akan jadi seorang ronin atau samurai kesepian yang berkelana seorang diri. Dia akan menjadi Musashi yang sendirian mengarungi rimba politik dan menanggung semua risiko politik seorang diri.

Kalaupun pilihan itu harus diambil, semoga itu bukan karena keterpaksaan atau tekanan, ataupun perselisihan. Semoga keputusan itu adalah pilihan rasional dan realistis bagi mereka demi mengejar sesuatu yang lebih besar. Sebab pada akhirnya, semua orang akan mempertanggungjawabkan apapun yang diyakininya di hadapan pemilik alam semesta.

Salam damai untuk Ahok dan Vero.



0 komentar:

Posting Komentar