SELALU menyenangkan punya banyak kawan penulis. Sering saya
mendapatkan buku secara gratis sebagai hadiah. Entah kenapa, setiap kali
menerima hadiah buku, apapun topiknya, ada banyak rasa girang terpancar. Saya
membayangkan kerja-kerja intelektual yang tidak mudah. Seorang penulis
melakukan riset, menyusun fakta demi fakta, menautkan setiap keping narasi demi
menyusun patahan-patahan bab yang dirangkai menjadi buku.
Seorang penulis juga harus punya keberanian berlipat-lipat. Ia
harus siap menerima penilaian publik, entah itu positif ataukah negatif.
Keberanian ini tak selalu dimiliki oleh banyak orang, bahkan para intelektual
sekalipun, yang lebih suka berkoar di media ataupun seminar, tapi tak punya
karya.
Penulis juga harus siap menghadapi kritik orang lain yang, entah kenapa,
sangat suka menguliti atau mencari celah karya apapun. Di negeri ini, menjadi
pengkritik atau pengamat sering dianggap lebih bergengsi dari para pembuat
karya yang mengalami proses berdarah-darah demi melahirkan sesuatu.
Saya paham bahwa menulis itu tidak mudah. Anda bisa saja
menguasai banyak pengetahuan, tapi saat anda tak mampu mengisi layar kosong dengan
aksara, maka anda harus mengakui kalau pengetahuan anda masih sebatas
kutipan-kutipan dari penulis yang menurut anda keren. Selagi anda tak pernah
membagikan pengetahuan di atas layar ataupun lembaran, maka anda belum naik
level ke arah reproduksi pengetahuan baru.
Hari ini saya menerima buku berjudul Mengayuh di Ombak:
Potret Potensi dan Permasalahan Laut, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil di
Sulawesi Selatan. Buku ini ditulis sahabat saya Wahyu 'salik'
Chandra di Makassar. Isinya sangat menarik sebab menyajikan perjalanan
ke kampung-kampung nelayan, memuat kisah mereka yang mengayuh di atas ombak,
juga potret persoalan yang dihadapi di sana. Saya familiar dengan topik-topik
yang disajikan.
Beberapa waktu lalu, saya pernah bekerja sama dengan
Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) untuk menyusun buku serupa yang berjudul
Membangun Indonesia dari Pinggiran: Kisah-Kisah Pendampingan Masyarakat di
Pulau-Pulau Kecil. Isinya juga mendiskusikan bagaimana kisah mereka yang
tinggal di pesisir laut.
Sebagai balas atas kebaikan Wahyu 'salik'
Chandra yang mengirim bukunya, saya juga akan mengirimkan buku saya
yang temanya seragam.
0 komentar:
Posting Komentar