SETIAP pertemuan selalu membawa kisah.
Setiap pertemuan terselip banyak pelajaran berharga. Beberapa pekan terakhir,
saya banyak bertemu dan berdiskusi dengan mereka yang bekerja di lini
penerbitan dan percetakan. Setiap kali bertemu, saya serasa bertemu para
sahabat lama yang berbagi banyak pengetahuan. Saya jadi tahu proses kreatif di
balik banyak nama besar. Saya jadi tahu banyak kisah di balik buku-buku.
Belakangan ini, saya beberapa kali bertemu
Bambang Trim, editor nomor satu di Indonesia. Hampir semua praktisi perbukuan
dan editor pasti mengenalnya. Dia beberapa kali menjadi pemimpin lembaga
penerbitan yang besar-besar. Dia juga sering menulis buku mengenai seluk-beluk
dunia penulisan. Saya mengoleksi beberapa bukunya. Dia juga aktif menulis dan
berbagi pengetahuan di media sosial. Selalu menyenangkan bisa bertemu sosok
yang selama ini hanya bisa kita baca pikirannya.
Pada mulanya, saya bertemu Bambang Trim di
Plaza Atrium, Senen. Kami membahas banyak hal, mulai dari disrupsi di industri
perbukuan, serta rahasia di balik buku sejumlah orang besar, termasuk ustad
terkenal. Selanjutnya, ia mengundang saya berkunjung ke kantornya di PT
Inkubator Penulis Indonesia (IPI). Dia menunjukkan banyak buku yang
dilahirkannya. Saya tahu bahwa tangan dinginnya telah membantu lahirnya banyak
penulis besar. (Bambang Trim mengisahkan pertemuan kami DI SINI)
Dengan pengetahuan dan pengalaman selangit
itu, Bambang adalah sosok yang tak pelit ilmu. Ia tak lelah menjawab banyak
pertanyaan saya. Bertemu dengannya adalah momen bagi saya untuk menyerap
pengetahuan, sembari menguji beberapa gagasan mengenai dunia perbukuan. Saya
menyerap ilmunya, sembari berharap suatu saat bisa mencapai level “kesaktian”
sebagaimana dirinya.
Sebagai seorang writerpreneur, Bambang adalah orang paling tepat untuk dijadikan
mentor. Saya kagum dengan dirinya yang sudah malang-melintang di industri ini
dalam waktu lama. Sebagai praktisi perbukuan, rupanya ia lebih suka independen.
Dia lebih suka mendirikan bendera sendiri, demi melayani klien-nya yang berasal
dari banyak kalangan. Saat bertemu dengannya, ia memperlihatkan buku yang
dibuatnya secara kolaboratif dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia
juga menghadiahkan dua buku yang ditulisnya mengenai pengusaha.
Saya pun bercerita tentang buku yang saat
itu sedang saya garap. Buku itu mengenai jejak seorang gubernur. Kepada
Bambang, saya bercerita bahwa ide buku ini terinspirasi dari bacaan mengenai
memori yang disusun Gubernur Jenderal VOC saat hendak serah terima jabatan.
Saat itu, seorang Gubernur Jenderal akan menuliskan secara detail apa-apa yang
sudah dilakukannya. Jika saja semua pejabat publik merekam semua kiprahnya,
maka pemerintahan tidak selalu harus mulai dari nol. Selalu ada stepping stone atau batu loncatan untuk
memulai pembangunan.
Bambang memberi banyak masukan. Saya pun meminta
lembaga yang dipimpin Bambang untuk mengemas buku tersebut. Saya diperkenalkan
dengan layouter sekaligus graphic designer handal yang bekerja super cepat.
Hasil kerjanya sangat memuaskan.
Bersama Bambang Trim, saya ikut mendiskusikan
masa depan dunia kepenulisan. Kata Bambang, dunia kepenulisan adalah bidang
yang sangat menjanjikan. Pemain di bidang ini tidak banyak. Kalaupun ada,
kebanyakan abal-abal, dengan kualitas asal terbit. Makanya, mereka yang bermain
di bidang itu harus berkolaborasi atau saling berbagi. Mereka harus saling
mengenal agar bisa berbagi peluang dan saling menopang. Untuk itulah, wadah seperti Asosiasi Penulis
Profesional (Penpro) dideklarasikan. Tujuannya adalah sebagai wadah bagi semua
penulis untuk berkolaborasi.
Pekan lalu saya bergabung dalam kursus
online yang dibuatnya tentang menulis buku. Pengetahuan saya bertambah. Di era
yang saling terhubung ini, semua orang bisa saling berbagi ilmu dan pengetahuan
melalui platform bersama. Tak ada lagi sekat-sekat kampus yang membatasi proses
bagi pengetahuan. Di ruang maya, semua orang akan berbagi pengetahuan dan
saling mengisi. Pembelajaran pun bisa dilakukan dengan mudah dan praktis, tanpa
harus terbatasi oleh ruang bernama kampus dan sekolah.
Berkawan dengan Bambang Trim selalu
membawa berkah. Jika saja ada banyak orang sepertinya di dunia maya, maka dunia
akan lebih baik. Saya yakin itu. Minggu depan, saya berencana untuk kembali menemuinya demi meng-upgrade pengetahuan. Anda mau ikut?
Bogor, 12 Agustus 2017
1 komentar:
Weih keren tulisannya. Saya juga sudah tiga kali ketemu di acara yang terkait penulisan buku. Pengen bisa ketemu dgn beliau ngobrol lebih santai. Kapan mau ke sana, ajak dong hehehe....
Posting Komentar