Berguru Menulis pada Thomas L Friedman

buku terbaru Thomas L Friedman

DARI sekian banyak penulis kolom di Amerika Serikat (AS), Thomas L Friedman adalah salah satu penulis yang karyanya selalu masuk dalam kategori best seller dunia, beberapa kali meraih Pulitzer, anugrah tertinggi dalam jurnalisme, serta dianggap mempengaruhi pandangan manusia di berbagai negara tentang berbagai isu-isu kontemporer.

Dalam bab awal buku terbarunya yang berjudul Thank You for Being Late; An Optimist Guide to Thriving in the Age of Accelerations, ia berbagi kiat-kiat menulis kolom kepada seorang blogger yang ditemuinya di satu parkiran. Ia menulis panjang lebar tentang rahasia menulis dari buku-bukunya, yang disebutnya sebagai kolom raksasa untuk mengalirkan ide-idenya.

***

DI satu parkiran, Thomas L Friedman, kolumnis handal dari New York Times terlibat pembicaraan dengan seorang tukang parkir berkulit hitam. Juru parkir itu mengenali Friedman dan menyebut dirinya membaca kolomnya. Namun, juru parkir itu bilang dia sering tidak bersepakat dengan ide-ide yang dibacanya.

Friedman dua kali tersentak. Pertama, ia tersentak karena seorang juru parkir mengaku mengikuti kolom-kolomnya. Kedua, ia tidak menyangka kalau seorang juru parkir bisa memahami idenya, lalu mengatakan tidak sepakat dengan apa yang dituliskannya. Di Amerika Serikat, profesi juru parkir adalah profesi yang biasanya dilakoni mereka yang tidak pernah bersekolah. Jika ada juru parkir memahami ide-ide politik dan ekonomi yang dituliskannya, berarti tukang parkir itu orang hebat. Didera rasa penasaran, Friedman mencari petugas parkir itu beberapa hari kemudian.

Setelah bertemu, juru parkir itu memberikan satu alamat blog kepada Friedman. Ternyata beliau adalah lulusan universitas di bidang ekonomi politik. Dia menulis banyak topik tentang negaranya Ethiopia, khususnya apa saja yang berkaitan dengan Oromo, etnik terbesar di negara itu.

Di era media sosial ini, semua orang bisa menjadi penulis dan membagikan ide-idenya. Orang-orang tak perlu menunggu kemurahan hati media massa untuk memuat gagasannya, sebab hanya dengan koneksi internet, orang-orang bisa mereproduksi ide lalu menyebarkannya ke mana-mana. Friedman teringat kalimat Dov Seidman, “to make history you needed an army, to record it you needed a film studio or a newspaper, to publicize itu you needed a publicist. Now anyone can start a wave. Now anyone can make history with a keystroke.”

Juru parkir itu menulis tentang politik, hukum, dan berbagai hal yang dianggapnya menarik. Friedman dan juru parkir itu segara bersahabat. Mereka kerap berdiskusi tentang dunia menulis kolom. Bahkan, Friedman pun berbagi tips tentang menulis yang didapatnya dari pengalamannya sendiri. Ia membuka rahasia apa saja yang harus dipersiapkan seseorang untuk menjadi penulis kolom ataupun blogger yang efektif.

Seorang blogger dan penulis kolom jelas berbeda dengan para reporter ataupun jurnalis. Para reporter dan jurnalis menggali semua fakta-fakta dari satu peristia secara mendalam, termasuk menyingkap apa yang terlihat dan apa yang terlihat. Mereka bekerja untuk menjahit semua fakta, kemudian menginformasikan kepada publik.

Sementara seorang blogger atau penulis kolom bekerja dengan cara berbeda. Tugas mereka bukanlah menginformasikan, melainkan mempengaruhi dan memprovokasi orang-orang tentang suatu hal yang dianggapnya penting. Tugas blogger dan penulis kolom adalah “heating and lighting”, maksudnya memanaskan orang-orang bahwa ada sesuatu yang penting, setelah itu mencerahkan orang-orang tentang apa yang sesungguhnya terjadi di balik kenyataan.

Setiap kolom atau tulisan blog haruslah menyalakan sesuatu di benak pembacanya. Dia harus bisa menerangi pikiran pembaca sehingga melihat satu persoalan dengan cara baru, yang bisa menginspirasi sehingga orang-orang melihat dari banyak sisi sehingga bertindak berdasarkan cara pandang baru itu.

Ide menulis blog dan kolom bisa datang dari mana saja. Bisa dari liputan media yang tengah marak, bisa dari gerak tubuh pemimpin, bisa dari gestur seorang pengemis di jalanan, pertanyaan anak-anak, atau barangkali kisah-kisah yang ditemukan di sepanjang jalan. Segala hal bisa menjadi potensi untuk disorot dan dicerahkan. Semuanya tergantung pada sejauh mana seorang penulis menghubungkan berbagai realitas lalu melihatnya dari banyak sisi.

Bagi Friedman, terdapat tiga bumbu utama (basic ingredients) dalam menulis.

Pertama, pilihan nilai, posisi moral, dan aspirasi dari seorang penulis. Yang dimaksudkannya adalah apa yang paling dipedulikan dan ingin diwujudkan oleh seorang penulis. Nilai-nilai ini akan membantu seseorang untuk menetapkan apa yang penting dan apa yang tidak penting, apa yang harus dikatakan, dan tidak harus dikatakan. Setiap penulis opini selalu punya satu set framework atau bingkai nilai, yang membentuk cara berpikirnya tentang apa yang harus didukung dan ditolak.

beberapa buku yang ditulis Thomas L Friedman

Kedua, bagaimana memahami kekuatan-kekuatan terbesar yang mempengaruhi setiap peristiwa, termasuk kekuatan penggerak sejarah. Friedman menyebutnya sebagai "mesin” pengubah sejarah. Maksudnya, seseorang harus memiliki working hypothesis tentang bagaimana mesin bekerja sebab tujuan utamanya adalah membawa nilai-nilai dan mendorong agar mesin bekerja sesuai arahan. Jika dia tidak punya teori bagaimana mesin bekerja, maka opininya akan bergerak liar ke arah yang berlawanan dengan nilai-nilai yang diyakininya.

Ketiga, apa yang bisa dipelajari dari orang-orang dan budaya, memahami reaksi orang-orang dan kekuatan yang mempengaruhi mereka. Friedman hendak berbicara tentang manusia dan kebudayaan. Yang dimaksudkannya adalah bagaimana cara berpikir orang-orang dipengaruhi oleh mesin, dan bagaimana mesin dipengaruhi oleh cara berpikir orang-orang.

Kata Friedman, setiap kolom idealnya memuat komentar manusia, seberapapun baik dan buruknya komentar itu. Percakapan dengan manusia lain adalah data. Kolom yang paling disukai selalu memuat opini dan kisah-kisah manusia. Jangan lupa, kata Friedman, buku terbaik yang paling laris terjual di sepanjang sejarah berisikan kisah mengenai orang-orang yang kemudian disebut Bible atau Injil.

Tulisan terbaik selalu berasal dari upaya meramu dan mengombinasikan tiga bumbu di atas. Anda tak bisa jadi penulis yang efektif tanpa memiliki satu set nilai yang menginformasikan apa yang sedang dibela dan dipertahankan. Tulisan hebat selalu datang dari hati. Kata Dov Seidman, “What comes from the heart enter the heart, what doesn’t come from your heart will never enter someone else’s heart.” Apa yang datang dari hati akan memasuki hati. Apa yang tidak datang dari hati tak akan pernah memasuki hati orang lain.

Untuk bisa menarik empati orang lain, seseorang harus berempati dan memahami yang lain. Butuh kepedulian untuk mendapatkan kepedulian. Anda tak bisa membuat kolom yang baik jika tidak memahami kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi dunia, serta bagaimana kerja mesin kehidupan. 

Mustahil mempengaruhi orang lain jika kita tidak memahami setiap titik yang menghubungkan manusia hari ini yang mempengaruhi cara pandangnya. Yang terpenting, setiap tulisan harus menginspirasi dan terinspirasi oleh orang-orang di sekitar kita. Tidak sekadar advokasi atas prinsip yang abstrak.

Pada saat blogger dan penulis memahami satu persoalan dengan nilai-nilai yang diyakini, memahami bagaimana mesin kehidupan bekerja, dan memahami bagaimana manusia dan budaya serta konteksnya, maka seseorang telah memiliki pandangan dunia (worldview) yang bisa diaplikasikan untuk memahami segala hal di sekitarnya. Pandangan dunia ini ibarat algoritma yang bisa menghubungkan berbagai data tidak terstruktur serta gangguan demi memahami pola-pola yang berhubungan, dan selalu berulang. 

Pandangan dunia ini akan menjadi cara untuk memahami satu persoalan secara mendalam, memahami sejarah, dan juga bisa memprediksi masa depan. Setiap penulis selalu butuh pandangan dunia untuk menciptakan “heat and light.”

Buku Friedman yang dianggap paling fenomenal

Untuk menjaga agar pandangan dunia ini selalu fresh dan relevan, seorang penulis harus membaca dan belajar sebanyak-banyaknya. Seseorang harus berani melihat dari banyak sisi, tidak sekadar jatuh dalam dua pilihan yakni benar-salah. Seseorang harus memahami bahwa setiap kenyataan pasti punya banyak cabang yang hanya bisa dipahami dengan berdialog dengan kenyataan itu, sembari memperkaya pemahaman terus-menerus. Seseorang harus memahami apa dan inti dari setiap masalah.

Friedman mengakui, caranya memahami masalah dipengaruhi oleh Lin Wells, seorang pengajar di National Defence University. Kata Wells, ada tiga cara memahai masalah: (1) “inside the box” atau berpikir dalam kotak, (2) “outside the box” atau berpikir di luar kotak, (3) “where there is no box” alias tidak ada kotak sama sekali. Pada tahap ketiga ini, manusia akan berpikir radikal inklusif, melahirkan teori atau cara pandang baru, yang didapatkan dari memahami kekuatan sejarah, serta mengetahui apa yang mempengaruhi dan dipengaruhi budaya.

***

DEMIKIAN yang saya catat dari bab awal buku terbaru Friedman. Buku ini menjelaskan tiga aspek yang disebut Friedman di atas. Pertemuan dengan juru parkir itu menjadi jendela untuk masuk menjelaskan tentang tiga hal yang tengah terjadi di dunia saat ini.  Saya tak ingin membahas lebih jauh atas penjelasan Friedman di buku tebal ini. Mudah-mudahan bisa berbagi bacaan pada kesempatan lain.

Pelajaran yang saya dapatkan, setiap penulis selalu punya kiat-kiat dan cara menjelaskan persoalan. Pada Friedman, saya belajar tentang bagaimana memprovokasi orang-orang lalu mencerahkan. Bagi saya, memprovokasi itu tak begitu sulit. Kita bisa belajar pada banyak media online di Indonesia yang penuh provokasi hingga penuh kabar kebencian.

Namun mencerahkan adalah perkara paling sulit. Sebelum mencerahkan orang lain, kita harus lebih dulu tercerahkan dan memahami persoalan dengan baik. Kita harus sanggup menjahit fakta demi fakta demi melihat gambaran utuh di balik layar kenyataan. Tugas penulis adalah meniti di jalan yang mencerahkan publik. Kalaupun gagal, maka setidaknya seseorang telah memulai dan membawa sedikit cahaya, sekalipun redup dan sayup-sayup.


Bogor, 10 Juli 2017



BACA JUGA: 







2 komentar:

M. Hudatullah mengatakan...

Sepertinya harus membaca buku ini. Saya penasaran bagaimana Friedman berbicara tentang 'mesin kehidupan'.

Agaknya memang ada jenis tulisan yang membuat kita berlari cepat di atas permukaan, terprovokasi dan terlempar dari satu isu ke isu lain (meskipun tidak ada hubungannya langsung dengan kita yang membaca). Namun ada tulisan atau buku, seperti yang dikatakan Kafka, menjadi "kapak yang memecahkan lautan beku di dalam diri kita".

Yusran Darmawan mengatakan...

Betul. Buku keren ini memang harus dibaca. Apalagi, ada beberapa bab yang membahas tentang "mesin kehidupan".

Salam.

Posting Komentar