Kungfu Panda 3, Master Oogway, dan Sungai Energi Chi

saat Po bertemu Master Oogway di alam arwah


MESKIPUN belum tayang di bioskop tanah air, saya akhirnya menonton film Kungfu Panda 3. Sebagaimana film sebelumnya, kisahnya cukup mudah ditebak. Namun tetap saja saya terkesima dan menyukai film ini. Saya menemukan kombinasi antara komedi, laga, serta filsafat yang mengalir deras. Lebih suka lagi karena dalam film terbaru ini, Master Oogway, sang mahaguru kura-kura, hadir kembali dan berbagi kebijaksanaan di tengah pohon sakura yang bunganya beterbangan.

***

DARI alam arwah, kerbau bernama Kai itu datang menebar teror. Ia menyerap semua energi chi dari para guru di jagad kungfu. Ia pun menyerap energi Master Oogway di alam arwah. Ia datang untuk menyerap kekuatan semua guru kungfu demi menjadi yang terhebat, yang terkuat. Misinya adalah melenyapkan semua ingatan tentang Master Oogway, sosok yang pernah ditemaninya, saat muda. Demi misi itu, ia mesti melenyapkan semua murid Oogway.

Panda Po menghadapi Kai dengan penuh keraguan. Gurunya, Master Shifu, telah dikalahkan dan diserap energinya. Sebagaimana Oogway, Shifu lalu dipenjara dalam batu giok, yan bisa dibangkirkan sebagai tentara bagi Kai. Perkamen kuno yang pernah ditulis Oogway menyebutkan bahwa yang bisa mengalahkan Kai adalah seseorang yang memiliki kemampuan mengendalikan energi yang dahsyat. Seseorang yang menguasai dan layak dipanggil master Chi.

Petualangan Panda Po dalam Kungfu Panda 3 ini sungguh mendebarkan. Seorang penjahat datang di saat dirinya tengah berbahagia karena kedatangan ayahnya. Dalam perkamennya, Oogway menyebutkan kunci mengalahkan Kai adalah menguasai energi chi yang bisa diajarkan para panda di satu desa rahasia di puncak gunung. Semesta seakan mengatur semuanya. Sang ayah, yang seorang panda, lalu mengajak Po menuju ke desa rahasia itu.

Perjalanan ke desa itu menjadi pengalaman baru bagi Po. Ia belajar banyak hal tentang para panda. Ia bertemu dengan warga desa yang kesemuanya adalah panda. Ia juga harus mendamaikan ayah angkatnya, yang merupakan seekor angsa, yang ngotot untuk ikut menemani anaknya. Debat antara dua ayah ini menjadi bumbu yang emmbuat film menjadi sedemikian menggelikan. Lebih menggelikan lagi saat melihat banyak karakter panda yang lucu dan menggemaskan. Ada pula panda perempuan bernama Mei Mei yang bisa membuat Po salah tingkah.

Kebersamaan itu hanya sesaat. Kai datang menyerbu ke desa panda. Terungkap pula kalau ilmu Chi yang dimiliki para panda telah punah. Kali ini, Po tak bisa mengandalkan siapapun. Sebagai dragon warrior, ia mesti tampil ke depan dan menghalangi niat Kai yang hendak menyerap semua energi Chi. Apakah dia berhasil?

***

DARI tiga film Kungfu Panda, saya selalu menemukan plot yang sama. Kisahnya selalu tak beranjak dari cerita “from zero to hero.” Ini memang rumusan klasik, akan tetapi selalu sukses untuk membuat orang-orang penasaran dan menyerap banyak pelajaran dari panda gemuk, yang nampak biasa-biasa ini, dalam menemukan kekuatan tersembunyi pada dirinya.

Kisahnya selalu bermula dari Po yang bukan siapa-siapa, namun harus menghadapi pendekar hebat. Sebagaimana biasa, ending-nya mudah ditebak, yakni kemenangan Po. Kemenangan itu menjadi tidak penting. Yang jauh lebih penting adalah proses untuk menggapai kemenangan itu. Pada titik ini, Po mengasah karakter, menunjukkan daya tahan saat belajar, serta tentu saja, kekuatannya terletak pada inspirasi yang didapatkannya dari hal-hal yang sederhana. Dalam meraih kemenangan, ia menyerap hikmah pada beberapa orang biasa di sekelilingnya.

Yang selalu saya sukai dari film ini adalah kalimat-kalimat filosofis yang bertebaran di sepanjang film. Para hewan yang tampil di film ini terlihat memahami kebijaksanaan klasik, serta filosofi kehidupan yang digali dari ajaran Tao. Sebagaimana film pertama, dua filosof utama dalam film adalah Master Oogway, seorang kura-kura hebat yang rendah hati dan suka bercanda namun punya kebijaksanaan ala seorang rahib Tao. Satu lagi filosof adalah Ping, seekor angsa yang menjadi ayah angkat Po. Sosok ini adalah seorang juru masak, yang entah kenapa, selalu bisa menemukan hikmah di tengah kesulitan yang dihadapi anaknya.


Di bahagian awal, Master Oogway tengah bersemedi di alam arwah, sebelum akhirnya diserang Kai. Saat Kai berkata hendak menyerap semua energi chi dari pendekar, dengan entengnya Oogway berkata, “Semakin banyak kamu mencari, semakin sedikit yang kamu dapatkan.” Pesan ini mengingatkan saya pada kalimat seorang sufi bahwa semakin manusia bekerja keras mencari kebahagiaan, maka semakin sedikit bahagia yang ditemukannya. Kebahagiaan selalu ada dalam berbagai situasi, selalu melingkupi kita, laksana udara yang terus mengelilingi manusia. Dia tidak bisa terlihat namun selalu bisa dirasakan. Kita hanya perlu membuka hati untuk menerima apapun keadaan. Bahagia akan melingkupi hati.

Kalimat bertenaga dari Ping muncul saat dirinya cemburu pada Li, ayah biologis Po. Saat Po dalam masalah, angsa ini tiba-tiba saja menemukan pencerahan. Ia berkata pada li kalau dirinya takut kehilangan Po, selanjutnya berkata, “Kadang-kadang kebohongan itu diperlukan untuk sesuatu yang benar. Dahulu saya takut kehilangan Po. Sekarang tidak. Saya tak kehilangan dia, sementara dia mendapatkan dua ayah. Saya bahagia atas kebahagiaannya.” Luar biasa. Ia bisa meletakkan bahagianya pada kebahagiaan anaknya. Ia meleburkan dirinya untuk orang lain.

***

BAGIAN yang membuat saya terhenyak adalah tindakan Kai yang menyerap energi chi dari semua guru. Saya membaca di banyak artikel kalau seorang penganut Tao meyakini adanya energi chi yang mengaliri alam semesta. Setiap mahluk hidup, memiliki energi chi yang selalu bergerak. Hanya saja, tak semua orang bisa mengaktifkan energi chi. Sifat energi ini adalah selalu memberi. Misalnya, matahari yang selalu memberikan sinarnya, angin yang terus bertiup, serta oksigen yang selalu memberi kehidupan. Alam semesta memiliki energi chi yang diberikan secara bebas kepada semua mahluk.

Ketika seseorang menyerap energi ini, maka ia akan mendedikasikan dirinya untuk semesta. Saat itu, semesta akan bermurah hati memberikan kekuatan dahsyat kepada mahluk tersebut. Maka seorang pesilat bisa memiliki kekuatan yang berlipat-lipat. Chi diolah menjadi tenaga dalam yang melejitkan dirinya. Dalam film ini, energi chi bisa memekarkan bunga yang layu, bisa menghidupkan tanaman.

Mendengar sifat energi ini, pikiran saya tertuju pada para filsuf Toshihiko Izutsu yang bercerita tentang gerak manusia mencari pengetahuan serupa perjalanan rahib Tao yang menemukan dirinya dalam sungai yang mengalir dua arus yakni Yin dan Yang.  Saya terkenang sufi yang menekankan sifat semesta yang tak pernah kikir, serta perlunya manusia menyerap energi semesta untuk membangkitkan potensi dirinya yang lama tertidur. Lebih dari itu, manusia mesti mengenali aspek paling dalam dari dirinya, aspek paling purba, aspek paling alami, aspek yang menjadi tali penghubung antara manusia dan Sang Pencipta.

Dalam film ini, Po tiba-tiba menjadi sosok powerful saat menemukan energi chi. Ternyata, energi itu didapatkan dari orang-orang sekitar yang menyayanginya. Barangkali film ini hendak menitip pesan bahwa kekuatan terdahsyat dalam diri itu tersimpan pada orang-orang di sekitar kita yang melimpahkan kasih sayangnya tanpa mengharap balasan. Cinta dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungan adalah rahasia utama yang terus menguatkan seorang anak. Saya teringat kalimat ini pernah diucapkan oleh mahaguru Albus Dumbledore kepada Harry Potter di seri terakhir serial itu.
Pada akhirnya, perjalanan manusia mencari dirinya adalah perjalanan untuk mengarungi sungai energi chi, membasuh jiwa dengan pengetahuan, lalu menguatkan segenap karakter demi terus menyempurna, lalu membagikannya dalam bentuk cinta dan kasih pada semesta. Perjalanan itu serupa perjalanan panda Po yang hendak belajar menjadi Master Chi. Bukan akhir yang penting, tapi jalan terjal menuju akhir bahagia tersebut.

Di akhir film, saat Po masuk ke alam arwah ia kembali bertemu Master Oogway. Kembali, Master Oogway membisikkan kalimat bijaknya: "Tak ada sesuatu yang kebetulan di alam semesta. Semuanya bergerak mengikuti gerak takdirnya. Kamu telah memenuhi gerak takdirmu.”


Bogor, 4 Maret 2016

BACA:






3 komentar:

Mbul Kecil mengatakan...

makasi reviwnya , aku lagi mau nonton si po ini hehhee

Yusran Darmawan mengatakan...

sama-sama. makasih yaa

Tampubolon mengatakan...

Senangnya bisa terus mengikuti tulisan2 segar bg yusran.. Smoga sehat dan terus menebar inspirasi bg..

Posting Komentar