ilustrasi |
DI luar negeri, hal lazim belanja buku
lewat jalur online. Ada kepuasan saat bertransaksi dengan situs-situs besar
seperti Amazon.com, sebab informasi selalu diberikan kepada pembeli. Mulai dari
harga buku, keadaan fisik buku (jika membeli bekas), hingga perkembangan
pengiriman. Bahkan kita bisa melacak posisi terakhir buku yang dipesan.
Belanja buku lewat online memang
mengasyikkan. Buku bisa lebih cepat datang, tanpa perlu mencari-cari di toko buku.
Di tanah air, saya tadinya ragu berbelanja lewat online. Saya mencoba pada satu
situs. Hasilnya memuaskan. Saya pun berlangganan di situs itu. Saya cukup puas
sebab bukunya selalu datang tepat waktu.
Suatu hari, saya berhasrat kuat untuk
membaca satu buku. Tertera kalau buku itu bisa dibeli lewat Gramedia online. Situs
langganan saya tak menawarkan buku itu. Saya pun mendaftar sebagai member di
Gramedia Online, lalu melakukan transaksi untuk membeli dua buku. Konfirmasi
pembayaran telah dilakukan. Nomor order adalah 223250. Saya pikir, Gramedia
adalah grup besar yang pasti akan menjunjung tinggi kepuasan pelanggannya.
Sehari setelah transaksi, tak ada kabar
tentang pesanan itu. Bahkan dua minggu setelahnya, tetap tak ada kabar. Saya
cek status pembelian, tetap saja tak berubah. Jangan-jangan ada yang salah.
Saya pun mencoba menelepon ke kantor pusatnya, karyawan yang mengurusi online
malah gak pernah bisa dihubungi. Saya disuruh agar menelepon lagi keesokan
harinya. Besoknya, saya menelepon, kembali mendapat jawaban yang sama. Jelas,
saya kecewa. Hiks.
Saya bisa paham jika hal ini terjadi ketika
bertransaksi dengan situs-situs kecil. Tapi untuk sebuah unit bisnis yang
namanya menjulang tinggi, hal ini sangat disayangkan. Padahal, mengurusi
belanja online, tidak ribet-ribet amat. Cukup menyediakan seorang operator yang
selalu stand by, jawab semua pertanyaan
pelangaan melalui imel, beri respek, rajin mengecek transaksi hingga distribusi
barang ke pelanggan.
Dunia online menuntut kita untuk selalu
merespon setiap pesan. Sebab warga dunia online adalah mereka yang selalu
terkoneksi dan bergerak dalam ritme informasi yang cepat. Sekali mereka kecewa,
maka butuh energi besar untuk mengembalikan kepercayaan itu. Sebab, kekecewaan
itu akan disebar di ranah maya, yang lalu menjelma sebagai virus yang perlahan
membesar dan menjalar ke mana-mana.
Makanya, berikan respon. Dengarkan
masukan. Terima kritik, lalu benahi organisasi demi memaksimalkan kepuasan
pelanggan.
Hanya dengan cara itu kita bisa menjaga
kepercayaan para pelanggan. Pesaing di dunia ini amat banyak. Tanpa menjaga
kepercayaan, maka secara perlahan orang dengan mudah berpaling ke pihak lain
yang lebih bisa menjaga reputasi dan pelayanan.
Saya teringat uraian dalam buku Wow
Selling mengenai menjaga loyalitas. Seorang pria yang dikenal di Amerika sebagai
sales mobil terhebat. Ternyata, rahasianya sederhana. Ia bisa menjaga relasi
dengan semua orang. Ia sellau tersenyum dan menjadi sahabat menyenangkan. Ia
jujur mengakui kalau ada barangnya yang tak bagus. Ia menjadikan semua orang
sebagai saudara yang perlu dipahami keinginannya. Ia mendengar.
Sayangnya, saya belum menemukan bentuk
perhatian seperti itu pada situs sebesar Gramedia Online. Harusnya, mereka
secara rutin memberikan informasi tentang barang yang sudah dibeli. Jika barang
itu tak ada, segera hubungi pelanggan, sampaikan keadaan sesungguhnya. Jangan
membiarkan seorang pembeli dalam posisi yang galau sebab tidak tahu kabar
terbaru tentang pesanannya.
Tapi setidaknya, saya tahu satu hal. Bahwa
situs besar tak selalu memberikan jaminan tentang penjualan yang juga wow. Yup,
saya belajar banyak hal baru.
5 komentar:
Terima kasih a/ sharenya, Mas… Sy pernah mau beli via online Gramedia, tp gak jadi… Sy lebih milih dtg ke tokonya langsung ato penerbit bukunya… Terima kasih jadi lebih berhati2 lg… ^_^
Sempat saya ingin mencoba membeli via GO. Tapi setelah membaca pengalaman anda, jadi pikir-pikir lagi..
Lalu, apa toko buku online yang anda maksud memiliki pelayanan baik itu? Hingga anda berlangganan?
@ Indra; iya nih. sy gak enak nyebutin situs langganan saya. ntar dibilang sengaja jual merek. hehehe
terus itu berarti bukunya hingga sekarang nggak nyampek mas?
saya juga ngalamin hal yang sama..
Posting Komentar