Tafsir Senyum Dua "Pemenang"


ekspresi dua capres (foto: Adek Berry/ AFP PHOTO)

JIKA politik adalah sebuah panggung, maka para politisi serupa aktor yang mempersiapkan diri dan merias dirinya demi memesona publik. Di balik panggung itu, terdapat wajah yang sesungguhnya dan tanpa polesan. Kemarin, seusai pengumuman quick count hasil pilpres, publik melihat dua wajah kontras di panggung politik. Ada yang merasa menang dan amat gembira merayakan pengumuman. Tapi ada juga yang mengklaim menang, namun justru nampak murung dan bersedih. Ada apakah gerangan? Bagaimanakah memahami senyum tim Jokowi dan tim Prabowo?

***

LELAKI itu Fadli Zon. Dahulu, ia seorang aktivis organisasi Islam yang kemudian bergabung dengan partai nasionalis berlambang burung garuda. Kemarin, ia datang sebagai narasumber pada acara pengumuman quick count yang ditayangkan Trans TV dan Trans 7, televisi yang dimiliki Para Group, kepunyaan Chairul Tanjung. Ketika layar pengumuman menunjukkan data yang masuk sekitar 10 persen, ia tersenyum sepanjang acara. Maklumlah, posisi Prabowo dan Hatta Radjasa, kandidat capres dan cawapres yang didukungnya, menang sekitar 55 persen.

Di acara itu, Fadli Zon diminta ke panggung untuk dipanel dengan Maruarar Sirait dari tim Jokowi – Jusuf Kalla, yang menjadi pesaing Prabowo. Moderatornya adalah Rosiana Silalahi. Mulanya Fadli tersenyum-senyum ketika melihat data yang terpampang. Malah, ia menyalami beberapa orang yang duduk di depan panggung. Wajahnya berseri-seri.

Hanya dalam tempo satu setengah jam, data yang terpampang berubah. Kali ini, quickcount yang digelar Lingkaran Survey Indonesia (LSI) dan Cyrrus-CSIS itu menampilkan kemenangan Jokowi – JK dengan persentase 52.34 persen, sedangkan Prabowo Hatta hanya memperoleh 47.66 persen. Di tempat berbeda, Litbang Kompas telah mengumumkan hasil hitung cepat secara resmi. Sebagaimana LSI dan Cyrus – CSIS, pengumuman itu sama menempatkan Jokowi – JK sebagai pemenang pilpres.

Wajah Fadli sontak berubah. Tak ada lagi senyum di wajahnya. Lain halnya dengan Maruarar Sirait. Ia justru banyak tersenyum. Ketika Fadli ditanya, bagaimana pendapatnya tentang hasil hitung cepat, ia langsung menjawab diplomatis. Bahwa hitung cepat hanya sebuah pendekatan, bukan merepresentasikan kebenaran yang sesungguhnya. Saat Maruarar ditanyakan hal yang sama, ia menyindir Fadli, “Andaikan Fadli dalam posisi memang seperti saya, pasti ia akan mengucapkan terimakasih bagi rakyat Indonesia.” Semua orang tertawa. Barangkali hanya Fadli seoang yang raut wajahnya bersedih.

ekspresi gembira (foto: Agus Susanto/ KOMPAS)

Layar televisi lalu menampilkan suasana di kediaman Megawati Soekarno Putri. Di situ, hadir capres Joko Widodo dan cawapres Jusuf Kalla. Hadir pula ketua partai koalisi yakni Surya Paloh (Ketua Nasdem), Sutiyoso (Ketua PKPI), dan perwakilan PKB. Tampak pula beberapa politisi muda PDIP,yang di antaranya adalah Budiman Sudjatmiko. Mereka nampak terharu. Air mata terlihat di wajah Megawati. Setelah berjabat tangan dan dipeluk banyak orang, Mega memulai jumpa pers didampingi tokoh tadi. Intinya, ia mengucapkan terimakasih sekaligus pernyataan kemenangan Jokowi.

Jokowi sendiri mendapat giliran untuk bicara. Ia nampak terharu. Bahasanya pelan, sebagaimana biasa. Ia mengucapkan terimakasih. Semua orang bertepuk tangan. Ia juga meminta semua relawan untuk mengawal kemenangan itu. Cawapres Jusuf Kalla juga berbicara. Ia lebih banyak tersenyum. Ia juga sesekali tertawa lepas. Ia sangat percaya diri dan yakin bahwa kemenangan telah di tangan. Jusuf Kalla berkata bahwa segala perbedaan harus dihilangkan. Kini, semua harus fokus dengan hal-hal menyangkut bangsa. Tak lama sesudah acara itu, Jokowi menuju Tugu Proklamasi. Senyumnya tapak lebar ketika semua orang memberi sorak-sorai dengan meriah.

Tak lama setelah jumpa pers itu, semua media lalu menyiarkan apa yang terjadi di markas Prabowo. Kali ini giliran Mahfud yang berbicara. Ia nampak lebih banyak diam. Jika biasanya ia berbicara tanpa konsep, hari itu, ia membaca konsep. Ia menyatakan bahwa kelompoknya juga menang. Tapi wajahnya datar. Ia sama sekali tak tersenyum. Kalaupun senyum, maka otot matanya sama sekali tidak berkontraksi. Di samping Mahfud ada Akbar Tandjung. Ekspresinya juga datar. Bibirnya ditekuk Aneh, bukankah ini adalah jumpa pers yang hendak menyatakan diri sebagai pemenang pilpres? Mengapa pula menampilkan suasana murung serta suasana seolah menjadi pasukan kalah perang?

Tak lama setelah Mahfud, capres Prabowo pun memberikan pernyataan pers. Ia didampingi beberapa ketua partai. Tepat di sampingnya adalah Aburizal Bakrie, yang lebih banyak menunduk. Saat memandang ke depan, mata Ical nampak kosong. Di dekat Prabowo, berdiri pula cawapres Hatta Radjasa. Hatta memandang ke kiri ke kanan. Sebagaimana Prabowo dan Ical, tak ada senyum di wajahnya. Raut wajahnya nampak tanpa ekspresi, seolah sedang memendam sesuatu.

pengumuman kemenangan

Sebagaimana halnya Mahfud, Prabowo juga membaca teks saat menyampaikan pernyataan sikap. Padahal, dalam semua event, ia selalu mengandalkan spontanitas. Bahkan saat debat capres pun, Prabowo selalu tampil berpidato tanpa teks. Entah kenapa, ia membaca konsep pada hari itu. Yang saya perhatikan, senyum Prabowo nampak datar. Bibirnya mencoba tersenyum, namun otot matanya tidak berontraksi. Ini pula yang nampak pada Mahfud.

Saya pernah membaca uraian psikolog Guillaume Duchenne tentang ekspresi senyum. Dalam risetnya, ia mengidentifikasi tentang senyum yang terkait kegembiraan. Katanya, senyum yang tidak menimbulkan kontraksi otot di sekitar mata, serta tidak menaikkan tulang pipi, adalah senyum yang menampilkan emosi negatif. Seseorang yang tersenyum dengan cara demikian justru tidak sedang berbahagia. Ia sedang memendam sedih yang berusaha untuk disembunyikan. Senyum itu bukan simbol ketulusan, melainkan simbol dari keadaan yang tak diinginkan, namun tetap harus dijalani.

***

AJANG pengumuman quick count bisa menjadi jendela untuk mengamati apa yang sesungguhnya terjadi. Bahasa tubuh dan senyum dari tim Jokowi bisa ditafsir sebagai keyakinan akan kemenangan. Mereka merasa puas atas pengumuman yang didengarnya, serta merayakannya secara lepas. Ekspresi itu nampak pada program acara di Metro TV yang menampilkan acara musik serta bincang santai dengan Najwa Shihab. Sangat terlihat kalau tivi itu sedang berbahagia.

Kontras dengan itu, ekspresi Fadli Zon, Prabowo, dan Mahfud bisa ditafsir sebagai tanda keterkejutan atas kenyataan yang terjadi. Kalaupun muncul klaim menang, maka itu bisa ditafsir dalam beberapa hal. Pertama, mereka hendak menjaga semangat tim sukses dan semua relawan agar tidak mudah putus asa dan mengawal semua suara. Kedua, boleh jadi, sikap itu adalah pertanda bahwa “Kami tahu bahwa kenyataan ini tidak mengenakkan, namun kami sedang melakukan sesuatu untuk mengubah keadaan.” Ketiga, dengan menyerahkan keputusan pada real count KPU, maka ada jeda untuk melakukan sesuatu, melakukan manuver di daerah. Dengan sistem penghitungan manual, maka segala kemungkinan bisa terjadi.

Puncak dari pentas politik itu adalah acara TV One dikemas serupa nyanyan lirih yang berusaha menghibur para prajutrit yang kalah. Di acara itu, semua anggota tim kembali mengemukakan keyakinannya akan menang. Tapi bahasa tubuh mereka justru lebih banyak diam, tanpa ekspresi. Tak ada keceriaan dan kehangatan laksana seseorang yang baru saja mendapat berita gembira.

Sebagaimana ditulis psikolog Erving Goffman, politik kita laksana panggung. Di atas pentas, semuanya berjalan baik-baik saja, seolah tanpa gejolak. Semuanya bisa terlihat santun, serta muncul kalimat bahwa menang dan kalah adalah kehendak rakyat. Tapi di balik pentas itu, tim sukses Prabowo dan tim sukses Jokowi bisa memainkan intrik, strategi, serta berbagai manuver demi membalikkan keadaan.

Yang pasti, bahasa tubuh dan senyum mereka bisa menjelaskan banyak hal. Mulai dari seberapa yakin mereka akan kemenangan, serta apakah gerangan langkah yang hendak dilakukan di masa depan. Mungkin hasilnya akan datar hingga pemilihan, atau boleh jadi, ada kejutan yang menanti dalam waktu tak lama lagi. Semuanya akan tergantung dari seberapa cerdik tim sukses mengelola politik menjadi orkestra yang menguntungkan buat mereka.




0 komentar:

Posting Komentar