Hiccup dan Toothless |
BERSAMA naga terbang raksasa, jagoan Drago
Bludvist datang menyerbu desa kecil Berk. Ia mengerahkan prajurit komando yang
jumlahnya ribuan. Desa kecil itu bakal jadi puing dan rata dengan tanah. Dalam
keadaan yang sangat terdesak, datanglah si kurus Hiccup, sang bocah Viking.
Sepintas ia tampak lemah. Apalagi ia adalah seorang pemalu dan tak bisa
membakar semangat melalui pidato hebat sebagaimana Drago. Tak disangka, babak
akhir film How to Train Your Dragon 2
ini memang amat mengejutkan sekaligus mendebarkan.
***
SEBAGAI pencinta film animasi, saya
akhirnya menyaksikan film yang diproduksi Dreamworks ini. Tadinya, saya
harap-harap cemas, sebab biasanya film sekuel jarang mengulangi kesuksesan film
sebelumnya. Lebih puluhan kali saya menyaksikan film How to Train Your Dragon (HTTYD) versi pertama. Film itu sangat
menghibur serta saran pesan-pesan positif yang bisa menjadi gizi bagi
kehidupan. Ternyata, film keduanya pun sangat menginspirasi.
Kehidupan di desa kecil Berk amat berbeda
dengan apa yang tersaji dalam film HTTYD sebelumnya. Manusia dan naga hidup
berdampingan. Mereka saling bahu-membahu dan mewarnai hari-hari yang penuh
keceriaan. Hari-hari warga Berk adalah bermain dan bergembira sembari terbang
menggapai mega-mega bersama para naga.
Di tengah kehidupan damai itu, Hiccup
menemui satu kenyataan yang mengejutkan tentang para penjerat naga yang
mengumpulkan naga sebagai upeti kepada Drago Bludvist yang sedang membangun
pasukan naga. Rupanya, Drago punya ambisi militer untuk menguasai banyak
tempat. Didukung pasukan miiter yang beranggotakan prajurit komando dan para
naga, Drago lalu menyerbu desa-desa yang diduga menjadi tempat bermukim para
naga.
Hiccup menjalani hari yang serba sulit. Bersama
naga kecil Toothless, bocah kecil Viking yang berperawakan kurus, namun penuh
banyak akal ini, awalnya kabur dari pertandingan qudditch ala film Harry
Potter. Ayahnya, Stoick the Vast, menginginkan agar dirinya segera menjadi
ketua suku. Tapi Hiccup memilih bertualang ke mana-mana. Dalam penjelajahannya,
Hiccup bertemu ibunya yang selama belasan tahun menjagai para naga di satu
sarang raksasa. Ketika ayahnya datang, keluarga kecil itupun menjalani reuni
yang mengharukan. Sangat menyentuh.
Sayang, reuni itu hanya singkat. Mereka
harus berjibaku untuk menghadapi pasukan Drago Bludvist. Mereka harus bertarung
hingga titik darah penghabisan. Hiccup mengalami dilema. Jiwanya yang cinta
damai harus menghadapi kenyataan yang menggiriskan. Hiccup ingin mengingatkan
Drago bahwa misinya itu hanya mendatangkan kehancuran. Di tengah upayanya itu,
ayahnya tewas disembur api biru oleh Toothless yang telah sepenuhnya dikendalikan
oleh naga raksasa yang diperintah Drago.
Drago dan Naga Raksasa |
Mulanya semua larut dalam kesedihan. Dalam
keadaan tak memiliki naga, sebab Toothless dikendalikan Drago, Hiccup mesti
memutar otak. Namun ia akhirnya bersemangat saat menyadari bahwa semua
keberanian dan semangat yang dicarinya justru ada dalam dirinya. Semangat Hiccup
langsung bangkit. Ia serupa seorang rahib Tao yang menemukan semua jawaban atas
masalah hidup dengan menggalinya pada sumur kearifan yang ada dalam dirinya.
Hiccup kembali ke Berk. Ia meyakinkan
Toothless tentang kebersamaan yang pernah mereka jalani bersama-sama. Ternyata
kenangan akan kebersamaan serta nilai-nilai persahabatan jauh mengalahkan
segala sihir dan hipnotis dari Drago Bludvist. Toothless pun kembali ke Hiccup.
Mereka lalu bertarung dengan sang naga raksasa yang memiliki semburan es. Hiccup
dan Toothless terbang meliuk-liuk sambil sesekali menghujani naga itu dengan
semburan api biru.
Sepintas, pertarungan itu tak seimbang. Drago
Bludvist tak henti menyemangati naga raksasa. Apalagi, sang naga raksasa itu
amat perkasa dan lebih sakti. Naga raksasa menjebak Hiccup dan Toothless ke dalam es yang
membekukan mereka. Kesedihan muncul ketika orang-orang mengira Hiccup dan
Toothless tewas karena beku. Di sinilah keajaiban terjadi. Tubuh Toothless
dipenuhi cahaya biru sehingga es mencair. Hasrat kuat untuk melndungi Hiccup
itu menjemakan mukjizat untuk melakukan hal-hal luar biasa.
Memang, di tengah keadaan krisis, seseorang
bisa menemukan kekuatannya yang paling dahsyat. Menghadapi naga raksasa itu,
Hiccup dan Toothless tak sedikitpun kehilangan rasa takut. Mereka menantang
naga raksasa. Ternyata, ratusan naga kecil lainnya ikut bergabung ke belakang
Toothless. Tanpa ampun, ratusan naga kecil itu menyeburkan api ke arah naga
raksasa yang langsung keok seketika. Drago Bludvist histeris saat menyadari
dirinya akan kalah telak. Di tengah kepanikannya, Hiccup berbisik, “Kamu tak akan pernah mendapatkan respek
dengan kekuatanmu. Yang kamu dapatkan hanya ketakutan.”
***
Film HTTYD 2 ini lebih mendebarkan dari
film sebelumnya. Usia Hiccup semakin dewasa serta memikul tanggungjawab yang
besar. Ia menjelajah ke sana ke mari, bertemu dengan ibunya yang ternyata
menjadi penunggang naga yang sangat hebat, serta bermain-main dengan maut
bersama sahabat-sahabatnya.
Namun bagian yang paling saya sukai adalah
pertemuan antara Hiccup dan Drago. Keduanya terlihat kontras dari sisi fisik.
Hiccup nampak kurus. Wajahnya nampak bersahabat serta enantiasa tersenyum.
Sementara Drago justru tampak gempal dan angker. Drago jarang senyum.
Kalimat-kalimatnya retorik seolah sedang membakar massa. Ia tak mau mendengar
masukan.
Hiccup dan sahabat-sahabatnya |
Astrid dan Hiccup yang semakin dewasa |
Film ini mengajarkan saya bahwa kekuatan
sejati tidak tercermin pada tubuh perkasa dan suara yang menggelegar. Kekuatan sejati
tidak hadir pada tindakan untuk mengalahkan manusia lain. Kekuatan sejati
terletak pada kejernihan hati serta niat baik untuk menghadirkan senyum di
wajah orang. Kita tak akan pernah mendapatkan respek dari orang lain melalui
ancaman-ancaman. Yang kita dapatkan hanyalah kepatuhan semu, bukan loyalitas.
Ketika ratusan naga kecil lainnya, yang sebelumnya
ditindas oleh naga raksasa, tiba-tiba bergabung dengan Hiccup dan Toothless,
maka itu adalah pertanda bahwa kekuatan sedahsyat apapun pasti akan kalah melawan
solidaritas bersama. Sehebat apapun kekuatan pasti akan tumbang ketika
berhadapan dengan solidaritas, sikap saling mendukung, serta sikap saling
menguatkan antar warga. Slidaritas itu ibarat jejaring yang akan mengalahkan siapapun.
Bahwa sesungguhnya di balik sosok-sosok yang nampak lemah, tersimpan kekuatan
yang dahsyat pada hati yang bening, niat suci untuk melindungi banyak orang,
serta hasrat kuat untuk membahagiakan yang lain.
Di akhir film, saya terkenang dengan puisi
dari seorang penyair. “Karena kamu adalah
tembok, dan aku adalah rumput liar. Maka aku akan bersatu, melebarkan akarku ke mana-mana, lalu menumbangkanmu.”
BACA JUGA:
1 komentar:
Ijin share, Bang.
Posting Komentar