Warisan SBY di Taman Pintar


gong perdamaian di depan Taman Pintar, Yogyakarta


SETIAP kali seorang kepala negara hendak mengakhiri masa jabatannya, orang-orang akan mendiskusikan apa yang menjadi warisannya. Terkait dengan akan berakhirnya masa jabatan Presiden SBY, sebuah pertanyaan mencuat, apakah gerangan yang telah dihasilkan dan akan diwariskannya? Di Taman Pintar, Yogyakarta, ada ruangan khusus yang menyajikan warisan para Presiden RI. Adakah warisan SBY di situ?


BEBERAPA waktu silam, aku menemani anak ke Taman Pintar di Yogyakarta. Lokasinya tepat di tengah pusat kota Yogyakarta. Selain dekat dengan beberapa objek wisata seperti Benteng Vredeburg dan Malioboro, Taman Pintar juga terletak tak jauh dari Istana Negara serta Keraton Yogyakarta. Sebelum ke Taman Pintar, saya singgah ke keraton dan sempat berbincang dengan beberapa abdi dalem.

Taman pintar adalah gedung yang berisikan banyak wahana edukatif untuk anak-anak. Aku menyukai bagian aula depan yang berisikan foto wajah para penemu dan fisikawan besar, yang di antaranya adalah Newton, Einstein, ataupun Galileo. Di bawah wajah mereka, terpampang alat peraga yang prinsip kerjanya sesuai dengan teori para fisikawan itu. Keren khan?

Nah, di dekat pintu masuk, aku menyaksikan sebuah bangunan di sebelah kiri. Aku membaca brosur. Di salah satu ruangan, terdapat ruang Tapak Presiden RI. Isinya adalah beberapa memorabilia atau kenangan mengenai presiden. Kupikir, tempat itu akan menampilkan beberapa benda atau gambar tentang kejadian-kejadian penting, serta apa yang diingat dari seorang presiden. Aku lalu masuk berkeliling.

Aku menyaksikan foto dari semua presiden. Sungguh menarik ketika melihat foto Soekarno muda disandingkan dengan Soharto yang berusia sepuh. Setelah itu, berturut-turut foto para presiden lainnya. Setelah foto presiden, maka selanjutnya adalah foto-foto kejadian penting di masa ketika seorang presiden itu menjabat.

Aku melihat banyak foto pada era Soekarno. Mulai dari foto tentang peristiwa keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya adalah foto tentang penandatanganan naskah Trikora di Yogyakarta, hingga Maklumat Presiden tentang pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat atas daerah-daerah di Indonesia di tahun 1949. Nampaknya, foto yang dipajang adalah foto-foto sejarah yang berkaitan dnegan Yogyakarta.

Kurasa, dokumentasi tentang Soekarno pastilah banyak. Mengapa? Sebab mustahil membahas tentang sejarah Indonesia modern, tanpa menyebut nama Soekarno. Pastilah, dokumentasi tentangnya akan berlimpah.

foto Sukarno dan Suharto yang berdampingan

gambar-gambar peristiwa pada masa Soekarno

Selanjutnya, aku melihat gambar Soeharto. Nampaknya peristiwa yang diingat adalah swasembada pangan. Presiden ini memang sangat identik dengan pembangunan pedesaan. Ia punya banyak program bagus yang bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat desa. Setelah Soeharto, aku melihat memorabilia tentang Habibie. Yang ditampilkan dalam museum ini adalah plakat atau medali penghargaan Theodore Von Karman Award, yang merupakan penghargaan tertinggi di bidang penerbangan. Habibie memang seorang jenius yang karyanya harum di bidang penerbangan.

Idealnya, di situ ada pula foto-foto tentang prestasi Habibie yang lain. Misalnya tentang kebebasan pers, demokratisasi, pemilu langsung yang adil, pembebasan tahanan politik, serta banyaknya produk hukum yang lahir di masa itu.

Setelah Habibie, berikutnya aku melihat prestasi Gus Dur. Yang muncul adalah gambar tentang imlek, yang merupakan prestasi besar Gus Dur yang akan selalu dikenang. Presiden ini punya rasa empati yang tinggi kepada golongan minoritas. Ia menunjukkan pengakuan, penghargaan, serta respek yang tinggi. Kuyakin, nilai-nilai yang diwariskannya akan semakin penting di tanah air kita yang sedemikian plural.

Gambar Megawati dan SBY yang berdampingan

Setelah itu, muncul gambar Megawati. Aku melihat beberapa gambar. Namun bagiku, foto Mega sendiri sudah merupakan warisan berharga bagi bangsa ini. Mengapa? Sebab ia adalah perempuan pertama yang mejadi presiden. Dirinya akan dikenang oleh seluruh warga Indonesia di masa mendatang bahwa seorang perempuan pun bisa jadi presien. Bahwa seorang perempuan bisa berada di baris depan ruang sejarah kita.

Terakhir, aku tiba di bagian memorabilia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yang ada hanyalah sebuah disertasi berlogo Institut Pertanian Bogor (IPB), kemudian sebuah perangkat komputer yang di layarnya terdapat warna-warni. Saat kudekati, ternyata itu adalah perangkat untuk memilih dan mendengar lagu-lagu ciptaan Presiden SBY.

Di situ tertulis beberapa lagu. Misalnya lagu Kuyakin Sampai di Sana yang dinyanyikan Rio Febrian, Selamat Berjuang yang dinyanyikan Dea Mirella. Ada juga banyak penyanyi lain seperti Mus Mulyadi dan Sundari Soekotjo. Bagi yang tertarik mendengarkan lagu, maka bisa meng-klik dan mendengarkannya.

Pertanyaannya, apakah hanya ini warisan dari Presiden SBY?

Mencari Warisan

Apa yang nampak di Taman Pintar bisa menjadi satu jendela untuk melihat bagaimana ingatan atas warisan seorang presiden dipamerkan dalam satu wahana museum. Apa yang nampak di situ adalah gambaran dari episode–episode penting yang coba diingat, kemudian dibekukan dalam foto ataupun benda yang bisa menjadi pembangkit semua peristiwa pada masa ketika sang presiden menjabat.

Yang membuatku terkejut adalah warisan SBY yang nampak di situ hanyalah beberapa lagu yang aransemennya dibuat oleh sejumlah musisi handal. Kalaupun harus menampilkan yang lain, maka aku pun bingung tentang prestasi apa yang muncul di era ini. Pastilah sulit menampilkan indikator pertumbuhan ekonomi, yang sejatinya tak dipahami oleh berbagai anak bangsa.

seorang pengunjung sedang memperhatikan lagu-lagu SBY

lagu-lagu yang diciptakan SBY

Dalam bayanganku, masa kepemimpinan Presiden SBY berjalan amat datar, dan tak banyak jejak yang bisa diingat. Memori yang teringat hanyalah beberapa bencana yang menewaskan ribuan orang, hingga memori tentang berbagai kasus yang menimpa, seperti Bank Century ataupun kasus korupsi. Jika dipikir-pikir, ingatan tentang Jusuf Kalla lebih kuat daripada ingatan tentang kiprah sang presiden. Entahlah. Toh, ini hanya pendapat bodohku saja.

Di beberapa negara, ingatan tentang warisan seorang presiden dirawat dan ditumbuhkan. Orang Singapura selalu megenang warisan Lee Kuan Yew. Orang Amerika pun rajin mengenang warisan Abraham Lincoln yang tersimpan dalam Lincoln Memorial di Washington DC. Mereka mengenang semua warisan Lincoln atas nilai-nilai pluralitas, kemajemukan, dan kesetaraan.

Orang Brazil pun rajin merawat warisan Presiden Lula. Ia dianggap sukses membawa bangsa itu menjadi bangsa yang disegani. Demikian pula orang Malaysia yang sering mendiskusikan warisan Mahathir Mohammad atas pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Nah, tak lama lagi Presiden SBY akan mengakhiri masa jabatannya. Pertanyaan kritis yang hendak kutanyakan, apakah warisan presien kita ini? Apakah kamu bisa membantuku menjelaskan di sini?



2 komentar:

Dimas mengatakan...

Saya ingin menyumbangkan sedikit pikiran tentang pertanyaan terakhir dari tulisan Anda. Tapi sebelumnya, terserah setuju atau tidak tentang pendapat saya ini.

Pertama, 15 tahun kehidupan demokrasi berjalan bangsa ini. Bersyukur kita akan menentukan presiden baru insyaallah Juli mendatang. Setidaknya tidak sampai seperti di Mesir atau Thailand. Dimana militer masih dominan dan demokrasi tidak berjalan semestinya. Berhenti tengah jalan.

Kedua, negara kita lebih diakui di dunia internasional secara ekonomi. Ini jelas suatu prestasi. Jelas sulit, apalagi pasca keruntuhan ekonomi 1998 dan bencana tsunami 2004 di Aceh. Mungkin pulau kita hilang gara2 ekonomi yg waktu itu belum stabil. Indonesia tidak punya nilai tawar di dunia internasional.

Ketiga, mengenai bencana. Sebaiknya janganlah senang mengaitkan kita manusia sebagai penyebab suatu bencana. Jelas saya tidak setuju pada paragraf 16 tulisan Anda. Bagaimana mungkin seorang SBY yang hanya manusia biasa (dan jelas bukan Nabi bahkan TUHAN) bisa menjadi penyebab suatu bencana alam?

Mengenai kasus century, saya kira penjelasan Wapres (Mantan Gub BI) Boediono sudah jelas. Seharusnya kita juga bercermin pada kondisi ekonomi Amerika dan Eropa yg runtuh gara2 krisis. Bersyukur bangsa ini tidak demikian.

Keempat, kesantunan dalam berpolitik. Sulit menemukan keadaan seperti pepatah jawa "Menang tanpa ngasorake" / Menang tanpa menjatuhkan pihak lain. Lihat saja hasil pileg kemarin, pihak mana yg berterima kasih terhadap lancarnya pileg tahun ini. Dan pihak mana yg sudah unggul tapi masih ribut dengan hasil pileg.

Sebenarnya kita rakyat, tidak perlu membanding-bandingkan warisan antarpresiden yg telah menjabat. Saya yakin setiap presiden memiliki niatan yg baik utk memajukan bangsa ini.

Mereka semua pun telah melakukan yg terbaik, dan juga mereka tidak lepas dari kekurangan.

Tugas rakyat, memilih presiden diantara yg terbaik. Selanjutnya dukung kepemimpinannya. Bila melenceng, peringatkan dan doakan agar lurus kembali.

Itu pendapat saya. Sekali lagi, Anda boleh kontra. Apalagi saya belum ada apa-apanya dibandingkan "yang empunya" tulisan ini hehe.
Dan saya tetap suka membaca di blog ini.

Salam.

Yusran Darmawan mengatakan...

Hallo Dimas..

Makasih komentarmu. Perspektifmu sangat dewasa dan bijak. Komentarmu telah menjawab pertanyaan yang diajukan pada paragraf terakhir. Sungguh menyenangkan bisa membaca masukan yang positif dari pembaca blog ini.

Posting Komentar