Bahasa Indonesia di Negeri Thailand



pusat penjualan madu di Phuket


DI pusat peternakan lebah madu yang terletak di Phuket, Thailand, lelaki itu menyambut kami, rombongan warga Indonesia. Hari itu, di bulan Desember 2013, aku lebih fokus memperhatikan patung lebah yang sedang tersenyum. Di langit-langit ruangan, kulihat beberapa patung lebah diletakkan dalam posisi sedang bergelantungan di dahan-dahan yang terbuat dari plastik. Di luar sana, kulihat beberapa bunga anggrek serta beberapa sarang lebah berupa kotak persegi.

“Mari masuk. Silakan,” kata lelaki itu. Kali ini aku agak terkejut. Apakah lelaki itu seorang warga Indonesia sebagaimana kami? Kusimpan rasa penasaran itu. Aku lalu mengikutinya memasuki sebuah ruangan kecil. Bersama rekannya, ia mempersilakan kami mencicipi sesendok madu asli Thailand. Kudengar bahasa Indonesianya cukup fasih dan mudah dipahami.

Ia juga memperkenalkan diri. Perlahan, ia membuka selubung pertanyaan yang tadinya hendak kuajukan. Ternyata ia tak pernah memijakkan kaki di Indonesia. Lantas, bagaimana caranya mengasah kemampuan bahasa Indonesia?

Lelaki itu adalah warga asli Thailand. Katanya, ia belajar bahasa Indonesia sejak setahun silam. Ia mengutip data dari pemerintah Thailand bahwa jumlah wisatawan Indonesia adalah yang terbesar di antara turis Asia Tenggara yang berkunjung ke negeri gajah putih itu. Sayang, aku lupa mencatat berapa banyak warga Indonesia yang rajin berkunjung.

Aku lalu mencoba memverifikasi kebenaran informasi itu pada Ming, seorang tour guide yang menemani perjalanan kami. Ia mengiyakannya. Katanya, banyak pemandu wisata yang belajar bahasa Indonesia. Dengan penguasaan bahasa Indonesia, maka mereka bisa memandu banyak warga Indonesia yang berkunjung.

hiasan patung lebah raksasa
peternakan lebah
hiasan tembok


Secara perlahan tapi pasti, bahasa Indonesia mulai mendunia. Di banyak kampus di Amerika Serikat (AS), bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa. Bahasa ini dianggap sebagai jendela komunikasi yang tak hanya menjangkau warga Indonesia, namun juga Singapura, Malaysia, dan Brunei.

Aku juga mendapat informasi kalau Pemerintah Ho Chi Minch City, Vietnam, telah mengesahkan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua sejak 2007. Belum lagi tersebar luasnya Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di berbagai negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Australia, Malaysia, Kuwait, dan negara-negara lain yang akhirnya menjadi jembatan penyebaran bahasa Indonesia.

Data dari pusat bahasa menunjukkan bahwa bahasa Indonesia sudah tersebar di 45 negara. Jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Tantangan di masa depan adalah bagaimana menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa perdagangan. Tentu saja, prasyaratnya adalah ekonomi Indonesia harus terus tumbuh dan menguat. Kalau ekonomi tetap kuat, maka tentu saja, bahasa Indonesia akan terus jadi bagian signifikan dari kegiatan ekonomi, budaya, dan politik.

Selain factor sebaran demografi, hal lain yang semakin mendorong pemakaian bahasa Indonesia secara luas adalah perkembangan teknologi informasi. Betapa tidak, bahasa Indonesia termasuk 10 bahasa di dunia yang sering digunakan di dunia maya atau internet, khususnya Wordpress. Indonesia juga sebagai negara pemakai media sosial dan aplikasi kirim pesan instan terbanyak di dunia. Jangan heran kalau aplikasi smartphone berbahasa Indonesia mudah ditemukan.

Di pusat produksi madu di Phuket, aku menikmati saat-saat berbahasa Indonesia dengan warga Thailand. Sejak dulu, aku meyakini bahwa bahasa kita cepat atau lambat pasti akan tersebar ke banyak negara. Buktinya, warga Thailand dan negara Asia Tenggara lainnya mulai mempelajari bahasa kita.

lelaki Thailand yang fasih berbahasa Indonesia


Aku teringat bacaan di satu media asing bahwa hal lain yang mendorong persebaran bahasa Indonesia adalah banyaknya sinetron Indonesia yang memenuhi televisi Malaysia, Singapura, dan Brunei. Para artis sinetron, yang dianggap membawa pengaruh buruk bagi perkembangan budaya kita, justru amat berkibar di negara lain. Namun, apakah sinetron Indonesia juga sampai di Thailand? Entah.

“Mas, mau beli madu? Kemarin Paramitha Rusady beli madu ini lho..” kata lelaki Thailand itu. Nah!




13 komentar:

tarjo mengatakan...

Kadang sebutan cinta negri seperti angin lalu, tapi blog ini merupakan wujud nyata cinta dalam negri. We love Indonesia.

Unknown mengatakan...

Merinding memaca blog ini. Semakin bangga dengan bahasa Indonesia.

Unknown mengatakan...

Sayangnya pemuda tanah air justru menyepelekan bhs indonesia dan lebih suka pakai bhs Alay. Memalukan sekali generasi kita.

goshwriter mengatakan...

Artikel yang sangat menarik, selaras dengan semangat kami dalam mensemarakan pengajaran bahasa Indonesia di Thailand. Kami memerlukan informasi lebih banyak tentang pembelajaran bahasa Indonesia di Thailand. Dimana kami bisa menghubungi anda? Jika tidak ada halangan Februari 2016 ini kami dari Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Untirta akan berkunjung ke KBRI dan Chulalongkon University berkaitan dengan pengajaran bahasa Indonesia di Thailand.

Yusran Darmawan mengatakan...

Bung Arip. Sy mudah dihubungi melalui email: timurangin@yahoo.com

Ramdhan Hasim Puluhulawa mengatakan...

Tapi dinegeri sendiri banyak org2 lebih memilih berbahas inggris dan sok2an memixkan bahasa indonesia dgn bhsa inggris. Miris. Aplagi disalah satu stasiun tv yg acaranya 99,9% menggunakan bhasa inggris, lagu2 yg digunakan jg brbahasa inggris. Payah

Unknown mengatakan...

Bahasa Indonesia Keren.

Unknown mengatakan...

Bahasa Indonesia Keren.

Unknown mengatakan...

Bahasa Indonesia Keren.

Unknown mengatakan...

memang jadi kebanggaan kita bila bahasa kita di pelajari negara lain, tetapi kita sendiri menggunakan bahasa indonesia sudah tercampur bahasa inggris. atau bahasa Indonesia di campur English (Indolish).
contohnya warga Jakarta. hampir kalangan kelas menengah atau atas bahasa Indonesia sudah di campur English. itu pun bukan hanya di Jakarta, di kota2 lain di Indonesia juga seperti itu. tetapi tidak separah seperti Jakarta.. tpi yasudah lah namanya juga Ibukota serapat warga asing lebih tinggi dan warganya lebih banyak yg pintar berbahasa Inggris. (Contohnya anak mudanya).
tpi semua itu tidak jadi masalah. yg penting mereka masih fasih berbahasa Indonesia..
Contohnya Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam. mereka menggunakan Bahasa Melayu di campur English. sudah tidak heran bahasa English di negara mereka. karna mereka negara di bawah kekuasaan Inggris jadi bahasa inggris wajib untuk di pelajari di Singlish, Manglish, Bruneilish. tetapi kita juga sudah seperti mereka sedikit demi sedikit.. Entah di masa yg akan datang apakah Bahasa Indonesia masih untuh atau sudah tercampur Inggris. seperti negara mereka..

andre mengatakan...

dan itu pun masih ada aja orang Indonesia yg gak bangga dengan bahasanya,, malah lebih banyak menggunanakan bahasa alay... sedih!

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

Posting Komentar