SEBULAN silam, salah satu anggota grup
penerbitan Mizan mengontakku untuk memberikan endorsement atas sebuah novel
baru. Pihak penerbit juga mengirimkan draft novel untuk kubaca, kemudian
kubuatkan semacam kalimat yang berisikan kesan singkat saat membaca draft itu.
Aku tak butuh waktu lama membaca draft itu. Baru baca beberapa lembar, aku
langsung terkesan.
Novel berjudul Serdadu Pantai ini disusun
oleh seorang anak muda bernama Laode Insan. Novelnya sangat inspiratif, yang
berisikan kisah anak-anak di Pulau Buton. Setahuku, novel ini sudah pernah
terbit dengan judul Negeri Sapati. Demi untuk semain memopulerkannya, penerbit
Mizan lalu menerbitkan ulang dan mengganti judulnya menjadi Serdadu Pantai.
Sejujurnya, aku lebih suka judul lama.
Judul Serdadu Pantai langsung membawa asosiasi pada Laskar Pelangi. Kata
serdadu dan laskar punya pemaknaan yang hampir sama. Apalagi, sampulnya
bergambar beberapa siluet anak-anak. Judul Serdadu Pantai bisa membuat orang
berasosiasi bahwa novel ini hendak mengekor kesuksesan Laskar Pelangi.
Bisa-bisa, yang terjadi adalah orang-orang tidak ingin mengikuti
Judul Negeri Sapati terbilang unik, tidak
biasa, serta langsung membuat orang-orang penasaran. Pasti orang akan
bertanya-tanya, apakah makna kata Sapati? Setelah membaca novelnya, barulah
orang-orang akan paham bahwa Sapati adalah nama salah satu jabatan di
Kesultanan Buton. Sapati adalah orang kedua setelah sultan yang berperan untuk
menjaga hukum dan amanah konstitusi.
Bagiku, judul Negeri Sapati lebih unik dan
lebih bisa membuat orang penasaran hingga membeli bukunya, dan kemudian
memberikan andil bagi upaya untuk mengenalkan daerah.
Apapun itu, aku tetap memberikan apresiasi
atas buku ini. Buat kami yang tinggal di pulau, amatlah langka menemukan buku
yang bercerita tentang kampung kami serta pengalaman meniti buih di lautan. Aku
banyak berharap kelak novel ini akan menjadi jendela bagi banyak orang untuk
memahami Buton, memahami segala keriangan dan kebahagiaan anak-anak, serta bagaimana
anak-anak merenda impian, menemukan potensinya masing-masing, serta mengasah
moral dan akhlak, sebagaimana semangat seorang Sapati.
Teriring selamat buat penulisnya. Aku
bertekad untuk menjadi pembaca pertama yang mengantri di toko buku, segera
setelah bukunya keluar.
Baubau, 18 November 2013
1 komentar:
Kovernya cantik ^^
Posting Komentar