Saat Si Cantik Memilih Si Buruk


dua sosok dalam The Beast and the Beauty (2005)

PEREMPUAN itu bernama Hae Ju. Ia secantik bunga sakura yang mekar di musim semi. Ia juga seorang pianis yang handal. Setiap malam, ia datang ke satu bar demi bermain piano. Ia suka berjalan-jalan. Senyumnya akan mengembang ketika dikisahkan tentang indahnya dunia. Sayang, matanya buta. Ia tak bisa melihat dunia. Namun ia bisa merasakannya.

Suatu hari, seorang lelaki tanpa sengaja mengantarnya ke tempat bermain piano. Ia lalu dekat dengannya. Lelaki itu menjadi mata baginya yang menunjukkan indahnya banyak tempat. Lelaki itu setia menjadi embun yang membasahi dahaga perempuan itu akan kasih sayang. Lelaki itu setia menjadi kata pertama yang hadir ketika perempuan itu membutuhkan seseorang untuk sekadar becerita. Cinta bersemi di musim semi sebagaimana bunga-bunga yang memenuhi sungai Cheonggyecheon di jantung kota Seoul, Korea. Cinta itu membahagiakan sekaligus memenuhi celah hati yang sempat kosong.

Suatu hari, keajaiban datang menghampiri. Seorang donor mata dikabarkan bersedia untuk menyumbangkan mata bagi perempuan itu. Perempuan itu melepaskan ribuan bahagia ke udara. Ia amat bahagia karena akan bisa melihat indahnya dunia. Namun, tidak dengan lelaki itu yang tiba-tiba saja takut kehilangan.

***

LELAKI itu bernama Dong Gun. Wajahnya biasa saja. Malah, ia agak menyeramkan. Pekerjaannya adalah sebagai dubber yang mengisi suara monster pada serial kanak-kanak. Ia juga tidak kaya. Ia adalah satu dari kebanyakan manusia yang menjalani hari-hari sebagai rutinitas yang menjemukan. Hingga, suatu hari ia tiba-tiba saja berpura-pura sebagai sopir taxi yang mengantar seorang gadis buta. Tiba-tiba saja, ada sesuatu yang tumbuh di dasar hatinya, sesuatu yang kemudian serupa kembang, menyebarkan semerbak di hatinya.

salah satu adegan dalam film The Beast and The Beauty

Lelaki itu ikhlas menjadi lilin yang perlahan habis dibakar oleh api cinta. Ketika perempuan itu akan bisa melihat, ia dicekam resah. Ia merasa minder dengan dirinya yang amat biasa. Ia merasa berdusta karena ketika gadis itu belum bisa melihat, ia menggambarkan dirinya setampan sahabatnya ketika sekolah. Ia merasa tak layak mendampingi gadis itu. Gadis itu adalah bidadari yang turun ke bumi, sedangkan dirinya hanyalah seorang monster.

Ketika perempuan itu bisa melihat dan ingin bertemu dirinya, lelaki itu menghindar. Tapi ia tak benar-benar menghindar. Ia mengamati perempuan itu dari kejauhan. Ia mengaku sedang ke Hawaii dan tak bisa menemui gadis itu. Hingga suatu hari, pria tampan, yang pernah jadi teman sekelasnya itu, datang. Pria itu seorang kaya, bekerja sebagai polisi, serta punya segalanya. Pria itu mencintai sang gadis. Maka sirkuit perasaan sedang terbentang. Pria buruk itu kehilangan harapan saat pria tampan ikut mengejar. Ia pasrah.

***

FILM Korea berjudul the Beast and the Beauty ini memang diangkat dari kisah The Beauty and The Beast yang pertamakali diterbitkan pada tahun 1740. Kisah ini beberapa kali diangkat oleh Disney dalam animasi yang kemudian laris manis. Meskipun film Korea ini adalah adaptasi, namun disajikan dengan amat kreatif sebab didasarkan atas pengalaman keseharian.

Beauty and the Beast yang diproduksi Disney

Kisah ini memang mengajarkan bahwa cinta selalu buta dan sering tak bisa ditebak. Pantas saja jika sang dewa cinta dalam mitologi Romawi yakni Cupid digambarkan selalu membawa panah cinta, dan sering iseng melepaskan anak panah ke dua orang, yang boleh jadi sebelumnya tak saling kenal.

Mungkin, mitologi itu hendak berpesan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang bisa dijelaskan secara rasional. Ketika seseorang terkena panah cinta, maka saat itu juga nilai-nilai rasionalitas memudar. Ia akan terkena pengaruh panah, merindu-rindu seseorang yang dicintainya, hingga tak bisa hidup tanpa sosok yang mencuri hati. Cinta tak membutakan, namun membatasi pandangan seseorang hingga dipenuhi gambaran tentang sang kekasih. Cinta itu serupa perekat yang menyatukan dua hati sehingga dunia terasa lebih indah.

Meskipun kisah ini amat sering diadaptasi dalam banyak format, saya tetap saja menyukainya. Selama ini, saya selalu berpikir bahwa ketulusan serta beningnya hati bukanlah mitos. Saya selalu meyakini petuah kuno yang sering dibisikkan untuk tidak meniai seseorang dari apa yang ditampakkannya.

Sosok Hae Ju yang diperankan Shin Min Ah. Senyum ini sukses membuat saya tak bisa tidur semalam

Sebab kebaikan akan terlihat pada hal-hal sederhana dari dirimu, misalnya bagaimana kamu memperlakukan orang, bagaimana kamu melihatnya saat bertemu, hingga bagaimana titik-titik api cinta bisa kamu sulut di hati orang lain hingga dirimu dilihat sebagai bagian dari orang lain. Nilai ini besifat universal dan bisa ditemukan sebagai berlian yang indah di manapun kita berada.

Meskipun saya bukan penggemar boyband, usai menonton film ini, saya mengamini syair dari lagu yang dinyanyikan Backstreet Boys, I don't care who you are, where you're from, what you did, as long as you love me..”

Hmm… Apakah kamu sudah menemukan cinta sejatimu hari ini?


Athens, Ohio, 3 Maret 2013


BACA JUGA:











1 komentar:

Dwi Ananta mengatakan...

Enaknya nonton film Korea ya gini, pesan yang ia sampaikan dalam tetapi disampaikan dengan penuh humor :p

Posting Komentar