Selangkah Lagi Menuju Hollywood. Percaya?

TEMAN sekelas Camilo Perez hendak membuat film dokumenter. Pria asal Kolombia yang dikenal sebagai spesialis dokumenter itu ingin membuat narasi tentang mahasiswa internasional dengan segala dinamika masing-masing, apa yang telah dilakukan di negara asal, apa yang hendak dipelajari, serta apa yang direncanakan saat kembali ke negara masing-masing. Ia ingin menggali narasi personal untuk disajikan dalam bahasa visual.

Yang membuat saya terkejut, ia meminta saya sebagai salah satu subyek yang akan dibuatkan dokumenter. Apa yang istimewa dari saya? Siapa sih saya sampai harus dibuatkan film dokumenter? Apa yang hendak digalinya?


Hari ini, ia menjelaskan bagaimana metode yang dipilihnya. Berbeda dengan pembuat dokumenter lain, ia tidak memulai dari pembuatan skenario. Ia mulai dari diskusi-diskusi secara intens dengan seseorang, kemudian sama-sama menyusun skenario bersama. Ia memosisikan seorang informan sebagai subyek yang didengarkan suaranya, diperhatikan keinginannya, serta memiliki pengetahuan yang bisa memperkaya film dokumenter tersebut.

Makanya, ia ingin berdiskusi beberapa kali dalam seminggu. Ia ingin membahas banyak hal mengenai apa yang terjadi di belahan bumi lain. Ia ingin kami bisa menjadi sahabat akrab yang rajin mendiskusikan satu tema. Ia juga ingin berbagi pengetahuan dan pengalamannya saat membuat dokumenter di berbagai negara Amerika Latin.

Camilo meminta tiga orang mahasiswa untuk menjadi subyek dalam dokumenter. Selain saya, ia juga meminta dua sahabat lain yakni seorang perempuan dari Afganistan (sebagai representasi perempuan di daerah konflik), serta satu lagi sahabat dari Timor Leste (tentang pengalaman memasuki ruang sosial baru serta beradaptasi).

Mengapa harus saya? Ternyata ia tertarik dengan presentasi saya di kelas mengenai ingatan korban kekerasan di Indonesia. Ia menganggap fenomena kekerasan adalah fenomena global yang bisa terjadi di mana saja. Kami banya membahas itu dan sama-sama tiba pada kesimpulan yang sama bahwa ingatan atas kekerasan sangat penting demi merekam kejadian tersebut, menyerap hikmah dari setiap kejadian, kemudian berupaya agar kejadian yang sama tidak terulang kembali di masa depan.

Saya mengiyakan keinginannya. Saya sendiri penasaran untuk mengetahui cara kerjanya. Mungkin ini bisa jadi pengalaman berharga buat saya untuk belajar pada sahabat sineas Amerika Latin. Mungkin ini bisa menjadi gerbang buat saya untuk belajar banyak hal mengenai dokumentar serta upaya menggali narasi personal ke dalam pita film dokumenter.

Sepulang bertemu Camilo, saya lalu bertemu teman-teman Indonesia. Saya lalu bercerita tentang pembuatan film dokumenter itu. Saya lalu menambahi dengan bumbu-bumbu cerita. Saya katakan kalau ada seorang sutradara meminta saya sebagai aktor untuk pembuatan film. Saya katakan, kalau selangkah lagi saya akan ke pentas Hollywood. Jika Anda menjadi teman Indonesia di sini, apakah Anda percaya dengan kata-kata saya?



Athens, 5 Januari 2011

0 komentar:

Posting Komentar