Saat Dicium Orang Arab

bersama warga Indonesia di Athens, Ohio

UNTUK pertama kalinya, saya melaksanakan salat Idul Adha di Athens, Ohio, Amerika Serikat (AS). Untuk pertama kalinya saya berinteraksi dengan komunitas Islam internasional, khususnya warga Arab, saat salat bersama. Yang unik, saat berjabat tangan,mereka tidak sekedar menjabat tangan. Mereka menempelkan pipi sambil bibirnya mengecup.

Saya merasa risih. Namun tak elok juga menolak tradisi mereka yang sudah berakar ratusan tahun. Tak enak juga menolak kecupan setelah sebelumnya mereka menghidangkan semua makanan dan menyilahkan makan. Terpaksa, saya hanya mengikuti ritual kecup-kecupan ini, meski dengan perasaan agak aneh. Yah, apa boleh buat.

Di Athens, Ohio, salat dimulai pukul 08.30, disesuaikan dengan waktu di musim dingin. Entah kenapa, begitu memasuki permulaan musim dingin, waktu telah dimundurkan sejam. Saat keluar apartemen, saya melihat rumput-rumput berwarna putih. Setelah saya sentuh, ternyata embun itu telah membeku saking dinginnya. Sementara di kaca-kaca mobil yang diparkir juga dipenuhi es.

para jamaah
saat mendengar khutbah
makan-makan usai salat

Saya keluar apartemen hanya dengan memakai baju koko yang tipis. Dinginnya sangat terasa. Saya lalu menjemput dua sahabat sesama warga Indonesia, selanjutnya kami menunggu di depan leasing office. Rencananya, kami akan menuju Islamic Center dengan cara diantar seorang sahabat asal Thailand, yang memiliki kendaraan pribadi.

Perjalanan ditempuh hanya dalam waktu 10 menit. Islamic Center terdiri atas dua lantai, di mana lantai satu hanya diperuntukkan buat lelaki, sedangkan lantai dua untuk perempuan. Gedungnya tidak seberapa besar, dan jika dilihat dari luar, bentuknya seperti rumah. Mungkin ini disebabkan karena jumlah warga Muslim di Athens, tidak sebanyak wilayah lain di AS. Tapi, positifnya karena kami saling mengenal sehingga saat ke Islamic Center sering menjadi saat bertemu banyak orang dan berdiskusi.

Tadi, saya melihat pemandangan yang agak berbeda. Rata-rata orang Arab memakai pakaian kebesaran masing-masing berupa kain putih panjang. Sementara para bangsawan Arab sendiri, selain kain putih panjang, juga mengenakan penutup kepala khas, serta kain jubah berwarna hitam dengan pinggiran disulam benang emas. Tampak beda.

Saya lalu bergabung dengan jamaah. Di sebelah saya, datang seorang pria yang mengenakan songkok serta kain sarung. Saya tidak kenal pria itu. Tapi saya bisa pastikan kalau beliau berasal dari Malaysia. Sebab pemakai songkok dan sarung hanyalah warga Indonesia dan Malaysia.

Kecupan di Pipi

bersama Muslim asal Senegal dan Malaysia

Usai salat, kami lalu makan bersama. Pihak Islamic Center menyediakan masakan ala Arab untuk semua pengunjung. Setelah itu semua lalu berjabat tangan. Tapi, sebagaimana dikatakan di atas, warga Arab tidak cuma berjabat tangan. Mereka juga mengecup. Meskipun kadang hanya pipi yang menempel, namun bibirnya seolah mengecup dengan suara yang terdengar. Saya merasa risih. Tapi demi nasi kebuli dan ayam panggang yang nikmat itu, saya pasrah saja. Hehehe…

Di tempat itu, saya merasakan benar suasana internasional. Kami berasal dari berbagai negara, namun dipertemukan dengan keyakinan yang sama. Kami sama-sama menapaktilasi pengorbanan Nabi Ibrahim dan kesabaran Ismail. Kami sama-sama belajar bahwa religiusitas itu didasari oleh pengorbanan atas ego, individualistis, serta keserakahan atas materi. Ibrahim dan Ismail berhasil mengajarkan bahwa apa yang disebut spiritualitas itu adalah keyakinan yang sedalam-dalamnya, yang rela melepaskan segala yang dicintai demi menggapai kesejatian.

Tentu saja, saya masih amat jauh dari Ibrahim. Saya hanyalah seorang manusia biasa yang masih bergelut dengan perkara duniawi. Saya hanya seorang pejalan yang berjalan lambat, di saat banyak orang berlari kencang menggapai kesempurnaan. Tapi, setidaknya saya sedang mencoba untuk terus berjalan, meskipun langkah kaki ini amat tertatih-tatih.

Di saat merenungi hal ini, tiba-tiba saja, datang Abdullah, mahasiswa asal Arab. Ia lalu memegang tangan saya sambil berbisik, “Happy Eid Mubarak.” Saya lalu menarik tangan dan hendak menjauh. Tapi ia sudah memajukan pipinya dengan bibir yang agak monyong. Saya lalu menggumam, “Oh God… Please help me. Yah.. Dicium lagi deh."

3 komentar:

Isti mengatakan...

tapi itu jadi nunjukkin keakraban dan kekeluargaan kan? tp karna ga biasa kali ya jadinya risih ;)

shane muhammad blog mengatakan...

Ya.. dicium lagi deh..
Hahahaha..
Sampe berbunyi
Cup cup cup...
Hahahahaaaa..

Anonim mengatakan...

itu siiihh biasa, aku orang arab trus aku lakuin itu setiap ketemu sama keluarga aku hehe mungkin kamu bilang aneh tapi menurut aku itu biasa banget. aku kan cewe jadi gitunya sama cewe aja, terus aku tempelin pipi trus kecup gitu itu biasaaaa :D klo ketemu sama ameh(tante) atau sepupu2 aku yg lain :p sebah(salam) cium tangan, trus kecup pipi. bahkan sebagian orang arab yg lain bersentuhan hidung. itu tanda ke akraban n persahabatan. setiap daerah kultur nya berbeda2....kyknya kamu harus ketemu sama keluarga aku deeh hehehehe xD

Posting Komentar