HAMPIR di semua tempat di Indonesia, selalu bisa ditemukan tradisi pesta panen setiap tahunnya. Masyarakat Bugis-Makassar mengenal tradisi mappadendang untuk merayakan panen padi, masyarakat Tidore mengenal tradisi Legu Dau, masyarakat Buton mengenal tradisi Bongkaana Tao untuk menyatakan syukur atas hasil laut yang melimpah. Apakah Anda mengetahui bahwa masyarakat petani di Amerika Serikat juga merayakan pesta panen? Apakah sama dengan di Tanah Air? Inilah ceritanya.
Minggu lalu, saya diajak seorang kawan untuk menyaksikan Paw Paw Festival di tepi Lake Snowden, Athens, Ohio. Acara ini adalah pesta tahunan yang sengaja dibuat untuk memperkenalkan buah Paw Paw (asimina triloba), yang merupakan buah khas Athens. Selama tiga hari, berbagai komunitas Athens menggelar Festival Paw Paw ataupun serta kreasi berbagai hal dengan buah Paw Paw.
Tak hanya berpesta Paw Paw, warga Athens juga duduk bersama dan membahas bagaimana sejarah buah tersebut, serta bagaimana tantangan ke depannya. Mereka juga mengadakan kompetisi untuk mencari Paw Paw terbaik, serta lomba masak dengan Paw Paw. Semuanya meriah. Yang menarik, banyak acara edukasi. Ada pelatihan bagaimana membuat bibit yang baik, hingga bagaimana buah itu bisa digunakan sebagai herbal atau obat bagi jenis penyakit tertentu.
Makanya, di tepi Lake Snowden itu, tidak hanya terdapat panggung tempat diperdengarkannya musik-musik khas Amerika, tapi juga terdapat banyak tenda yang isinya informasi tentang Paw Paw, sejarah sosial kota Athens, serta pelatihan untuk meningkatkan produktivitas para petani. Tidak heran jika di situ banyak terdapat tenda besar yang isinya para petani duduk bersama untuk belajar bagaimana memperoleh panen yang lebih optimal.
Selain menampilkan buah Paw Paw sebagai tampilan utama, festival ini juga menampilkan berbagai hasil panen terbaik dari seluruh petani atau pekebun di Athens. Saat berkeliling di berbagai tenda, saya sering terperangah menyaksikan buah-buahan dengan kualitas nomor satu. Saya sempat melihat buah labu (pumpkin) berukuran raksasa. Pemilik labu itu, Jeff, dengan senang hati bercerita bagaimana kiat-kiatnya bisa sukses menanam labu dan memanennya. Ia tidak mau menyembunyikan informasi sebab ia juga mendapatkan informasi itu melalui festival. Makanya ia hendak menyebarkan pengetahuan itu kepada banyak orang. “Supaya banyak yang berhasil seperti saya,” katanya.
Sebagai acara tahunan, festival, yang didukung oleh banyak lembaga termasuk Ohio University, juga memberikan informasi tentang perkembangan yang dicapai per tahunnya. Makanya, semua petani dan pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat bisa memberikan penilaian sejauh mana dialog atau apa saja yang dicapai per tahunnya. Panitia menetapkan target yang jelas, serta informasinya disebarkan kepada semua pihak melalui website serta pamphlet di seluruh penjuru Kota Athens. Cara kerja panitia sangatlah detail. Mereka juga memberikan informasi tentang jadwal kendaraan umum yang mengangkut semua pengunjung festival. Saya pun memanfaatkan fasilitas kendaraan gratis dari kampus Ohio University.
Gerakan Sosial
Yang mengejutkan, festival ini tidak sekedar pesta panen, melainkan ajang bagi berbagai elemen gerakan sosial untuk memamerkan apa yang sudah mereka lakukan, ajang untuk menarik simpati, serta dukungan masyarakat, serta beberapa lembaga yang hendak mempertahankan warisan budaya yang nyaris punah. Makanya, saat mengunjungi festival ini, saya mendapatkan gambaran bagaimana masyaraat sipil di Athens, mengelola gerakan, saling memberikan pemahaman, serta mengkonsolidasikan diri untuk menolak satu peraturan.
apel gratis |
Saya melihat banyak stand di situ. Ada kemah yang bertamakan Community Resilience yang didalamnya terdapat diskusi tentang rural action (gerakan desa), energi bagi warga (local energy), hingga kelompok perdamaian (peace community). Saya lalu singgah di satu stand. Di situ terpampang banyak poster yang berisikan banyaknya peraturan di Amerika yang justru memihak para pemilik modal, sementara masyarakat dibiarkan bergelut dengan limbah industri. Di stand itu ada diskusi apakah sepakat atau tidak dengan gerakan itu. Jika sepakat, maka selanjutnya akan saling kontak untuk menyatakan sikap pada pemerintah. Ini jelas hal yang menarik buat saya. Sebab selama ini, saya hanya melihat aksi-aksi yang diasari atas hal-hal yang reaktif semata pada satu isu. Sementara di Amerika, bahkan para petani pun belajar untuk mengkoordinasi diri dan mengelola gerakan social.
Yang juga menarik adalah saya melihat banyak stand komunitas Indian, lengkap dengan tenda, serta aksesoris yang dijual pada pengunjung. Para generasi baru Indian itu dengan getir mengisahkan sejarah terusirnya nenek moyang mereka pada masa silam, serta bagaimana mereka di masa kini mempertahankan kebudayaannya. Para Indan itu lalu menampilkan tari tradisional, memainkan music tradisional, serta memperkenalkan kostum para ksatria Indian di masa silam.
Secara umum, saya sangat menikmati suasana Paw Paw Festival ini. Festival ini juga telah mengejutkan saya. Sebab pesta panen, yang saya ketahui, identik dengan atraksi budaya atau makan-makan sebagai rasa syukur. Tapi warga Athens justru berpikir ke depan. Mereka berpikir bahwa selain menampilkan potensi hari ini, maka perlu ada upaya serius untuk mengadvokasi banyak hal sehingga masa depan Athens bisa direncanakan dengan baik.
Kalaupun tak sepakat dengan gerakan itu, tidak jadi masalah. Ibarat sebuah mal, maka pengunjung bebas memilih stand mana saja yang akan dikunjungi. Sementara bagi yang berniat untuk mendengarkan music, maka pilihannya adalah menuju panggung yang menampilkan folk music serta music-musik tradisi baik yang pernah Berjaya di masa silam, maupun music yang tengah trend di masa kini.
Keberadaan stand gerakan social itu kian menegaskan hakekat festival sebagai milik masyarakat luas, bukannya milik negara. Eelemen gerakan social itu menyadari bahwa masyarakat berasal dari berbagai lapisan. Meyakinkan mereka secara persuasive, jauh lebih baik daripada aksi bakar-bakar ban, menutup jalan raya, atau berteriak-teriak di jalan demi menyatakan sikap pada rezim. Iya khan?
0 komentar:
Posting Komentar