TAHUN ini semuanya begitu sulit. Beberapa teman yang mestinya berangkat ke negeri kincir angin, tiba-tiba saja tertunda keberangkatannya. Mereka diwajibkan untuk memenuhi standar kemampuan bahasa Inggris. Demikian pula beberapa teman yang hendak ke beberapa kampus di Amerika Serikat (AS) yang dahulu tidak begitu ketat. Tahun ini semuanya jadi tidak mudah buat kami yang skor bahasa Inggris masih low. Dan sayapun jadi bagian dari teman-teman yang kesulitan itu. Namun, saya tidak akan ikut-ikutan panik sebagaimana teman di sini.
Saya tidak hendak larut dalam suasana stres karena memikirkan skor nilai kemampuan bahasa tersebut. Bagi saya, berangkat atau tidak berangkat sudak tidak terlalu penting. Saya sudah cukup berusaha keras. Jika takdir memang mengarahkan saya untuk berangkat, maka sayapun akan berangkat. Ke manapun itu. Dan jika kelak saya batal berangkat, tetap saja terbentang misi lain yang justru jauh lebih penting. Saya akan menanti saat-saat menegangkan ketika si kecil lahir ke muka bumi. Saya akan menanti saat-saat paling membahagiakan yang pernah dialami para pasangan muda, menanti saat-saat ketika ada tangis yang memenuhi ruangan, merasakan bahagianya menjadi ayah yang menimang seorang bayi.
Sebagaimana beberapa kali sudah saya katakan. Beasiswa ini menjadi sekunder. Ada misi lain yang juga sama pentingnya. Saat ini, saya sedang menunaikan satu misi untuk menuntaskan pelatihan bahasa serta menanti saat-saat keberangkatan kelak. Saya tak akan larut dalam kepanikan massal sebagaimana sahabat-sahabat. sebab apapun hasilnya kelak, semua skenario yang ada di depan akan melegakan hati.(*)
0 komentar:
Posting Komentar