"Karena Cinta, Hidupmu Berwarna"

TAK banyak film romantis yang benar-benar romantis. Banyak yang berniat romantis, malah terjerembab jadi film yang memuakkan. Saya yakin, jenis film ini termasuk susah dibuat. Ibarat makanan, jika racikan resepnya tidak pas, maka pasti tidak menghadirkan rasa lezat. Dalam film romantis, bagian paling sulit adalah bagaimana menghadirkan chemistry, semacam larutan kimiawi, yang menggemuruh di hati aktor dan artisnya. 

Di antara sedikit film yang sukses menghadirkan chemistry itu adalah film Sleeples in Seattle yang dibuat tahun 1993. Inilah salah satu film romantis yang sangat memorable. Sorot mata dan tatapan aktornya sungguh sukar dilupakan bagi para pencinta film romantis. Saat-saat ketika Tom Hanks bertatapan dengan Meg Ryan ibarat kenangan yang terpatri abadi. Mereka adalah duet terbaik dalam genre film romantis yang tatapannya penuh makna. Lewat tatapan itu, kita bisa merasakan sebuah gejolak, gemuruh, atau gelombang samudera cinta yang memenuhi raga dan menyelinap keluar melalui tatap yang penuh makna.

Malam ini saya kembali menonton film ini. Suasananya mulai agak jadul. Pertemuan kedua tokoh bermula ketika si anak menelepon melalui radio secara on air, pada satu segmen acara cinta yang dibedah psikolog. Sang ayah marah-marah, namun tak berdaya ketika si anak menyodorkan telepon untuk ditanyai psikolog. Publik radio mendengarkan kisah sang ayah yang tak bisa tidur sejak kematian istrinya. Si ayah yang kemudian dikenal sebagai Sleepless in Seattle itu menggambarkan istrinya dengan kalimat memukau, "Ada ribuan kenangan kecil yang tak lekang tentang dirinya. Di saat pertama kali menatap mata dan menyentuh tangannya, saya merasakan sebuah momen ajaib. It's a magic."

Publik Amerika tersentuh. Ribuan perempuan mengirimkan surat ke radio dan minta diperkenalkan dengan Sleeples in Seattle. Dan seorang perempuan di sudut lain Amerika ikut kepincut. Dengan cara yang unik dan sedikit mendebarkan, ia akhirnya bertemu dengan sang idola di atas Empire State Building di Manhattan, New York. Cinta bertaut. Bulan tersenyum.


Kisahnya memang sederhana. Namun betapa berdebar-debarnya para penonton yang menyaksikan film ini. Saya dibuat penasaran dan tidak sabar menantikan pertemuan. Semuanya serba kebetulan yang menyenangkan. Musik jazz mengalun. Ada suara serak-serak basah yang tiba-tiba berbisik, "Ketika kamu menemukan cinta, maka hidupmu kian berwarna."

Apakah hidup memang seromantis itu? tergantung bagaimana Anda mendefinisikan romantis. Dua sosok dalam film ini hanya bertemu selama beberapa menit jelang ending film. itupun tak banyak dialog selain sapaan hallo dari si anak kecil yang kemudian memperkenalkan ayahnya. Dalam diam itu, mereka saling menatap. Wajahnya bersemu kemerahan. Lalu dua tangan terulur dan saling mengenggam. Dan kita sebagai penonton tiba-tiba merasakan sebuah keajaiban sedang terjadi. Kita merasakan gejolak dua hati. Di akhir film tiba-tiba saja kita mengamini kalimat penyanyi jazz bersuara serak tersebut, "Ketika kamu menemukan cinta, maka hidupmu kian berwarna."


Jakarta, 27 Februari 2011
Saat sedang merindukan kepingan jiwa

1 komentar:

dwia mengatakan...

So sweet!!!! One of my fav movie:)

Posting Komentar